GBIA SEMARANG Headline Animator

omakase

IMAN

IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN, DAN PENDENGARAN AKAN FIRMAN ALLAH. TANPA IMAN YANG BENAR, MAKA MANUSIA AKAN MELAYANI ALLAH TANPA PENGERTIAN YANG BENAR. DAN HAL ITU SAMA SEKALI TIDAK MENYENANGKAN ALLAH (ROMA 10:1-3, 17)

Wednesday 24 December 2008

Bab 4



Alkitab Berkata Tidak!



Menjawab Argumentasi Pendukung Kesembuhan



Banyak argumentasi yang dikembangkan kharismatik baru untuk mendukung metode kesembuhan mereka yang dengan mudah meyakinkan orang Kristen muda dan yang tidak waspada, karena semuanya kelihatan alkitabiah. Padahal kenyataannya tak satupun ayat yang dikutip itu mendukung metode kesembuhan mereka, karena perikop-perikop Alkitab itu terus dipaksa keluar dari pengertiannya yang terang dan konteksnya yang jelas. Oleh karena itu kita harus siap-sedia untuk menyingkapkan alasan kharismatik yang dangkal, jika kita ingin menyelamatkan saudara-saudara seiman dari kekacauan dan penderitaan yang tak terkira. Argumentasi pendukung kesembuhan yang ditinjau dalam paragraf berikut digunakan dengan luas oleh kelompok penulis kharismatik, termasuk penulis akhir-akhir ini seperti John Wimber. Agar masalah menjadi jelas, kita mendefinisikan penulis kharismatik sebagai orang yang mendukung pelayanan kesembuhan yang kebanyakan mencakup unsur-unsur berikut:



(1) Para penyembuh biasanya menyatakan memiliki karunia kesembuhan pribadi, dan sangat mungkin akan melakukan penumpangan tangan atau mengucapkan kata-kata perintah untuk menyembuhkan penyakit.


(2) Diyakini (sebagai kaedah umum) bahwa semua orang Kristen memiliki hak untuk mendapatkan kesembuhan, karena ini merupakan kehendak dan tujuan Allah agar umatNya harus sehat.


(3) Kuasa-kuasa gaib terlibat di dalamnya, baik karena si penyembuh menerima suatu 'perkataan' dari Allah mengenai penyakit si penderita tanpa pernah bertemu dengan penderita sebelumnya, maupun karena si penyembuh menerima suatu 'perkataan' dari Allah tentang prognosis sehingga bisa didoakan sesuai kehendak Allah.


(4) Interaksi dengan roh-roh jahat dan dipraktekkannya eksorsisme (pengusiran setan).


(5) Orang-orang sakit 'divisualisasikan' dalam keadaan yang sudah pulih untuk mempengaruhi doa iman.


(6) Roh Kudus dicurahkan atau dipanggil turun ke atas para penderita.


(7) Kerasukan atau ekstatik dipancing untuk membantu kesembuhan.


(8) 'Doa iman' dipandang sebagai doa yang didasarkan pada kepastian mutlak bahwa Allah akan menyembuhkan.



Sebaliknya pandangan injili tradisional adalah bahwa semua kesembuhan illahi masa kini langsung dilakukan oleh Tuhan secara sederhana sebagai jawaban atas doa umatNya. Ia tidak lagi menggunakan orang-orang yang berkarunia khusus, namun berurusan langsung dengan para penderita. Tidak juga ada janji tentang kesembuhan tertentu, karena Allah sepenuhnya bertindak sesuai kedaulatan, hikmat dan kehendakNya yang sempurna, dan kadang-kadang atas kehendakNya ia mengizinkan beban penyakit terhadap umatNya. Bukti tentang hal ini dan maksud tujuan Allah mengizinkan penyakit diuraikan di dalam Bab "Menerapkan Yakobus 5".


Pandangan kesembuhan illahi yang tradisional juga berbeda jauh dengan pandangan kharismatik dan mengutuk praktek-praktek berikut sebagai ketidaktaatan kepada Firman Allah dan sangat berbahaya, yakni: pernyataan yang mengatakan memiliki pengetahuan gaib; interaksi dengan roh-roh jahat dalam bentuk apa saja; kerasukan dan ekstasi; kesembuhan dengan mengkhayal atau memvisualisasikan hasil kesembuhannya.


Berikut adalah argumentasi yang dikembangkan oleh para penyembuh kharismatik untuk menyokong metode mereka disertai dengan tanggapan kami. Pertama akan diuraikan argumentasi umum mereka yang jelas sangat tidak alkitabiah, namun tetap saja mereka menggoyahkan ribuan orang muda Kristen. Setelah itu, kami akan menyebutkan perikop-perikop alkitabiah yang kami gunakan untuk menguji metode kesembuhan kharismatik.





1.

"Penyakit adalah Perbuatan Setan!"


Banyak orang kharismatik mempertahankan bahwa segala sesuatu yang baik merupakan karya Allah, sementara segala sesuatu yang buruk disebabkan oleh kuasa-kuasa kegelapan. Bagi mereka tak dapat dibayangkan bahwa Allah bertanggungjawab atas penyakit, mereka berpendapat bahwa segala penyakit berasal dari iblis dan roh-roh jahatnya. Dengan alasan ini, mereka menyimpulkan bahwa penyakit tidak mungkin merupakan kehendak Allah bagi umatNya. Dengan mengabaikan theologi Kristen yang mendasar dan sikap yang tak dapat dipahami, penyembuh Colin Urquhart menulis, 'Yesus jelas menganggap penyakit sebagai perbuatan Setan.'


Penulis-penulis demikian tidak memahami doktrin iman Kristen yang paling dasar, karena Alkitab mengajarkan bahwa sejak kejatuhan manusia yang tidak taat kepada Allah, kutukan atau penghukuman dijatuhkan oleh Allah ke atas dunia, yang menghapuskan berkat Allah yang penuh dan mulia, sehingga mendatangkan prinsip maut ke dalam dunia. Sejak saat itu alam - termasuk tubuh manusia - telah berubah sepenuhnya. Segala sesuatu kini akan berubah dan rusak. Kematian dan daya tahan serta pengikisan menggerogoti alam semesta seiring dengan hukuman yang dinyatakan kepada umat manusia - sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu. Kemurahan khusus berupa campur-tangan Allah tidak lagi menjamin kesempurnaan tata-kehidupan, atau pertumbuhan hasil bumi dan buah-buahan tidak dapat dicegah, karena kecenderungan kekacauan dan ketidakteraturan telah menyusup ke dalam semesta alam, sehingga manusia harus berpeluh lelah membersihkan semak duri dan rumput duri dari lahan untuk mencari makanan dan bertahan hidup.


Penderitaan kehamilan, tanah yang terkutuk dan harus bekerja setiap hari semuanya berasal dari kejatuhan manusia dan penghukumannya di dalam taman Eden. Semua yang ada di dunia ini, orang percaya maupun orang yang tidak percaya, bersama-sama hidup di dunia yang telah jatuh, dengan perubahan biologi yang sama, dengan anggota-anggota tubuh yang tidak sempurna, permusuhan yang sama, lingkungan yang dipenuhi kuman penyakit, tubuh sekarat, rapuh dan membusuk. Semua itu merupakan bagian penghakiman yang adil dari Allah atas umat manusia. Selanjutnya mereka dihajar oleh tongkat belas kasihan Allah, karena dengan demikian Allah mengajar umat manusia agar mengetahui kesesatan, kerendahan, hukuman mereka dan memperingatkan semua manusia bahwa mereka adalah orang berdosa yang berada dalam genggaman tangan Allah yang murka.


Bukan setan yang menempatkan kutuk atas dunia ini. Bukan ia yang memperkenalkan kematian. Tuhanlah yang mencabut berkat khusus dari taman Eden yang dibuat seperti surgawi di bumi, dan mengubah seluruh alam dengan sekali ucap (Kej. 3: 14-24). Tak seharusnya setan mendapat penghargaan atas tindakan hukum Allah yang berdaulat! Setan bukan saja tidak bertanggungjawab atas kutuk tersebut, dia sendiri adalah korban, dihukum Allah menjadi penghuni liar dan roh buronan, sampai tiba waktu kepalanya diremukkan pada saat kedatangan benih perempuan yang dijanjikan - yaitu Tuhan Yesus Kristus.


Pikiran dangkal bahwa roh jahat ada di balik semua penyakit berasal dari ketidakmampuan untuk menyadari bahwa Allah sendiri telah memeteraikan dunia dalam keadaannya yang sekarang, dimana prinsip kematian dan pembusukan merembes seluruh semesta. Setan hanya bisa menyebabkan penyakit jika ia mengalih-alih kepribadian seseorang yang mengundangnya untuk berbuat demikian dengan cara-cara yang kami uraikan di dalam bab Roh Jahat, Roh Jahat Dimana-mana! Namun meskipun Setan tidak bisa menyebabkan penyakit, tetapi dalam kasus orang percaya yang sakit, ia memang mengambil kesempatan dari penyakit-penyakit tersebut dengan membawa mereka ke dalam rangkaian pencobaan, seperti pikiran-pikiran yang suram dan keputusasaan.


