GBIA SEMARANG Headline Animator

omakase

IMAN

IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN, DAN PENDENGARAN AKAN FIRMAN ALLAH. TANPA IMAN YANG BENAR, MAKA MANUSIA AKAN MELAYANI ALLAH TANPA PENGERTIAN YANG BENAR. DAN HAL ITU SAMA SEKALI TIDAK MENYENANGKAN ALLAH (ROMA 10:1-3, 17)

Monday, 16 February 2009

Manusia Akhir Zaman

Kotbah Dr. Suhento Liauw
Minggu, 6 Juli 2003
Kebaktian Pagi
Nats: II Timotius 3:1-5

Saudara yang terkasih dalam Tuhan, Paulus menuliskan kepada Timotius mengenai ciri-ciri manusia akhir zaman. Mengapakah ada daftar yang sedemikian buruk mengenai manusia akhir zaman? Jikalau kita membaca perikop ini, saya dapat meraba apa yang Paulus maksudkan. Apakah penyebab utama sehingga manusia sedemikian rusaknya? Sebenarnya ada dua penyebab utama yang mengakibatkan mereka demikian. Penyebab yang paling dasar sekali adalah mereka tidak peduli pada hal-hal rohani. Mereka lebih memperhatikan dan menghargai hal-hal jasmani karena bagi mereka itu adalah segala-galanya.

Memang uang memegang peranan penting, tetapi jikalau kita menempatkan uang di atas hal rohani, maka kita sudah melakukan suatu kesalahan di hadapan Allah. Siapakah di muka bumi ini yang tidak memerlukan uang? Tidak ada seorang pun yang dapat lepas darinya. Siapakah orang di muka bumi ini yang berani berkata bahwa dia tidak memerlukan materi? Kita semua memerlukan pakaian, sepatu, dan berbagai materi lainnya. Tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang tidak memerlukan materi. Tetapi persoalannya adalah ketika dua hal di hadapkan pada kita, pilihan kita akan mencerminkan isi hati kita.

Di akhir ayat kedua dikatakan bahwa manusia akhir zaman tidak mempedulikan masalah agama. Mereka tidak peduli mati masuk surga atau neraka. Padahal tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang tidak pernah tidak mendengar ada orang yang meninggal atau tidak menyadari bahwa meninggal adalah sesuatu yang pasti. Kita satu kali pasti mati hanya kita tidak tahu kapan waktunya kita mati. Sementara itu Paulus kataka bahwa manusia akhir zaman tidak peduli sama sekali akan hal itu. Karena tidak peduli akan hal itu segala macam kejahatan mereka lakukan. Anggota jemaat kita, Saudara Fendi, ditabrak mobil, namun mobil tersebut pergi begitu saja. Fendi kemudian mengejarnya dengan tangan yang berlumuran darah. Namun apa yang terjadi? Ternyata yang di dalam mobil itu ada dua orang Kopasus. Yang aneh adalah bukannya mereka meminta maaf tetapi mereka meminta ganti rugi karena Fendi adalah Chinese. Sungguh bejat sekali. Tetapi Fendi mempunyai falsafah kekristenan yang baik sekali, ia berkata, “Tidak apa-apa karena uang itu akan mereka bawa masuk ke neraka.”

Manusia di muka bumi ini, jikalau ia tidak merenungkan masalah surga dan neraka, mereka bisa berpikir apa saja serta melakukan apapun. Seorang paman berusia 27 tahun membunuh keponakannya karena ibunya lebih memperhatikan keponakannya yang masih kecil itu dari pada dirinya. Itulah gambaran kehidupan mereka yang menyepelekan masalah rohani. Mereka mempunyai prinsip hidup buatlah apa yang disukai dan akibatnya tidak perlu dipikirkan. Merampok, memperkosa, mencuri lakukan saja. Paman yang membunuh keponakannya tidak menyesal dan berkata bahwa dia paling akan dihukum tujuh tahun penjara saja. Dari jawabannya dia mempunyai pemahaman bahwa membunuh keponakannya bukanlah sebuah kerugian besar karena hanya dihukum tujuh tahun saja.

Tersangka yang membunuh Teo Eloway, dituntut oleh jaksa tiga setengah tahun. Mungkin hakim bisa saja memutuskan dua tahunan saja dengan pertimbangan belum pernah dihukum dan punya anak istri dan lain sebagainya. Jikalau manusia itu tahu resikonya ringan dia berani berbuat apa saja. Tetapi mengapakah ada orang yang tidak berbuat kejahatan sedikitpun, sekalipun tidak mendapat ancaman di muka bumi ini? Karena dia tahu kebenaran firman Tuhan. Dia tahu jika dia berbuat jahat akan menghadap penghakiman. Saudaraku, kadang-kadang kita melihat kejahatan di kanan kiri kita, tetapi satu hal yang menghiburkan adalah karena Tuhan menyiapkan suatu penghakiman yang adil untuk kita. Karena dia adalah hakim yang adil.

