Bermulanya gerakan Anabaptis berakar kuat pada abad-abad permulaan. Kaum Baptis memiliki turunan rohani yang berasal dari orang-orang Kristen yang mencintai kemerdekaan dari berbagai zaman; Reformasi memberikan kesempatan pembentukan sejarah yang baru dan bervariasi.
Pernyataan Mosheim yang merupakan sejarawan Lutheran yang terpelajar mengenai asal-usul kaum Baptis belum pernah sepenuhnya ditentang. Ia mengatakan:
Asal-usul sekte yang mengulang baptisan terhadap orang-orang yang berasal dari kelompok lain tersebut disebut Anabaptis, tetapi juga termasuk denominasi Mennonites, yang berasal dari seorang ternama yang sangat berjasa atas keberhasilan mereka saat itu, yang diliputi oleh banyak ketidakjelasan [atau, tersembunyi dalam-dalam dibalik kekunoan yang jauh, seperti istilah dari seorang penerjemah]. Karena mereka muncul tiba-tiba di berbagai negeri di Eropa, dibawah pengaruh para pemimpin yang berbeda karakter dan pandangan; dan pada masa ketika pertentangan pertama dengan Katolik demikian menegangkan perhatian semua pihak, sehingga mereka sungguh-sungguh memperhatikan semua kejadian yang muncul. Kaum Mennonites modern menegaskan bahwa para pendahulu mereka berasal dari kaum Waldenses yang ditekan oleh tirani Kepausan; dan bahwa mereka berasal dari turunan yang paling murni dan paling keras menentang setiap kecenderungan penyelewengan, seperti juga halnya terhadap pandangan-pandangan fanatik.
Pada urutan pertama saya yakin kaum Mennonites tidak sepenuhnya salah, ketika membanggakan sebagai turunan dari kaum Waldenses, Petrobrusian dan lainnya yang biasanya menyebut diri sebagai saksi-saksi kebenaran sebelum Luther. Sebelum masa Luther, tersembunyi hampir di setiap negeri di Eropa, khususnya di Bohemia, Moravia, Switzerland dan Jerman, banyak sekali pribadi yang pemikirannya berakar kuat pada prinsip yang dipertahankan oleh kaum Waldenses, kaum Wyclifites dan kaum Husites, sebagian besar tersembunyi dan sebagian yang lain secara terbuka; yakni bahwa kerajaan yang Kristus dirikan diatas bumi, atau jemaat yang kelihatan adalah merupakan sebuah kumpulan orang-orang kudus; oleh karena itu harus benar-benar bebas dari orang-orang yang fasik dan berdosa, maupun dari segala lembaga ciptaan manusia yang bertentangan dengan keillahian. Prinsip ini menjadi dasar yang merupakan sumber yang baru dan seragam bagi seluruh kepercayaan Mennonites; dan bagian terbesar dari pendapat mereka yang seragam tersebut sudah teruji dan diakui oleh mereka yang mempunyai pandangan yang demikian mengenai Jemaat Kristus beberapa abad sebelum zaman Luther (Mosheim, Institutes of Ecclesiastical History, III, 200).
Pandangan Mosheim mengenai asal-usul purbakala dari kaum Baptis dan hubungan mereka yang erat dengan kaum Waldenses serta saksi-saksi kebenaran lainnya dinyatakan pada tahun 1755, dan sesuai serta diakui oleh penelitian ilmiah masa kini yang sangat ketat.
Sir Isaac Newton, seorang yang sangat terkemuka yang pernah hidup, menyatakan adalah “keyakinannya bahwa kaum Baptis merupakan satu-satunya orang-orang Kristen yang tidak menghubungkan diri dengan Roma” (Whiston, Memoirs of, ditulis oleh dirinya sendiri, 201). William Whiston yang mencatat pernyataannya, merupakan penerus Newton di Cambridge University, dan mengajar Matematika dan Filsafat Alam. Ia sendiri menjadi seorang Baptis dan menulis sebuah buku tentang baptisan bayi.
Alexander Campbell, didalam perdebatannya dengan Mr. Macalla, mengatakan:
Saya akan melawan dengan menunjukkan bahwa baptisan seperti yang dipandang dan yang dipraktekkan oleh kaum Baptis memiliki pendukung dalam setiap abad sepanjang masa Kekristenan ...dan keberadaannya yang independen (Anabaptis Jerman), dipenuhi oleh saksi-saksi yang menyokong fakta, bahwa sebelum Reformasi, sejak zaman kepausan, dan sejak zaman apostolik sampai saat ini, perasaan kaum Baptis dan praktek baptisan memiliki rantai dukungan yang berkesinambungan serta monumen-monumen umum tentang keberadaan mereka yang dihasilkan dalam setiap abad (Macalla and Campbell Debate on Baptism, 378-379, Buffalo, 1824).