Ketika Paulus menderita duri di dalam dagingnya, hal tersebut diberikan kepadanya oleh Allah untuk menyelamatkan dia dari kesombongan karena menerima wahyu-wahyu yang mulia. Hal tersebut bukan direncanakan atau diberikan oleh Setan, meskipun Paulus memberitahukan bahwa hal itu merupakan cara (malaikat atau utusan) yang dipakai Setan untuk menyampaikan pikiran dan pencobaan yang menjatuhkan dan keputusasaan kepadanya. Meskipun demikian, Paulus di dalam doanya tidak berkata bahwa Setan yang menyebabkan kelemahannya, tetapi ia hanya mengambil kesempatan darinya. Duri itu dirancang dan diberikan oleh Allah, yang juga merancang penghiburan dan kasih karunia seiring dengan duri tersebut*. Memandang penyakit sebagai perbuatan Setan berarti mengubah pengajaran Alkitab dengan pemikiran primitif dualisme penyembahan berhala. Namun inilah cara yang paling populer untuk menjelaskan penyakit dalam buku-buku kharismatik yang kini beredar, yang menunjukkan betapa jauhnya para penulis kesembuhan itu meninggalkan warisan alkitabiah.





2.

"Allah Menjanjikan Kesehatan"


Salah satu justifikasi pelayanan kesembuhan yang populer adalah janji kesehatan yang berulang kali diberikan kepada bangsa Israel kuno di padang gurun, Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun..., sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau (Kel. 15: 26). Dengan yakin mereka menganggap bahwa jika kehendak Allah adalah untuk menyembuhkan umatNya pada masa itu, maka pasti jugalah kehendakNya bahwa orang Kristen akan disembuhkan pada masa kini. Namun tentu tidak demikian halnya! Semua janji kesembuhan yang tercatat di dalam kitab-kitab sebelumnya dibuat secara sangat khusus untuk bangsa Israel sebagai sebuah bangsa, dan disesuaikan dengan syarat selama mereka memelihara segala PerintahNya (moral dan upacara) dan mengusir bangsa Kanaan keluar dari tanah perjanjian. Masih ada janji lain yang juga hanya diterapkan bagi bangsa itu dan berlaku hanya pada masa itu saja.


Ambil contoh misalnya bahwa bangsa Israel akan dituntun ke sebuah negeri khusus yang akan menjadi milik mereka di bumi, dan (jika mereka taat) akan dilindungi dari segala musuh yang ada di bumi. Ini tidak berarti bahwa orang-orang Kristen masa kini akan diberikan sebuah tanah geografis eksklusif dan terlindung dari segala penganiayaan dan tekanan. Israel juga dijanjikan kemakmuran besar sebagai imbalan ketaatan mereka, namun kita tahu bahwa orang-orang percaya Perjanjian Baru sering dipanggil untuk bersabar menghadapi kesulitan besar demi Tuhan.


Kita harus selalu ingat bahwa Allah mempunyai maksud khusus bagi bangsa Israel. Pada zaman Perjanjian Lama Allah mengajar mereka (dan mengajarkan kepada dunia melalui pengalaman mereka) berbagai pelajaran fundamental, seperti misalnya prinsip bahwa dosa harus dihukum dan ketaatan kepada Allah akan mendatangkan berkat. Jika kita memberikan permen kepada anak-anak kita pada saat mereka bersikap baik bukan berarti kita akan sepanjang umur terus memberi mereka permen. Demikian juga, rencana Allah untuk menyembuhkan, membela, dan berdiam di sebuah tanah khusus bagi bangsa Israel kuno, semuanya merupakan bagian dari program pengajaranNya yang diperuntukkan kepada 'jemaat' pada masa masih bayi. Prinsip yang masih berlanjut adalah bahwa Allah akan memulihkan luka rohani kita, membela kita dari musuh rohani kita (Setan) dan menuntun kita menuju ke rumah rohani kita (Surga).


Kita tidak perlu heran bahwa Allah melakukan beberapa hal yang agak khusus bagi bangsa Israel purba, karena Ia membawa mereka melalui pengalaman-pengalaman yang agak berat untuk menggenapi tujuanNya. Ia memanggil mereka, misalnya, untuk bersabar di dalam lingkungan padang gurun yang berat, untuk menaklukkan negeri yang jahat, dan untuk merintis tempat tinggal baru. Di dalam kemurahanNya, dan untuk membuktikan diriNya kepada mereka, Ia menganugerahkan banyak berkat yang unik seperti persediaan roti mujizat tanpa mereka harus bekerja, dan juga persediaan mujizat lainnya. Mereka diberi janji bahwa tak seorangpun di antara mereka yang akan mengalami kemandulan, keguguran atau kematian prematur. Janji-janji ini diberikan kepada bangsa itu secara keseluruhan, meskipun mereka tidak menikmatinya dalam jangka yang panjang karena ketidaksetiaan mereka kepada syarat perjanjian Allah.


Apa yang terjadi dengan pribadi-pribadi saleh ketika tiba saatnya bangsa itu secara keseluruhan kehilangan keuntungan jasmaniah yang dijanjikan? Apakah pribadi-pribadi yang percaya itu masih mendapatkan berkat-berkat tersebut? Jawabannya adalah tidak. Ketika bangsa itu secara keseluruhan mengalami paceklik, serangan musuh, kemelaratan, dan ketidakmampuan mengusir bangsa Kanaan, maka pribadi-pribadi yang saleh umumnya harus ikut menderita pencobaan yang sama. Dengan kata lain, berkat-berkat jasmaniah khusus, termasuk perlindungan lengkap terhadap segala bentuk penyakit, dirancang bagi bangsa itu sebagai sebuah kesatuan, dan tidak bisa dinyatakan sebagai hak pribadi seseorang.





3.

"Orang Israel Tidak Pernah Sakit"


Memasukkan gagasan bahwa Allah ingin bangsa Perjanjian LamaNya selalu sehat berarti menyatakan bahwa penyakit hanya akan menyerang orang ketika mereka berdosa - contoh yang jelas adalah kegilaan Saul. John Wimber sangat yakin akan hal ini, dan menyatakan: 'Ayub merupakan pengecualian.' Kemudian ia berusaha mengeluarkan Ayub dari kategori itu dengan mengatakan, 'Kebanyakan penderitaannya bukan penyakit.' Ini merupakan usaha sia-sia untuk menghindar dari permasalahan, karena kitab Ayub jelas sekali menghancurkan pemikiran ini, yakni bahwa hanya orang berdosa saja yang menderita sakit, dengan menghabiskan banyak halaman untuk membuktikan bahwa keadaan sehat atau makmur dari seseorang tidak mengindikasikan apapun keadaannya dengan Allah.


Dalam kasus apa saja, Ayub tentu bukan satu-satunya contoh orang saleh yang menderita penyakit. Pernyataan dogmatik bahwa orang benar tidak sakit pada masa itu merupakan ciri-ciri penonjolan yang tak berdasar dan ketakjuban tak berarti yang dibuat oleh para penulis kharismatik seperti John Wimber. Bahayanya adalah bahwa orang percaya yang masih muda dan mudah terkesan bisa percaya dengan pernyataan-pernyataan tersebut. Mereka mungkin tidak mengetahui penyakit Yakub yang mematikan di dalam Kej. 48. Mereka mungkin tidak mengetahui tentang penyakit dan kematian Elisa, atau penyakit Daniel, yang sebenarnya disebabkan karena menerima wahyu yang sangat mempengaruhi keadaan jasmaniah nabi itu.


Bagaimana dengan Daud? Apakah sungguh seperti yang terkesan bahwa segala kelemahannya merupakan campur tangan Allah (sementara beberapa di antaranya jelas demikian)? Bagaimana dengan Mazmur 22, nubuatan Mesianik yang disebabkan penderitaan sangat menyakitkan yang dialami Daud seperti yang dialami Kristus? Disini Daud melukiskan perjuangan hebat menghadapi maut, termasuk keadaan jasmaninya yang kurus dan kepayahan, kemungkinan keadaan pikiran dan tubuh yang lemah karena penganiayaan yang berat.


Bagaimana para penyembuh kharismatik bisa demikian dogmatis mengatakan bahwa penyakit di dalam Perjanjian Lama selalu dikarenakan oleh dosa pribadi? Bagaimana dengan Abia di dalam 1 Raja-raja, anak yang meninggal karena ia merupakan satu-satunya anak yang tidak berdosa? Dan bagaimana dengan anak yang disembuhkan oleh Elia - apakah ia dihukum karena dosa?