Mengapakah orang Kristen dilarang untuk membalas kejahatan? Karena sikap kita yang tidak membalas kejahatan adalah sikap kita yang percaya kepada Tuhan. Mengapa rakyat Indonesia jika diperlakukan jahat langsung membalasnya tanpa melapor kepada polisi? Hal itu terjadi karena rakyat Indonesia tidak percaya dengan kinerja pemerintah mengadili dengan adil. Sama halnya prinsip itu diterapkan dalam kehidupan kita. Sehingga setiap perbuatan jahat maupun ketidakadilan yang menimpa kita, kita dapat berkata bahwa hal itu tidak mungkin akan luput dari penghakiman Tuhan. sebab walaupun pemerintah tutup mata, pendilan bisu dan tuli, pemuka agama acuh tak acuh, tokoh masyarakat apatis, kita masih mempunyai Tuhan yang adil. Seberapapun kita ditindas dan dianiaya, kita tetap bersandar kepadaNya karena kita tahu bahwa ada suatu penghakiman yang adil dari Tuhan.

Sejarah mencatat bagaimana gereja Katolik sudah membunuh annabaptis tak terhitung jumlahnya. Mereka dibakar, disalibkan, dikuliti, bahkan pernah di suatu masa, ada satu kampung yang disinyalir ada orang annabaptis di dalamnya, gereja Katolik memperintahkan untuk membunuh semua orang yang ada di kampung itu termasuk yang bukan annabaptis juga dengan suatu pandangan yang dicetuskan oleh uskupnya, “Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya!” Sehingga satu kampung dibantai semuanya. Mengapakah annabaptis tidak melawan? Mereka tidak melawan karena mereka percaya ada Allah yang adil. Mereka percaya ada pemerintahan yang kekal yang memiliki kekuatan tak terbatas yang pasti suatu hari akan menghakimi dengan seadil-adilnya. Percaya pada itu maka kita tidak melawan. Jikalau kita membalas, sebenarnya kita tidak percaya kepada Tuhan.

Jemaatku yang terkasih di dalam Tuhan, membaca list ini, manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Apakah yang dimaksud dengan orang yang beribadah secara simbolik atau lahiriah namun tidak menghayati kekuatan yang dijanjikan itu? Artinya, jikalau kita sungguh-sungguh mengerti bahwa Tuhan memberikan upah yang besar bagi yang sungguh-sungguh setia sampai mati, maka janji itu baginya tentu selalu terngian-ngiang terus. Hal ini tidak ubahnya dengan orang yang dijanjikan uang seratus juta rupiah untuk menjaga rumahnya selama satu bulan saja. Dia diperintahkan untuk mengatur dan membersihkan rumah itu serta menjaga rumah itu sebaik-baiknya. Tentu di dalam dia melakukan tugas itu, dia selalu teringat akan janji itu sehingga timbul suatu kerinduan yang sangat akan janji itu. Janji itu benar-benar dihayati olehnya maka dia akan menjaga rumah itu sebaik-baiknya. Di dalam Alkitab terdapat banyak janji, himbauan, dan dorongan dari Tuhan. Tetapi sungguhkah kita sedemikian menyakini apa yang dijanjikan Tuhan di dalam firmanNya? Ataukah kita hanya membaca sambil lalu tanpa menghayatinya. Inilah yang disebut dengan mereka yang memungkiri kekuatannya.
Contoh sederhana mengenai hal ini dapat kita temukan dalam Matius 6:25-34. Dikatakan bahwa:

Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Pernahkah ketika kita membaca perikop ini kita meragukan janji Allah ini? Apakah janji itu dapat dipegang erat-erat? Tuhan mengatakan di bagian lain bahwa janji Tuhan itu seperti emas yang teruji yang dileburkan dalam tujuh kali dapur peleburan di tanah. Tuhan tidak pernah lalai menepati janjiNya.
Memang benar bahwa hal-hal materi itu biasanya dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Tetapi yang ditekankan dalam bagian ini adalah dimanakah kita melabuhkan hati kita. Seandainya Anda disuruh untuk memilih antara masalah rohani dan jasmani dan Anda diharuskan memilih salah satu dari keduanya, apakah yang akan Anda pilih? Mungkin ketika hal ini ditanyakan di gereja semua akan menjawab bahwa mereka akan mengutamakan masalah rohani. Apalagi ketika baru selesai mendengarkan penguraian kebenaran firman Tuhan ini. Namun hal itu akan berbeda jika itu terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada saat itu manakah yang akan kita pilih?

Mengapakah kita lebih sering menggunakan hari Minggu sebagai saat untuk pindah rumah? Mengapakah banyak orang Kristen yang merasa adalah lebih baik pindah rumah pada hari Minggu dibandingkan dengan hari-hari lain? Mereka melakukan ini karena berpikir adalah sangat sulit untuk meminta izin dari pimpinan kantornya sedangkan Tuhan itu dapat dinomorduakan. Sehingga hari Minggu tidak kebaktian karena dia pindah rumah. Seolah-olah dia menganggap Tuhan itu lebih gampang. Tuhan disepelekan sama sekali. Jujur kata sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita lebih mengutamakan masalah jasmani dari pada masalah rohani dalam hidup ini. Memang dalam gereja semua angkat tangan ketika ditanyakan masalah ini. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari hal itu sangat berbeda. Urusan rohani dinomorduakan dan dianggap sebagai hal “cingcay” saja.

Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka itu beribadah namun memungkiri kekuatannya. Dalam arti kata mereka memang mempercayai Allah Mahakuasa, Allah adalah Pribadi tertinggi yang paling dihormatid dari segala-galanya, tetapi sebenarnya mereka memungkiri kekuatannya. Sesuatu yang sebenarnya sangat tidak mungkin.

Jemaatku, kadang-kadang kita perlu tenggelam dalam renungan, “Tuhan, sejak aku mengenalMu, sejak Engkau memperkenalkan kasih karuniaMu kepadaku, adakah aku makin hari makin mempercayaiMu? Adakah makin hari aku makin menghormati dan mengasihiMu? Tuhan, adakah kerohanian saya makin hari makin maju? Adakah keberanian bagiku untuk menjawab keinginanMu dalam hidupku. Adakah aku sungguh-sungguh untuk melayaniMu?”

Dulu saya mempunyai keinginan untuk menjadi orang kaya. Saya bekerja seperti orang gila saja. Anda dapat bayangkan, dari jam 7 pagi sampai jam 12 mengajar di SD Maranatha di Sintang. Setelah itu pulang ke rumah untuk makan kemudian buru-buru pergi kerja lagi di CV Pembangunan Jaya sampai jam 5 sore. Setelah itu pulang untuk makan malam dan mandi lalu pergi kerja lagi sebagai sales asuransi sampai jam 10 malam. Saat itu saya mulai berpikir bahwa Suhento pasti akan menjadi orang kaya. Saya mulai menabung supaya punya modal untuk membuka usaha sendiri. Saat itu saya sudah mempunyai modal yang lumayan besar. Saya bisa membeli Corolla DX seharga tujuh setengah juta karena saya mempunyai uang sembilan jutaan. Sampai suatu hari ada teman yang datang untuk meminjam uang dari saya dengan jaminan bunga yang cukup besar. Sebagai jaminan dia memberikan sertifikat rumahnya sebagai jaminan. Beberapa bulan kemudian ternyata dia kabur entah kemana namun itu tidak masalah karena saya memiliki serifikat rumahnya. Akhirnya kami pun pindah ke rumah tersebut. Belum lama kami tinggal di sana, tiba-tiba petugas bank datang untuk menyita rumah tersebut dan mereka juga mempunyai sertifikat atas rumah tersebut. Saat itu sangat sulit untuk menang perkara melawan bank akhirnya rumah itu pun disita oleh bank.

Hal itulah yang membuat kami duduk termenung berlinangan air mata. “Tuhan, sekarang Engkau mau kami berbuat apa?” Karena sebelumnya saya sudah sering berkotbah keliling dan akhirnya kamipun bertekad untuk menjadi hambaNya. Mulai saat itu saya mulai merenungkan hal ini. Saya mau mempercayai semua janji Tuhan. Bahwa janji Tuhan itu benar. Bukan masalah tidak perlu masalah materi, tetapi intinya mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya.

Dengan tanggungan dua orang anak saya memutuskan untuk sekolah teologi. Tanpa ada sponsor sama sekali dan tidak ada yang bisa dijadikan sandaran. Hanya bersandarkan pada janji Tuhan saja kami maju terus. Cobalah kita bertanya kepada diri kita sendiri, di dalam kita mengikut Tuhan, apakah makin hari kita makin maju. Pernahkah kita bertanya kepada Tuhan apakah yang diinginkannya di dalam kehidupan kita? Sebenarnya pengalaman saya bisa menjadi guru bagi Anda. Tidak perlu menunggu uang kita diambil orang barulah sadar. Ketika saya merenungkan hal ini, kadang-kadang saya tersenyum sendiri dan berkata, “Tuhan, kadang Engkau memimpin orang dengan membuatnya syok berat.”

Kasih karunia Tuhan begitu besar dalam hidup kita. Marilah kita semakin maju di hadapan Tuhan. Baik itu secara kerohanian kita, pemahaman kita, maupun kasih kita kepadaNya. Makin maju di dalam Tuhan ini dapat ditandai dengan makin mempercayai janji Tuhan dan memegang erat janjiNya. Semakin yakin jika kita berjalan bersama Tuhan pasti akan berjalan dengan baik. Tetapi itu bukan berarti kita lepas tangan. Paulus mengajarkan kepada kita melalui surat yang ia tuliskan kepada jemaat di Efesus, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” (Efesus 4:28) Jadilah orang Kristen yang mau bekerja dan mau menolong orang lain. Terapkan apa yang Tuhan Yesus katakan, lebih bahagia memberi dari pada menerima. Amin!

No comments:

Post a Comment