GBIA SEMARANG Headline Animator

omakase

IMAN

IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN, DAN PENDENGARAN AKAN FIRMAN ALLAH. TANPA IMAN YANG BENAR, MAKA MANUSIA AKAN MELAYANI ALLAH TANPA PENGERTIAN YANG BENAR. DAN HAL ITU SAMA SEKALI TIDAK MENYENANGKAN ALLAH (ROMA 10:1-3, 17)

Thursday, 29 January 2009

Mengapa Yesus Berdoa kepada Allah?

Untuk memahami Yesus sebagai Allah dalam dunia berdoa kepada BapaNya yang adalah Allah di surga kita perlu mengerti bahwa Bapa yang kekal dan Anak yang kekal memiliki hubungan yang kekal sebelum Yesus menjadi manusia. Silahkan baca Yohanes 5:19-27, khususnya 5:23 di mana Yesus mengajarkan bahwa Bapa mengutus sang Anak (baca juga Yohanes 15:10). Yesus bukan baru menjadi Anak Allah ketika Dia dilahirkan di Betlehem bertahun-tahun yang lalu. Dari kekekalan, Yesus senantiasa adalah Anak Allah, sekarang dan untuk selamanya.

Yesaya 9:6 memberitahu kita bahwa seorang Putra telah diberikan dan seorang Anak dilahirkan. Yesus senantiasa merupakan bagian dari hubungan Tri-tunggal bersama dengan Roh Kudus. Ke Tri-tunggalan selalu ada, Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Bukan tiga allah, namun satu Allah yang berada sebagai tiga pribadi. Yesus mengajarkan bahwa Dia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30). Yang dimaksudkan Yesus adalah bahwa Dia dan Bapa, dan tentunya Roh Kudus, memiliki substansi yang sama, esensi yang sama, Allah atau keillahian. Ketiga Pribadi yang setara ini berada sebagai Allah. Ketiganya sudah dan terus menerus memiliki hubungan yang kekal.

Yang terjadi adalah ketika Yesus, sang Anak Allah yang kekal menjadi manusia yang tak berdosa Dia juga mengambil wujud seorang hamba, meninggalkan kemuliaan surgawiNya (bdk. Filipi 2:5-11). Sebagai Allah-manusia, Dia belajar untuk taat (Ibrani 5:8) kepada BapaNya ketika Dia dicobai oleh Iblis, difitnah oleh manusia, ditolak oleh sesamaNya, dan akhirnya disalibkan. DoaNya kepada Bapa surgawinya adalah untuk meminta kuasa (Yohanes 11:41-42) dan hikmat (Markus 1:35; 6:46). Doanya memperlihatkan bahwa dalam kemanusiaanNya Dia bergantung kepada Bapa untuk menjalankan rencana BapaNya untuk penebusan (perhatikan doa Yesus sebagai Imam Besar dalam Yohanes 17); dan pada akhirnya tunduk kepada kehendak BapaNya di Taman untuk naik ke salib untuk membayar hutang dosa karena kita melanggar hukum Allah, yaitu kematian (Matius 26:31-46). Tentulah Dia bangkit secara fisik dari kubur, memenangkan pengampunan dan hidup kekal untuk kita yang menerima Dia sebagai Juruselamat secara pribadi.

Tidak ada masalah dengan sang Anak sebagai Allah berdoa atau bercakap-cakap dengan Bapa sebagai Allah. Sebagaimana yang telah disebutkan, mereka memiliki hubungan kekal sebelum Kristus menjadi manusia. Dalam kemanusiaanNya hubungan ini digambarkan dalam Injil sehingga kita dapat melihat bagaimana Anak Allah dalam kemanusiaanNya menjalankan kehendak BapaNya sehingga penebusan dapat tersedia bagi semua orang (Yohanes 6:38). Ketaatan Kristus secara terus menerus kepada Bapa surgawiNya diberikan kekuatan dan fokusnya terus dipelihara melalui kehidupan doaNya. Contoh doa Yesus disediakan untuk kita ikuti.

KeAllahan Yesus Kristus tidaklah berkurang ketika di dalam dunia Dia berdoa kepada Allah Bapa di surga. Dia menggambarkan bahwa sekalipun sebagai manusia yang tidak berdosa, adalah perlu untuk tetap memiliki kehidupan doa yang vital agar dapat menjalankan kehendak BapaNya. Yesus berdoa kepada Bapa menunjukkan hubunganNya, dalam ketritunggalan, dengan Bapa, dan menjadi contoh bagi kita, bahwa kita mesti bersandar kepada Allah melalui doa untuk kekuatan dan hikmat yang kita perlukan. Karena Kristus, sebagai Allah-manusia membutuhkan kehidupan doa yang bersemangat, demikian pula seharusnya para pengikut Kristus zaman ini!

No comments:

Post a Comment