Standar penafsiran dan pengetahuan alkitabiah yang ditunjukkan oleh beberapa argumentasi kerapkali sangat miskin, namun para penyaji argumentasi tersebut biasanya lebih mementingkan penampakan, mimpi dan pesan langsung dari Allah daripada sikap mereka terhadap Alkitab. Tujuan kami adalah menghimbau orang-orang percaya yang terkesan dengan argumentasi-argumentasi tersebut agar jangan mudah percaya. Jika mereka memeriksa sendiri kutipan-kutipan Alkitab tersebut, maka mereka akan mendapatkan bahwa betapa lemahnya kualitas argumentasi itu, dan betapa ayat-ayat tersebut dikutip tidak pada tempatnya.





4.

"Yesus Adalah Contoh Bagi Kita"


Bagi yang belum mempelajari latar belakang pelayanan kesembuhan sang Juruselamat, maka kasus yang dikembangkan oleh para penyembuh kharismatik bisa saja kelihatan sangat berkuasa. Hal itu terjadi dengan wajar dan begitu masuk akal: 'Yesus menyembuhkan orang sakit, dan Ia merupakan contoh dan pola bagi kita.' Kebanyakan penulis kesembuhan memberi alasan bahwa Yesus menghabiskan demikian banyak waktu untuk menyembuhkan jasmaniah manusia, sehingga kita harus menyimpulkan bahwa adalah kewajiban kita untuk melakukan hal yang sama.


Ada yang menyatakan - 'Tujuan utama Allah adalah senantiasa menyembuhkan ... Yesus tidak memerlukan doa panjang lebar kepada BapaNya untuk bertanya apakah Ia ingin menyembuhkan; Ia mengetahui apa yang hendak dilakukan BapaNya' (Urquhart). Penulis lain mengatakan, 'Kesembuhan adalah hal yang Allah kehendaki di dunia dan adalah tanggungjawab kita untuk melihat hal itu terlaksana' (Glennon).


Kebanyakan penulis kharismatik memaparkan sejumlah alasan mengapa Yesus menyembuhkan, tetapi sungguh aneh, semuanya hampir tidak pernah menyebutkan alasan yang terpenting - yaitu alasan yang menyapu bersih seluruh basis kesembuhan kharismatik. Yesus menyembuhkan bukan untuk menjadi contoh bagi kita, tetapi untuk membuktikan sifat keillahian dan kuasaNya; untuk mendemonstrasikan bahwa Ia adalah Juruselamat utusan Allah yang telah lama dinubuatkan. Dalam Yoh. 20: 30-31 kita baca -- Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias...


Yohanes juga mencatat - Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya (Yoh. 2: 11). Dalam Yoh. 5: 36, Tuhan Yesus berkata - segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Alasan dari semua mujizat kesembuhan jelas menyatakan karakter penuh kasih dan belas kasihan dari Kristus, dan yang paling nyata adalah untuk membuktikan Dia sebagai Mesias yang dijanjikan. Dalam mendemonstrasikan kuasa dan kemuliaanNya, ia bukan hanya menyembuhkan penyakit fungsional, tetapi juga penyakit organik yang paling berat. Ia memulihkan penglihatan, memperbaharui orang cacat dan menyembuhkan anggota badan yang tidak berfungsi, serta membangkitkan orang mati (tidak pernah gagal satu kalipun) untuk mengukuhkan kemesiasanNya sepanjang masa - itulah alasan yang diberikan Kitab Suci mengenai mujizat kesembuhan dari Kristus.


Karena itu para penulis kharismatik sama sekali tidak memahami maksud mujizat besar Tuhan dan berpikir bahwa mereka harus melakukan hal yang sama, tetapi argumentasi mereka tetap saja merusak. Jika memang kita dianggap harus mengikuti contoh Yesus untuk mengadakan kesembuhan, lalu mengapa para penyembuh masa kini tidak mencapai hasil seperti Tuhan? Mengapa mereka hanya berhasil 'menyembuhkan' jenis keadaan yang juga dilakukan oleh berbagai hypnotherapist atau penyembuh kultus non-Kristen? Dan mengapa begitu banyak orang yang tadinya mengira telah disembuhkan kemudian berubah pikiran? Jika kesembuhan Tuhan dianggap sebagai pola yang harus kita laksanakan, maka keberhasilan mutlak akan terjadi dalam semua kasus harus menjadi standar, termasuk kasus orang buta, orang tak berdaya (lumpuh) dan bahkan kadang-kadang orang mati.





5.

"Yesus Menyuruh murid-muridNya Menyembuhkan"


Kebanyakan pendukung kesembuhan kharismatik menarik ayat-ayat yang dianggap sebagai contoh dari Tuhan yang memberi amanat kepada duabelas murid dan kemudian tujuhpuluh murid (yaitu Luk. 9 dan 10). Bukankah murid-murid itu menerima 'contoh' perintah dengan - kuasa dan otoritas untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit? Bukankah ketujuhpuluh murid diperintahkan untuk menyembuhkan orang sakit sambil mereka mengumumkan pesan Tuhan? Semua penyembuh kharismatik bersatu-suara mengatakan bahwa tugas yang diberikan kepada murid-murid tersebut merupakan suatu tugas yang berkesinambungan bagi semua murid dalam sejarah gereja yang kemudian, namun sekali lagi mereka keliru, karena alasan Kristus memberikan kuasa kepada murid-murid itu (yang sifatnya sementara) dengan jelas dinyatakan di dalam kitab Injil tersebut. Dalam kenyataannya, segala sesuatu yang berkaitan dengan kedua misi tersebut adalah sehubungan dengan tugas unik yang 'sekali-selesai.'


Kita mencatat bahwa penugasan yang diberikan kepada keduabelas murid itu adalah bahwa mereka secara eksklusif harus pergi kepada bangsa Yahudi dan bukan kepada bangsa non-Yahudi. Mereka akan menyembuhkan segala penyakit dan juga membangkitkan orang mati. Mereka dilarang menerima uang apapun dan juga tidak boleh membawa bekal, bahkan juga tidak boleh membawa pakaian pengganti, karena mereka sepenuhnya hanya mengandalkan kebaikan orang untuk bertahan hidup. Semua itu tercatat di dalam Matius 10: 5-10. Ketujuhpuluh murid dikirim dalam misi khusus yang serupa, karena mereka tidak boleh melakukan hal yang lebih selain mengunjungi kota-kota yang segera akan dikunjungi secara pribadi oleh Tuhan Yesus, dan misi mereka diberikan dengan persyaratan yang sama seperti yang diterima oleh keduabelas murid. Tujuan kunjungan mereka adalah untuk menyembuhkan orang sakit di dalam nama Kristus dan berkata, Kerajaan Allah sudah dekat, sehingga kunjungan Mesias kepada bangsa Yahudi pada masa itu menjadi gempar.


Sebenarnya Yesus sedang berkata kepada bangsa perjanjian tersebut, 'Dengan tanda-tanda yang sangat berkuasa ini, yang dilakukan di dalam namaKu, engkau akan mengetahui bahwa kerajaan Allah telah datang dan zaman baru telah tiba. Mesias yang dijanjikan kepadamu telah datang!' Misi-misi tersebut sama sekali bukan sebuah pola yang 'normal' bagi pekerjaan murid-murid, seperti yang dapat kita ketahui dari tugas yang sangat terbatas yang ditugaskan kepada mereka. Apakah Tuhan ingin kita membatasi misi kita hanya kepada bangsa Yahudi? Apakah masa kini Ia melarang para misionariNya menerima uang atau memiliki pakaian ganti? Apakah Ia memerintahkan kita sepenuhnya tergantung kepada kebaikan orang-orang sekitarnya? Mengapa para penyembuh kharismatik tidak memegang saja semua unsur dari misi tersebut sebagai standar langkah mereka?


Bukti terakhir bahwa hal tersebut merupakan kegiatan sementara dan khusus diberikan di dalam Luk. 22: 35-36 dimana Tuhan merujuk misi khusus tersebut sebagai sesuatu yang telah berlalu, dan menata ketentuan baru bagi murid-murid di masa depan. Tidak lama kemudian Ia ditolak oleh bangsa Israel, sehingga zaman kemurahan kesembuhan (yang menandakan kedatanganNya) akan berakhir. Kesembuhan di masa depan akan jarang terjadi dan hanya terbatas pada kelompok rasul. Ketika Amanat Agung diberikan di dalam Matius 28: 16-20 (kiasan lain dari amanat ini ada di dalam Luk. 24:45-48 dan Kis. 1: 8) sama sekali tidak menyebutkan bahwa pencurahan mujizat kesembuhan akan menjadi aktivitas berkesinambungan dari para utusan Tuhan. Hanya ada satu perikop yang menyebutkan suatu kesembuhan, dan ini ditujukan secara eksklusif kepada murid-murid, yang di masa depan menjadi para rasul seperti yang akan kami tunjukkan sekarang.