Sekali lagi didalam bukunya mengenai Baptisan Kristen (hal. 409, Bethany, 1851), ia mengatakan:
Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi kemerdekaan sipil daripada menikmati kemerdekaan untuk melaksanakan kesadaran yang bebas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan agama tanpa dihambat dan dibatasi. Karena itulah denominasi Baptis, dalam setiap zaman dan di seluruh negeri, sebagai sebuah tubuh, merupakan kelompok yang konsisten dengan hak azasi manusia dan kehendak bebas. Mereka sering mengalami penganiayaan dari para Pedobaptis, tetapi secara politis mereka tidak pernah menganiaya, walaupun mereka mempunyai kekuatan untuk itu.
Robert Barclay, seorang Quaker yang banyak sekali menulis mengenai masalah ini, meski tidak selalu bebas dari sikap berat sebelah, berkomentar mengenai kaum Baptis:
Selanjutnya kita akan menunjukkan terjadinya kebangkitan Anabaptis sebelum Reformasi Gereja Inggris, dan selalu terdapat dasar untuk percaya bahwa di Benua Eropa, sekelompok kecil masyarakat Kristen yang tersembunyi mempertahankan banyak pemikiran Anabaptis, telah ada sejak masa para rasul. Dalam hubungannya dengan penyebaran Kebenaran Allah dan sifat agama rohani yang benar, kelihatannya besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat tersebut memiliki garis silsilah atau suksesi yang lebih kuno dari yang dimiliki oleh Gereja Roma (Barclay, The Inner Life of the Societies of the Commonwealth, 11-12, London, 1876).
Pernyataan-pernyataan ini dapat dipecahkan dengan rincian secara tak langsung. Sejarawan Katolik Roma dan para pejabatnya sebagai contoh saksi mata, bersaksi bahwa kaum Waldenses dan kelompok-kelompok purba yang lain merupakan kelompok yang sama dengan Anabaptis. Seorang Augustinian, Bartholomaeus von Usingen, pada tahun 1529 mengajukan sebuah tulisan polemik untuk menentang “Kaum Baptis Ulang”, dimana ia mengatakan bahwa “Anabaptis atau Catabaptis keluar dari Picardisme” (Usingen, Contra Rebaptizantes, Cologne, 1529). The Mandate of Speier, April 1529, menyatakan bahwa Anabaptis berusia ratusan tahun dan seringkali dikutuk (Keller, Die Waldenser, 135, Leipzig, 1886). Father Gretscher, yang mengedit karya-karya Rainerio Sacchoni, setelah menceritakan doktrin-doktrin kaum Waldenses, mengatakan: “Ini merupakan sebuah gambaran sejati mengenai bidat zaman kita, terutama kaum Anabaptis”; Baronius, seorang sejarawan Gereja Katolik Roma yang sangat tekun dan terpelajar mengatakan: “Kaum Waldenses merupakan Anabaptis” (D’Anvers, Baptism, 253). Baronius memiliki sebuah kronik yang berat dan sulit dibaca, namun berharga sebagai referensi dokumen asli.
Kardinal Hosius, anggota Sidang Trent, 1560 AD., didalam sebuah pernyataan yang sering dikutip, mengatakan:
Jika kebenaran agama ditentukan oleh kesiapan dan keberanian untuk menderita seperti yang ditunjukkan oleh anggota dari sekte apa saja, maka tidak ada pendapat dan kepercayaan dari sekte manapun yang lebih sejati dan lebih meyakinkan daripada yang ada didalam Anabaptis, karena dalam seribu duaratus tahun yang lalu ini, hampir tidak ada yang lebih biasa dihukum atau yang lebih bersukacita dan tabah menjalani penganiayaan, bahkan mempersembahkan diri mereka didalam hukuman yang paling kejam selain orang-orang tersebut (Hosius, Letters, Apud Opera, 112-113, Baptist Magazine, CVIII, 278, Mei 1826).
Bahwa Kardinal Hosius menyebutkan sejarah Baptis mundur 1.200 tahun ke belakang, berarti tahun 360 AD, karena kemudian di tempat yang lain Kardinal tersebut mengatakan:
Anabaptis merupakan sebuah sekte yang merusak. Kelihatannya akhir-akhir ini beberapa dari kelompok Waldenses, walau hanya sedikit, seperti kesaksian didalam permintaan maaf mereka, menyatakan bahwa mereka tidak akan membaptis-ulang seperti kebiasaan mereka dahulu; meski demikian, dapat dipastikan bahwa banyak dari mereka mempertahankan kebiasaan mereka, dan bersatu dengan Anabaptis (Hosius, Works of the Heresies of our Times, Buku I, 431, Edisi 1584).