6.

"Yesus Menjanjikan Tanda-tanda Akan Menyertai"


Pengecualian dari perikop Amanat Agung yang baru saja dirujuk adalah Markus 16: 14-18, yang berisi janji pemberian tanda-tanda sebagai berikut: Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya; mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun



maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.


Mengapa 'versi' Amanat Agung ini berbeda dengan yang lain, mengapa di dalamnya terdapat kesembuhan, eksorsisme dan proteksi dari gigitan ular dan racun? Jawabannya adalah bahwa hal tersebut diberikan kepada murid-murid secara pribadi di dalam kesempatan yang berbeda dengan kesempatan yang kemudian, yakni pemberian Amanat Agung yang lebih 'umum' di Galilea. Ketentuan amanat tersebut sangat berbeda di dalam Matius dan di dalam catatan Markus. Kejadian di dalam Markus terjadi ketika murid-murid sedang duduk makan bersama, sementara kejadian di dalam Matius terjadi di luar di pegunungan terbuka yang sebelumnya telah ditunjukkan oleh Tuhan. Kebanyakan penulis mengira bahwa (amanat) yang belakangan merupakan kejadian yang sama seperti yang dirujuk Paulus di dalam 1 Kor. 15: 6, ketika Kristus yang telah bangkit dilihat oleh 500 orang lebih. Karena kejadian di dalam Markus terjadi lebih dahulu di Yerusalem dan merupakan sebuah pertemuan pribadi untuk kesebelas murid, yang akan menjadi rasul di kemudian hari.


Markus 16: 14 memberikan konteks dan kunci amanat pribadi Kristus kepada kesebelas murid - Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya. Tujuan utama Tuhan adalah mencela kesebelas murid karena ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka. Ini merupakan pokok pernyataanNya kepada mereka, dan hal ini harus dicamkan jika kita membaca perikop tersebut. Ketika Yesus mencela mereka, Ia memberikan mereka amanat dalam bentuk singkat - Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Para pendengar yang percaya akan diselamatkan, orang yang tidak percaya akan terhilang.


Setelah memberikan tugas kepada murid-muridNya, Tuhan kembali masuk ke dalam permasalahan murid-murid, semuanya atau beberapa di antara mereka yang tidak percaya dan degil hatinya. Dalam keluhanNya terhadap mereka, Ia berkata: -- Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya...(Mrk. 16: 17). Kini Ia bukan bicara tentang orang-orang yang percaya kepada pengajaran mereka, tetapi tentang rasul-rasul itu sendiri. Jika mereka mau membaktikan diri mereka kepada amanat itu, percaya kepada Juruselamat mereka, maka - mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh (Mrk. 16: 17-18).


Penafsiran atas perikop ini benar karena ia mempertahankan subyek yang dinyatakan Markus sebagai thema dari ayat-ayat tersebut - yang mencatat bagaimana Yesus menegur ketidakpercayaan murid-murid. Bagaimana Ia melakukannya? Pertama, Ia mencela mereka. Kedua, Ia memberitahukan tugas mereka. Ketiga, Ia menjanjikan bahwa tanda-tanda pembuktian akan menyertai rasul-rasul yang percaya dan taat. Kebenaran penafsiran ini kemudian diteguhkan oleh fakta-fakta yang diketahui. Hanya para rasul (ditambah tiga orang pembantu langsung atau yang ditunjuk) yang benar-benar menyembuhkan orang menurut catatan Kisah Para Rasul, dan mengenai masalah gigitan ular, hanya tercatat Paulus sebagai satu-satunya yang selamat. Bahasa lidah jelas diperluas di luar kelompok rasul, tetapi tanda-tanda lainnya tidak demikian.


Markus 16: 17-18 sungguh merupakan teks yang sangat memalukan bagi para penyembuh kharismatik, karena sementara mereka menyatakan bahwa Kristus menjanjikan tanda-tanda tersebut sepanjang masa, mereka tidak bisa lolos dari gigitan ular dan racun maut. Kalaupun bisa, seharusnya mereka menyadari bahwa mereka telah memaksa teks ini keluar dari konteks yang sebenarnya, yaitu memaksa secara pribadi untuk menjadi rasul masa depan. Versi Amanat Agung yang berlaku bagi semua murid - segala zaman dan segala usia - tidak memerintahkan untuk melakukan tanda-tanda kesembuhan.





7.

"Kesembuhan Ada Di dalam Penebusan"


Salah satu argumentasi yang dikembangkan oleh para penyembuh kharismatik ialah bahwa penyakit, seperti halnya dengan dosa, telah ditebus di atas Kalvari, oleh karena itu kesembuhan harus menyertai pengampunan di dalam pelayanan gereja. Matius 8: 16-17 mencatat - Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 'Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita'.


Matius merujuk kata-kata yang terkenal itu dari Yes. 53: 4-5 - Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. ... dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kata yang diterjemahkan penyakit di dalam perikop ini memang kata Ibrani untuk penyakit, dan Yesaya memang mengatakan bahwa kita disembuhkan oleh bilur-bilur Kristus. Tidak diragukan bahwa Juruselamat memikul hukuman atas dosa-dosa dan konsekwensi dosa kita di Kalvari, termasuk segala akibat dari kutukan - penyakit, penderitaan, kehilangan dan kematian. Di atas Kalvari Ia membayar harga untuk membebaskan kita dari penyakit rohani kita dan juga penyakit jasmaniah kita, sehingga tak ada keraguan bahwa pemulihan jasmaniah telah dibayar di dalam penebusan.


Tetapi hal itu bukan berarti bahwa pemulihan jasmaniah ini sepenuhnya tersedia kini. Tidak semua berkat yang telah dibayar untuk kita di dalam penebusan itu masih tersedia sekarang. Yang terutama yang harus kita ingat adalah kemerdekaan dari maut - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Ini mengacu kepada jiwa (roh) dan kepada kehidupan yang akan datang, karena tubuh masa kini akan binasa dan mati dan pemulihannya merupakan kejadian di masa mendatang. Yesus membangkitkan orang mati, namun bukan berarti bahwa kita harus membangkitkan semua orang Kristen yang telah mati, karena kegunaan penebusan ini terletak pada masa yang akan datang.


Demikian juga dengan kesembuhan. Jika Tuhan, dalam menjawab doa, menjamin kita pulih dari sebuah penyakit, kita ingat bahwa Ia membayar hak untuk mengampuni dan memulihkan kita dengan menghapuskan konsekuensi dosa di atas Kalvari. Namun buah utama dari aspek penebusan Tuhan ini terletak di masa yang akan datang, ketika segala penyakit dan pembusukan tubuh, termasuk kematian, akan dihilangkan selamanya, dan kita akan bersama denganNya di surga. Kesembuhan yang kita alami sekarang hanya sekedar sebuah tanda pembebasan yang akan datang.


Ketika Tuhan Yesus Kristus masih di dunia, Ia menyembuhkan penyakit sebagai sebuah tanda dan sebuah demonstrasi bahwa Ia adalah Mesias yang dinubuatkan oleh Yesaya, dan bahwa Ia akan menyelesaikan permasalahan dosa dan akibatnya - penderitaan, penyakit dan maut. Ia memamerkan kuasaNya atas penyakit-penyakit tersebut, namun Ia tidak menjanjikan sebuah dispensasi kesembuhan umum kepada orang-orang yang percaya; Ia menjanjikan dispensasi pertobatan dan remisi dosa. Pelayanan yang dilaksanakan atau dipercayakan kepada kita sebagai utusan Kristus disebut Paulus sebagai - berita pendamaian. Pengampunan merupakan keuntungan besar penebusan yang kita beritakan kepada semua orang; pemulihan secara prinsip merupakan sebuah keuntungan masa yang akan datang, meskipun bukti-bukti kemurahan kini diberikan kepada orang-orang percaya yang memohonnya dengan rendah hati. Mengangkat kesembuhan ke dalam posisi sejajar dengan pengampunan dosa dan menggembar-gemborkan kesehatan yang sempurna sebagai sebuah jaminan keuntungan Salib yang tersedia pada saat sekarang berarti memaksakan makna Yesaya 53, sehingga ia bertentangan dan konflik dengan pernyataan Perjanjian Baru yang jelas bahwa tubuh kita yang fana harus menantikan pembebasan penuh dari kegagalan dan pembusukan mereka.





8.
"Pertobatan Termasuk Juga Kesembuhan"


Beberapa penulis kesembuhan banyak yang menggunakan teks 'ciptaan baru' Paulus untuk mendukung gagasan kesembuhan mereka - Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor. 5: 17). Perkataan Paulus itu jelas dianggap sebagai bukti bahwa kesehatan jasmaniah menyertai kelahiran baru sebagai suatu keuntungan yang langsung tersedia jika menghampiri Kristus, namun penulis-penulis tersebut tidak mencoba bertanya apa sebenarnya yang dimaksud oleh rasul tersebut. Ketika Paulus merujuk tentang ciptaan baru, apakah yang dimaksudkannya adalah hanya roh, kepribadian dan karakter dari orang yang percaya, atau termasuk juga tubuh jasmani? Jika para penulis kharismatik itu mau melihat sebentar saja ke ayat-ayat di sekitarnya, maka mereka akan segera mendapatkan jawabannya, karena dalam pasal yang sama, Paulus menunjukkan bahwa pertobatan membuat kita tetap tinggal di dalam kemah jasmaniah yang masih menyimpan banyak kerugian yang melekat di dalamnya - Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini (2 Kor. 5: 1-2).


Banyak sekali perikop yang memberitahukan bahwa tubuh kita masih harus menerima penebusan ciptaan barunya. Kebangkitan tubuh akan tiba, dan hanya pada saat itulah kita akan memiliki tubuh yang telah dibebaskan dari segala sakit dan penyakit, permasalahan dan pencobaan. Roma 8: 18-25 merupakan sebuah perikop luar biasa yang kelihatannya sama sekali tidak dipahami oleh para penyembuh kharismatik: Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan... karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan...


Baik kita ini gembala, pengajar maupun anggota jemaat dewasa, kita harus aktif menunjukkan prinsip-prinsip dasar alkitabiah ini kepada orang-orang yang masih muda imannya, sehingga mereka akan menyadari peringatan atas kedangkalan penulis-penulis kharismatik yang menyalahgunakan teks.





9.

"Jemaat Mula-mula Memiliki Mujizat yang Berkesinambungan"


Penulis-penulis kharismatik membawa kesan bahwa mujizat kesembuhan terjadi terus-menerus sepanjang masa jemaat mula-mula. Kata seorang diantaranya: 'Hampir merupakan cara yang biasa dimana berbagai contoh kesembuhan yang tercatat di dalam kisah tersebut menunjukkan bahwa hal itu dianggap sebagai kejadian sehari-hari' (Glennon). Yang lain mengatakan, 'Jelas sekali, kesembuhan tidak terbatas hanya pada para rasul' (Urquhart). Jika kita mencurigai mulut besar dan ceritera John Wimber mengenai tanda-tanda dan mujizat, maka dengan enteng ia akan menjawab dengan pedas bahwa sinisme kita 'menunjukkan betapa jauhnya Kekristenan di dalam masyarakat Barat telah keluar dari pengalaman yang terjadi setiap hari di dalam masa Perjanjian Baru' [cetak miring dari kami].


Apakah benar demikian? Canon Glennon sangat sakit hati dengan pandangan tradisional yang membatasi kesembuhan hanya pada kelompok rasul, dan berkata bahwa itu adalah pandangan 'yang tidak mempunyai satu justifikasipun di dalam Alkitab'. Namun jika ia membentangkan teksnya untuk membuktikan bahwa semua orang disembuhkan, maka hal yang menakjubkan adalah ia tidak bisa mendapatkan satu tekspun yang memaparkan seorang Kristen 'awam' yang menyembuhkan penyakit seseorang! Demikian juga setiap pendukung kesembuhan yang lain. Setiap contoh kesembuhan (yang dilakukan melalui seseorang) di dalam Kisah Para Rasul dilakukan oleh seorang rasul, atau seorang wakil rasul[1], dan jika kita memegang teguh catatan Alkitab, tiga 'wakil' yang mempunyai suatu kaitan dengan kesembuhan adalah Stefanus, Filipus dan kemungkinan Barnabas, jika Kis. 14: 3 melibatkan dirinya. (Sebentar lagi kami akan memberikan pendapat tentang kemungkinan hipotetis bahwa masih juga ada yang lain.) Di luar kelompok pilihan ini, secara aktual tidak ada lagi aktivitas 'karunia' kesembuhan yang tercatat di dalam Kisah Para Rasul atau Surat-surat lainnya. Memang ketika surat Ibrani ditulis (tahun 64-68 AD.), penulisnya mengkilas balik kepada mujizat kesembuhan yang dilakukan melalui perantaraan manusia sebagai sesuatu yang terjadi pada masa lalu (Ibrani 2: 4).


Gagasan bahwa mujizat kesembuhan dilakukan dimana-mana dan sepanjang masa sepenuhnya adalah suatu khayalan, namun tetap saja semua penulis kharismatik menyatakan bahwa hal itu merupakan suasana jemaat mula-mula. Mereka membombardir pembaca mereka dengan ayat-ayat dan peristiwa, menimbulkan kesan adanya tanda-tanda dan mujizat yang terus menerus seperti yang mereka lakukan, tetapi mereka tidak bisa membantah bahwa semua ayat yang mereka kutip itu secara eksklusif adalah merujuk kepada para rasul dan tidak lebih dari tiga utusan atau asisten rasul. Di dalam masa kekacauan kharismatik ini, kita harus tetap menekankan ayat-ayat yang membuktikan bahwa tanda-tanda dan mujizat adalah khusus milik kelompok rasul, dan tidak diberikan secara umum. Kis. 2: 43 berkata - sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Kis. 5: 12 tercatat - Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak. Ibr. 2: 3-4 memberitahukan tentang -- ... keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarkannya [yaitu para rasul], kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka [bukan orang yang lain] oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai pernyataan kekuasaan dan karena Roh...


Berbeda dengan kesan yang diberikan oleh penulis-penulis kharismatik, mudah sekali untuk membuktikan bahwa mujizat kesembuhan yang diadakan melalui perantaraan manusia terhitung jarang terjadi pada masa Perjanjian Baru. Para pembaca dipersilakan untuk mengembangkan sendiri masalah ini dengan membaca secara teliti kisah di dalam Kisah Para Rasul. Kis. 9 memberikan contoh tentang jarangnya kesembuhan-kesembuhan yang luar biasa tersebut, sehingga menimbulkan ketakjuban. Disitu kita membaca tentang penyembuhan Eneas di Lida, dan Dorkas yang dibangkitkan dari kematian di Yope, keduanya dilakukan melalu perantaraan rasul Petrus. Dalam kedua kasus tersebut, kejadian itu mengejutkan seluruh wilayah sekitarnya dan menarik banyak orang Yahudi untuk percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias yang sejati.


Titik utama yang perlu dicatat adalah bahwa di setiap tempat telah terbangun suatu kumpulan murid, namun tanda-tanda dari para rasul tetap diterima sebagai sesuatu yang benar-benar 'baru'. Tentu saja jika setiap minggu dalam setahun murid-murid di Lida bisa membangkitkan orang yang terbaring tak berdaya di tempat tidur seperti Eneas, maka kesembuhan yang diadakan Petrus akan berlalu tanpa kesan di wilayah itu, dan tidak mungkin dicatat oleh Lukas sebagai suatu hal penting yang cukup spektakuler.


Satu-satunya cara yang bisa menjelaskan kekagetan dan kekaguman yang ditimbulkan oleh peristiwa ini adalah bahwa kejadian itu sangat tidak biasa. Kita tidak meragukan anggota-anggota jemaat yang sakit serius kerapkali menjadi lebih baik (barangkali secara bertahap) sebagai jawaban atas doa yang dipanjatkan, namun penyembuhan spektakuler melalui perantaraan seorang penyembuh berkarunia tidak pernah dikenal di daerah itu - inilah gambaran yang disampaikan oleh Lukas sang tabib itu. Demikian juga, orang yang sudah mati tidak pernah dibangkitkan oleh orang-orang kudus di Yope, karena disana tidak ada anggota dari kelompok rasul. Ini jelas merupakan suatu kejadian yang unik, dan hal ini saja sudah menjelaskan kegemparan besar di kota itu, sehingga orang-orang Yahudi yang ragu menyadari bahwa kuasa Allah menyertai pesan yang disampaikan oleh para rasul. Sekali lagi kita katakan bahwa tidak mungkin orang akan keheranan jika mujizat-mujizat demikian merupakan kejadian sehari-hari di dalam jemaat mula-mula.


Ambil contoh kecelakaan berat yang terjadi ketika Eutikhus jatuh dari jendela di Troas. Kita tidak membaca di dalam Kis. 20 bahwa seluruh penyembuh berkarunia di daerah itu datang cepat-cepat menumpangkan tangan mereka ke atas tubuh anak muda yang tak berdaya itu. Dalam kenyataannya,


kekagetan, ketakutan dan perasaan tidak ada harapan begitu mencekam para jemaat, sehingga perkataan pertama dari Paulus ketika ia mendekap jenazah itu adalah perkataan penghiburan untuk mereka. Dimana semua penyembuh berkarunia yang menjadi sukarelawan yang akan membangkitkan anak lelaki itu? Faktanya adalah tak ada seorangpun, karena satu-satunya orang yang hadir yang sanggup mendekati jenazah itu dengan perkataan kesembuhan yang diharapkan adalah seorang rasul yang sedang berkunjung. Mengapa para penyembuh kharismatik tidak memberikan penjelasan atas potret situasi nyata yang 'memalukan' di dalam jemaat mula-mula itu? Kita tidak boleh membiarkan mereka lolos dengan pernyataan-pernyataan bersilat lidah mengenai sifat tanda-mujizat sebagai hal yang lumrah - yang membingungkan begitu banyak orang percaya yang masih muda - karena skenario mereka telah sedemikian jauh dari catatan Kisah Para Rasul yang sudah jelas.


Karunia kesembuhan diberikan kepada para rasul agar mereka dapat dikenal dan dibuktikan sebagai pengemban wahyu baru yang asli dari Allah. Penyembuh-penyembuh berkarunia yang lain seperti Filipus, Stefanus dan Barnabas adalah orang-orang yang hidup dan melayani 'dalam naungan' para rasul. Ada kemungkinan terdapat beberapa pembantu lain disamping tiga asisten rasul ini yang diberikan karunia kesembuhan (oleh para rasul), namun tidak ada yang secara aktual disebutkan di dalam Alkitab. Oleh karena itu adalah pemutarbalikan catatan yang kasar, jika menyatakan bahwa kesembuhan merupakan kejadian sehari-hari di dalam setiap gereja lokal, dan diadakan oleh semua orang yang percaya! Jelas, jika ada orang lain (diberi kuasa oleh para rasul untuk menyembuhkan), maka tidak akan banyak, karena hal ini akan sangat mengaburkan pembuktian para rasul, yang merupakan alasan utama diberikannya karunia kesembuhan menurut Alkitab.


Fakta bahwa kesembuhan dan mujizat diberikan hanya untuk tujuan pengidentifikasian rasul-rasul sejati dinyatakan oleh Paulus di dalam 2 Kor. 12: 11-12, dimana ia terpaksa menegaskan tugas kerasulannya, sebagian karena kritikan, dan sebagian lagi karena rasul-rasul palsu bergerak di dalam jemaat. Untuk menenteramkan dan membuktikan dirinya sendiri, ia berkata - Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu. Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa.


Tanda-tanda yang membuktikan seorang rasul sejati adalah tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa. Jika pelbagai pengkhotbah, diaken, atau anggota jemaat 'biasa' diberikan karunia untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat, maka siapakah yang dapat mengenal siapa yang sungguh-sungguh rasul yang sejati? Bagaimana mereka bisa mengetahui perkataan siapa yang diinspirasikan oleh Allah dan siapa yang tidak? Bagaimana mereka bisa mengetahui siapa yang mengemban wahyu otoritatif dan siapa yang penipu ulung?


Dr. Rex Gardner di dalam bukunya 'A Doctor Investigates Healing Miracles', kelihatannya sangat terganggu dengan kemungkinan bahwa hanya kelompok rasul yang memiliki kuasa untuk melakukan hal-hal tersebut. Ia teringat masa pelayanan misinya di Uganda dimana seorang pelayan biasa di gereja Presbyterian kebetulan menjadi Gubernur Jenderal Inggris. Ketika orang terkenal ini menghadiri pertemuan sidang jemaat, ia datang mengendarai mobil Rolls Royce berbendera tanpa nomor plat, dikawal oleh polisi mengendarai motor. Ia melakukan hal ini karena etika mewajibkan bahwa wakil Ratu setiap saat harus menampilkan statusnya yang tepat. Dr. Gardner mengira inilah hal yang ingin kita lakukan terhadap para rasul - sekedar memberi mereka status yang agung untuk menegakkan klaim mereka sebagai pemimpin. Tetapi permasalahannya adalah bahwa mereka lebih dari sekedar pemimpin, mereka adalah pengemban wahyu, sehingga Roh Allah menunjuk kepada mereka dengan cara yang khusus. Jika Ia tidak bertindak demikian, maka jemaat mula-mula tidak memiliki cara untuk mengetahui Injil, surat-surat yang mana dan dokumen lainnya yang merupakan Kitab Suci yang diinspirasikan, dan mana yang hanya merupakan pelayanan manusia, atau lebih buruk lagi, pengajaran sesat.


Dr. Gardner juga kuatir dengan situasi yang bisa muncul di dalam gereja jika hanya para rasul (dan barangkali orang-orang yang ditunjuk langsung oleh mereka) yang bisa mengadakan mujizat. Ia mengajukan sebuah skenario dimana sebuah gereja di suatu daerah pegunungan yang jauh memiliki seorang penyembuh berkarunia, sementara gereja-gereja lainnya tidak, dan ia melihat orang-orang sakit dari gereja-gereja yang kurang mampu berbondong-bondong dalam konvoi yang teratur di atas pegunungan untuk mengunjungi jemaat yang dikaruniai seorang penyembuh. Keadaan ini dinilainya tak bisa dipercaya, sehingga ia berpaling dari pengajaran 2 Kor. 12: 12 yang jelas. Kebenarannya adalah bahwa visi Dr. Gardner mengenai kekacauan gereja sama sekali bukan muncul karena alasan sederhana bahwa karunia kesembuhan rasul bukan satu-satunya cara Allah menyembuhkan orang-orang percaya yang sakit pada masa itu. Antara tahun 45 dan 50 AD. (paling tidak enam atau tujuh tahun sebelum Paulus mengingatkan orang Korintus bahwa karunia kesembuhan merupakan tanda-tanda dari para rasul) Yakobus menuliskan pengajaran yang jelas (oleh inspirasi Allah) sebagai pendekatan kesembuhan yang normal bagi orang Kristen Perjanjian Baru. Yakobus 5: 14-16 akan dijelaskan kemudian; hal tersebut sudah cukup untuk mengingatkan para pembaca bahwa Yakobus tidak menyebutkan penyembuh-penyembuh berkarunia sebagai 'norma', tetapi mengatakan bahwa orang-orang percaya yang berdoa bisa memperoleh berkat kesembuhan langsung dari Allah sesuai kedaulatan kehendak Allah.


Kami menekankan bahwa hal itu termasuk tidak biasa dan luar biasa karena sebuah kesembuhan diadakan melalui tangan (atau dengan ucapan kata) dari seorang penyembuh berkarunia. Jika hal tersebut benar-benar terjadi, orang sakit itu langsung sembuh dan sering di hadapan umum, dan tidak pernah terjadi penyakit yang kambuh lagi. Ini merupakan sebuah pelayanan-tanda yang dirancang oleh Allah untuk menandakan para rasul dan pembantu-pembantu yang diakui mereka, sehingga berita otentik bisa diakui, dihormati dan dipelihara. (Masih ada lagi alasan lain yang akan disajikan di dalam bab 'Membuktikan Karunia-karunia Telah Berakhir'.)





10.
"Penginjilan Memerlukan Mujizat Kesembuhan"


John Wimber menggambarkan dengan baik pandangan ekstrimisme baru tersebut ketika ia menyatakan bahwa tanda-tanda dan mujizat merupakan bahan utama untuk mencapai keberhasilan pada masa penginjilan gereja mula-mula. Sebagai contoh, ia berpendapat bahwa Petrus menerima semacam 'kata pengetahuan' tentang kemunafikan Ananias dan Safira, dan ia memaksakan bahwa orang Kristen masa kini harus terus-menerus membuat kagum sahabat-sahabat duniawi mereka dengan pengetahuan supranatural yang serupa ke dalam urusan, penyakit dan dosa pribadi mereka. Wimber menyatakan bahwa suatu kali ia melihat (di dalam mata pikirannya) kata 'perselingkuhan' tertulis menyilang di wajah seorang penumpang yang satu pesawat dengannya. Ketika ia melihat itu, nama seorang wanita muncul di dalam benaknya dan Allah mengungkapkan bahwa Ia akan mengambil nyawa laki-laki tersebut jika ia tidak bertobat. Kemudian ia menyatakan bahwa dengan wahyu demikianlah (yaitu: kata-kata pengetahuan), Allah ingin kita mengagetkan orang sehingga mereka percaya kepada pesan kita, jika kita bisa menyembuhkan, bernubuat dan mengusir setan.


Hanya dunia yang dikejutkan dengan demonstrasi kesembuhan gaib Kristen yang penuh kuasalah yang akan memberikan perhatian kepada berita Injil. Injil itu sendiri terlalu lemah dan tidak mempunyai kuasa (menurut pendapat Wimber) untuk mematahkan kedegilan dan pemberontakan hati manusia. Inilah perkara nyata mengenai mujizat - untuk mendukung kelemahan di dalam Injil itu sendiri yang tidak bisa diharapkan!


Contoh utama John Wimber untuk membuktikan pentingnya kesembuhan dan tanda-tanda lain untuk membuka jalan bagi Injil ditarik dari pengalaman Paulus. Argumentasi ekstrim kharismatik yang umum dikembangkan bahwa Paulus gagal dengan menyedihkan dalam usahanya menginjil di Athena, karena ia menggunakan kata-kata persuasif yang tidak disertai dengan tanda-tanda dan mujizat. Kata Wimber, hasilnya 'amat kurang'. Namun dalam 'persinggahan' berikutnya - di Korintus - Paulus diperkirakan telah mendapat pelajaran berat, namun pelajaran itu sangat signifikan, yaitu bahwa adalah sangat vital untuk menggabungkan pernyataan dengan demonstrasi karunia-karunia supranaturalnya. Pengalaman di Korintus membuktikan keberhasilan yang mengherankan, sehingga Paulus mengendapkan hal tersebut ke dalam semacam 'motto' di dalam 1 Kor. 2: 4, yang mengatakan - Baik



perkataanku maupun pemberitahuanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh.


Tak pelak lagi, 'bukti teks' tentang pentingnya mujizat kesembuhan dan pengetahuan gaib di dalam pekerjaan penginjilan ini merupakan standar khas eksposisi Alkitab menjijikkan yang dipraktekkan oleh John Wimber dan lainnya dari kelompok yang sama. Hanya dengan satu lompatan mereka mencapai kesimpulan bahwa frase Paulus - dengan keyakinan akan kekuatan Roh - merujuk kepada mujizat, dan mereka tidak berusaha untuk memeriksa pernyataan Paulus yang berikutnya untuk melihat apakah ia menjelaskan dirinya sendiri. Jika mereka mau membaca keseluruhan perikop itu (dari ayat 17 pasal sebelumnya), mereka akan mendapatkan bahwa Paulus menyatakan dengan sangat jelas apa yang dimaksudkan dengan keyakinan akan kekuatan itu - Sebab pemberitaan tentang salib... adalah kekuatan Allah (1 Kor. 1: 18). Paulus dengan caranya menekankan bahwa kekuatan itu ada di dalam pemberitaan, yang mengingatkan orang Korintus bahwa pada saat ia memberitakan kepada mereka, ia memusatkan pada pemberitaan tentang Salib di luar segala hal yang lain - Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan (1 Kor. 2: 2).


John Wimber dan yang lainnya bukan hanya tidak memahami konteks teks bukti 1 Korintus mereka pada saat mereka memelintir teks itu untuk disesuaikan dengan teori mereka, namun mereka juga mengabaikan Kis. 18 dimana Lukas memberikan catatan terperinci mengenai bagaimana tindakan Paulus di Korintus. Apakah Paulus memberikan 'kata-kata pengetahuan' yang menyingkapkan kesadaran supranatural mengenai keadaan pribadi orang, penyakit dsb.? Apakah ia mengadakan kesembuhan spektakuler disana? Lukas sama sekali tidak menyinggung hal-hal demikian. Menurut dia, Paulus mengikuti kebijakan yang persis sama seperti di Athena - ia hanya melakukan pemberitaan - kata-kata persuasif - untuk memenangkan jiwa. Pertama, ia berbicara dalam rumah ibadah (synagogue) dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, kemudian ia melakukan pemberitaan kepada bangsa-bangsa lain.


Deskripsi mengenai pelayanan Paulus di Korintus yang diberikan di dalam Kis. 18 berisi sebuah frase yang lebih jelas diterjemahkan di dalam versi modern sebagai berikut: Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman (Kis. 18: 5). Namun Wimber menggambarkan Paulus berusaha membuat heran orang-orang dengan tanda-tanda dan mujizat. Menurut Kis. 18 pemberitaan Paulus kepada bangsa-bangsa non-Yahudi di Korintus berawal di sebuah rumah yang berdampingan dengan rumah ibadah orang Yahudi, Lukas hanya menyebutkan fakta bahwa banyak orang yang mendengarkan perkataan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri untuk dibaptis. Setelah itu, Paulus tetap tinggal di kota itu selama satu tahun enam bulan - mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka. Dalam catatannya, Lukas tidak menyebut tentang mujizat, hal-hal gaib, maupun sesuatu yang seperti itu.


Musuh-musuh Paulus juga tidak mengenal hal-hal tersebut, karena mereka hanya menyuarakan satu komplain kepadanya - Ia ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Allah dengan jalan yang bertentangan dengan hukum Taurat. Tidak ada satu katapun mengenai hal-hal yang dinyatakan John Wimber - bahwa Paulus secara radikal mengubah gaya penginjilannya menjadi satu cara yang baku dengan tanda-tanda dan mujizat sebagai akibat pengalaman 'kegagalan' di Athena. Namun, inilah sifat penafsiran Alkitab yang dihasilkan jika orang mendasarkan gagasan mereka dari hal yang dianggap 'wahyu langsung' dan kemudian mencoba mencari teks untuk mendukung pikiran yang dihasilkan.


Memang, kita memiliki otoritas yang bagus di tempat lain (2 Kor. 12: 12) bahwa tanda-tanda yang membuktikan seorang itu rasul dilakukan oleh Paulus di Korintus - di dalam tanda-tanda dan mujizat dan kuasa-kuasa - tetapi hal tersebut dengan jelas dinyatakan di antara kelompok orang-orang percaya, bukan di dalam pelayanan umum, karena Lukas tidak menyebut apapun tentang hal-hal tersebut di dalam catatannya mengenai penginjilan Paulus kepada umum, dan Paulus tidak menyinggung hal itu di dalam 1 Korintus dimana ia menekankan bahwa seluruh kekuatan penginjilan


hanya ada di dalam pemberitaan Injil. Ketika Paulus berkata (dalam 1 Kor. 2: 4) bahwa pemberitaannya - tidak disampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh - ia sedang membedakan antara pemberitaan yang bersifat memamerkan hikmat duniawi dan pemberitaan yang menghadirkan firman Allah. Karena ia tidak memberikan pemberitaan yang menggelitik telinga dan yang melambungkan pikiran yang didasarkan pada hikmat duniawi, tetapi ia menjelaskan jalan keselamatan Allah, kuasa Roh menyertai firman yang diberitakan dan hati orang terbuka dan tertarik. Iman orang-orang yang bertobat tidak disandarkan pada suatu filosofi duniawi, namun di dalam pekerjaan Kristus yang penuh kuasa yang menghapuskan hukuman dosa di atas kayu salib Kalvari. Inilah kabar Injil yang memiliki kuasa itu, karena ia merupakan sebuah kabar tentang penyelesaian yang paling berkuasa di dalam sejarah alam semesta - penghancuran ikatan dosa oleh Juruselamat manusia.


Jelas kita dapat melihat betapa dangkal dan salah tempatnya tulisan Wimber mengenai perikop ini! Tanda-tanda dan mujizat senantiasa merupakan bukti otentikasi para rasul pada masa jemaat mula-mula. Hal tersebut bukan dimaksudkan sebagai keistimewaan penginjilan yang akan berlangsung terus, karena kita telah memiliki semua kuasa yang dibutuhkan pada saat Roh Kudus bekerja melalui pemberitaan Firman Tuhan. Penggunaan perikop 1 Korintus sebagai pembenaran atas 'skenario' bahwa tanda dan mujizat akan selalu diadakan oleh semua orang percaya hanyalah salah satu contoh lain tentang bagaimana para pengajar kharismatik membuat generalisasi liar yang didasarkan kepada perlakuan dangkal yang jahat terhadap teks yang kudus.


John Wimber di dalam bukunya Signs and Wonders mengatakan - 'Setelah memikirkannya beberapa tahun, saya belum pernah mendapatkan sebuah kasus penginjilan yang tidak disertai oleh hal-hal supernatural,'[2] maksudnya adalah mujizat kesembuhan, atau suatu penyingkapan informasi dari Allah kepada sang penginjil mengenai nama atau dosa rahasia dari orang-orang yang mendengarkannya. Apa haknya seorang pengkhotbah meneriakkan tuntutan dogmatik demikian, sementara ia sama sekali tidak berusaha sedikitpun untuk menguji hal tersebut dengan Alkitab?3 Satu-satunya tanggapan yang dapat diberikan seseorang terhadap begitu banyak pernyataan John Wimber yang meyakinkan adalah bahwa semua itu merupakan omong kosong yang tidak berdasar. Dalam hal ini John Wimber bukan hanya sekedar sedikit salah, atau bahkan keliru besar, namun ia salah berat dan salah besar sekali, karena ia demikian berlebihan dalam pernyataan yang tegas berkenaan dengan apa yang diajarkan Alkitab.





11.

"Jemaat Korintus Memiliki Penyembuh-penyembuh Berkarunia"


Beberapa penulis kesembuhan kharismatik meletakkan penekanan yang kuat pada 'pelayanan tubuh' yang dianggap sebagai contoh yang dipraktekkan di dalam jemaat Korintus (menurut penafsiran mereka terhadap 1 Korintus 12). Mereka mengatakan bahwa jemaat Korintus (sehingga dianggap semua jemaat yang lain juga demikian), memiliki jajaran anggota yang penuh dengan karunia Roh,


termasuk karunia kesembuhan , sehingga segala keperluan persekutuan dapat dipenuhi. Karena itu pasal tersebut membuktikan - demikian klaim para pengajar kharismatik - (a) bahwa karunia tidak hanya terbatas kepada para rasul dan orang-orang yang diangkat; dan (b) bahwa banyak orang di dalam setiap gereja bisa mengadakan mujizat kesembuhan.


Namun penafsiran pasal 1 Korintus 12 ini meleset dari maknanya, karena tidak memperhatikan alasan jelas yang dinyatakan Paulus ketika menulis perkataan tersebut. Paulus mengawali perikop itu dengan berkata kepada orang Korintus bahwa ia tidak ingin mereka tidak mengetahui atau berada dalam kegelapan mengenai karunia-karunia Roh. Pertanyaannya adalah, mengapa orang Korintus menjadi bodoh atau tidak mengerti karunia-karunia tersebut? Walau bagaimanapun juga, jika mereka berpengalaman atas semua karunia tersebut, maka mereka pasti tidak asing sama sekali dengan semua itu! Barangkali mereka memerlukan nasehat atau klarifikasi atas alasan dan kelalaian mereka, tetapi jelas mereka tidak menjadi bodoh (bahasa Yunani: agnoeo - menjadi bodoh).


Karena itu sangat jelas, bahwa semua karunia itu tidak disaksikan di dalam jemaat Korintus, sehingga mereka memerlukan penjelasan atas hal tersebut. Paulus memberitahu mereka tentang karunia yang dinyatakan di dalam jemaat secara luas, beberapa di antaranya tidak dimiliki oleh orang Korintus. Korintus tidak memiliki seorang rasul yang menetap disitu, misalnya, sejak keberangkatan Paulus, dan Paulus tetap mengatakan dengan besar hati - Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar ... dst. (1 Kor. 12: 28). Cukup jelas dari ayat ini bahwa Paulus pada dasarnya berbicara mengenai karunia-karunia di dalam jemaat secara luas. Kemudian karena pasal itu berlanjut, maka ia mengubah nasehatnya menjadi pelajaran mengenai keharmonisan dan kerjasama di dalam jemaat lokal.


Barangkali orang Korintus terkejut dengan ceritera luar biasa yang mereka dengar tentang mujizat yang terjadi di dalam jemaat Yerusalem dan di tempat lain. Di Korintus mereka belum pernah menyaksikan seseorang terjatuh mati seperti yang terjadi dengan Ananias dan Safira di Yerusalem, dan mungkin juga mereka belum pernah menyaksikan seseorang bangkit dari mati. Mungkin mereka merasa cemburu atau ketinggalan beberapa tanda-mujizat (meskipun mereka pasti sudah menyaksikan tanda-tanda pada saat Paulus masih bersama dengan mereka). Mungkin mereka merasa rendah diri karena Kebenaran wahyu tidak datang melalui seorang rasul yang tinggal bersama mereka. Alasan atau tujuan Paulus di dalam menulis perikop ini adalah untuk meyakinkan mereka bahwa mereka sama sekali tidak perlu rendah diri, sebaliknya bahwa jumlah para rasul yang terbatas (dengan tanda-tanda mujizat mereka) yang melayani di dalam jemaat secara umum, bermanfaat bagi seluruh tubuh jemaat.


Tanda-mujizat yang diadakan oleh (dikatakan) para rasul di Yerusalem bermanfaat bagi jemaat di Korintus (dan juga semua jemaat yang lain), karena karunia mujizat tersebut membuktikan para rasul adalah utusan sejati dari Allah, sehingga wahyu Allah menjadi pasti dan jelas. Tidak perlu ada jemaat yang merasa terguncang pikiran atau kesulitan apakah rasul-rasul itu benar-benar diinspirasikan, atau apakah pengajaran mereka asli atau palsu, karena utusan-utusan sejati Kitab Suci yang dikuduskan dan kekal itu menerima otentikasi yang tidak mungkin salah. Karena itu semua umat Allah mendapat manfaat kepastian dan keamanan yang amat besar yang dilimpahkan di atas wahyu otentik, sehingga Firman Allah dapat diberitakan melalui otoritas yang sesuai.


Di antara karunia yang disebutkan di dalam 1 Korintus 12 adalah karunia kesembuhan, dan kemungkinan juga adalah bahwa karunia-karunia tersebut tidak terjadi di dalam jemaat Korintus. Dasar pandangan ini adalah, pertama, fakta sederhana bahwa surat-surat Korintus tidak menyebutkan penyembuh-penyembuh lain ada disana. Kedua, Paulus tidak memberikan petunjuk mengenai bagaimana 'para penyembuh' harus melakukan pelayanan mereka - sungguh sebuah penghilangan yang luar biasa karena Paulus mengawali 1 Korintus 12 dengan memberitahukan kepada mereka bahwa ia tidak ingin mereka tidak mengetahui kebenarannya (karunia-karunia Roh). Namun nasehat demikian tidak diperlukan karena mereka tidak memiliki penyembuh di Korintus.


Tetapi bukankah Paulus pada akhir pasal kunci ini mendesak orang-orang Kristen untuk mengejar semua karunia itu? Tidak, ia bukan bermaksud demikian. Dengan menunjuk kepada seluruh jemaat (bukan pribadi-pribadi) ia mendesak mereka untuk berusaha memperoleh karunia-karunia yang paling utama - yaitu karunia-karunia utama yang menyampaikan Firman yang diwahyukan Allah, bukan tanda-tanda dan mujizat yang berlalu dengan cepat. Dengan kata lain, Paulus memberitahu orang Korintus, sebagai sebuah jemaat, menghargai setiap surat dari para rasul atau menguji ucapan nubuatan, dan mengejar bagian-bagian Kebenaran yang diwahyukan tersebut dengan pengharapan besar. Mereka harus menghargai hal tersebut melebihi segala tanda-mujizat, dan mereka harus juga memberi nilai yang tinggi kepada pelayanan pengajaran yang menguraikan dan menjelaskan wahyu firman Tuhan. Tentu saja Paulus tidak mendorong orang perorang untuk berambisi secara pribadi mengadakan mujizat kesembuhan. Sebaliknya, ia mengajar mereka untuk menyadari bahwa Firman jauh lebih penting dibandingkan dengan tanda-tanda.>













*Bukti bahwa duri Paulus itu merupakan suatu penderitaan jasmaniah diberikan sebagai lampiran dalam bab Menerapkan Yakobus 5.



[1]Kasus tunggal mengenai Ananias yang menumpangkan tangan ke atas Saulus (Kis. 9: 17) setelah menerima penampakan dari Tuhan hampir tidak bisa dikatakan sebuah kasus kesembuhan, karena Saulus dibutakan sementara oleh Tuhan, dan Ananias diutus (sebagai salah seorang yang dianiaya Saulus) untuk memeteraikan pengampunan Tuhan dan penerimaan terhadap dirinya.



[2]Kaset Signs and Wonders 1984/8164, No. 2.



3Ayat-ayat berikut merujuk kepada hal penginjilan yang tidak disertai oleh suatu kejadian 'supranatural' apapun seperti mujizat, 'kata pengetahuan', dsb. Dalam Kisah Para Rasul presentasi penginjilan yang tanpa unsur mujizat jumlahnya jauh melebihi kejadian yang disertai sesuatu hal yang supranatural. (Daftar ayat-ayat ini belum sepenuhnya lengkap.)


Kis. 5: 29-32; 7: 2-53; 8: 4 & 26-38; 9: 20-22; 11: 19, 20-21, 22-24 & 25-26; 13: 14-43 & 44-49; 14: 1, 21 & 25; 15: 35; 16: 1-5 & 12-15; 17: 1-4, 10-12, 16-17 & 18-34; 18: 1-6, 7-8, 11 & 19; 19: 8; 22: 1-21; 23: 1-9; 24: 10-21 & 24-27; 26: 1-32; 28: 17-29 & 30-31.


Sementara Tuhan Yesus Kristus mengadakan mujizat kesembuhan secara konstan, penting dicatat bahwa banyak di antara pernyataan 'evangelistik' agungNya tidak muncul dalam konteks langsung dari sebuah mujizat (hal ini sesuai dengan keseluruhan rangkaian perumpamaan Tuhan yang sangat terkenal). Perikop-perikop berikut menggambarkan hal tersebut:


Matius 9: 10-13 & 14-17; 13: 1-53; 16: 21-28;


Lukas 4: 16-27; 7: 36-50; 9: 57-62; 12: 13-34 & 49-59; 13: 1-9 & 22-30; 14: 25-35; 15: 1-32;


Yohanes 5: 17-47; 6: 22-71; 7: 11- 8: 59; 10: 1-21.

No comments:

Post a Comment