Dari sudut pandang apapun, kesaksian Katolik Roma ini harus dilihat sebagai hal yang sangat penting. Katolik Roma aktif menentang kaum Baptis, dengan Inkuisisi mereka menghadapi kaum Baptis selama beberapa abad, mereka memiliki setiap informasi, tetapi sama sekali tidak mengecualikan informasi itu, dan sebagai akibatnya mereka sangat mengenal fakta-fakta tersebut. Kesaksian-kesaksian yang sangat kuat tentang kekunoan Baptis ini bobotnya sangat istimewa. Kaum Baptis bukan sesuatu yang baru bagi Katolik Roma pada masa Reformasi.
Kesaksian Luther, Zwingli, dan para Reformer lainnya meyakinkan. Luther sama sekali bukan bagian dari Baptis. Pada permulaan tahun 1522 ia mengatakan: “Kaum Anabaptis sejak lama sudah menyebar di Jerman” (Michelet, Life of Luther, 99). Almarhum Dr. E.T. Winkler, seorang Baptis yang hebat dan mengesankan, ketika mengomentari pernyataan ini, mengatakan: “Tidak, Luther bahkan menelusuri Anabaptis sampai kepada masa John Huss, dan dengan mohon maaf mengakui bahwa Reformasi yang terkenal itu hanya merupakan salah satu bagian dari mereka”.
Zwingli, Reformer Swiss, lebih spesifik dibandingkan Luther. Sejak awal karyanya, ia dipengaruhi sikap tentang pentingnya untuk menghadapi gerakan Anabaptis. Ia mengatakan:
Lembaga Anabaptis bukan sesuatu yang baru, namun merupakan hal yang selama tiga ratus tahun telah menyebabkan gangguan besar kepada gereja, dan memperoleh kekuatan sedemikian rupa, sehingga usaha masa ini untuk menentangnya menjadi sia-sia selama suatu jangka waktu tertentu.
Tidak ada tempat yang menggambarkan dimana kaum Baptis pada masa Reformasi bermula, karena mereka semuanya muncul di banyak negeri secara bersamaan. Pertama-tama adalah tidak mungkin menelusuri jejak mereka ke suatu tempat tertentu, karena mereka muncul di banyak negeri pada saat yang bersamaan (J.C. Fusslin, Beitrage zur schweizerischen Reformations geschichte, I, 190; II, 64-65, 265, 328; III, 323, Zurich, 1754). Selanjutnya Fusslin menambahkan: “Karena itu Anabaptis tidak salah, jika mereka mengatakan bahwa anabaptisme bukan suatu hal yang baru. Kaum Waldenses telah mempraktekkannya sebelum Anabaptis” (Ibid, II, 166). Tidak ada yang dapat memastikan apakah mereka pertama kali muncul di Belanda, Jerman atau Switzerland, dan para pemimpinnya tidak dibatasi pada negeri tertentu, dan kelihatannya tidak memiliki sebuah kaitan yang khusus antara satu dengan lainnya.
Tak seorang pemimpinpun yang mengesankan diri sebagai pribadi yang membawahi mereka. Ada independensi dan individualitis yang menyebabkan kemustahilan untuk menyatakan sistim intelektual kepercayaan mereka secara lengkap. Terdapat tiga laporan masa itu yang menunjukkan perbedaan pendapat diantara mereka – dua berasal dari sejarawan yang memusuhi dan satu berasal dari sejarawan simpatisan. Bullinger (Die Wiedertaufern Ursprung, Furgang, Secten, Zurich, 1650) berusaha membuat klasifikasi bagian-bagian yang berbeda, dan menyebutkan tigabelas sekte yang berbeda didalam lingkaran Anabaptis; tetapi semua itu menunjukkan tumpang-tindih yang sedemikian rupa sehingga mengesankan adanya jumlah perbedaan yang sangat besar sehingga tidak bisa dibuat tabel khusus. Sebastian Frank mencatat berbagai pandangan yang disebutkan oleh Bullinger, tetapi menghindari klasifikasi tertentu. Ia mengatakan, :”Ada banyak lagi sekte dan pendapat yang tidak saya ketahui dan tidak bisa saya uraikan, tetapi saya temukan ternyata bukan hanya ada dua kelompok yang sama pandangannya dengan semua pemikiran tersebut”. Kessler (Sabbatta, St. Gall, 1902), yang mengisahkan cerita mengenai Anabaptis St. Gall, juga mencatat variasi pendapat yang sama. Benih tersebut ditaburkan oleh orang-orang Kristen mula-mula di banyak tempat, dan kaum Baptis merupakan buahnya. Mereka bukan bersumber dari individu tertentu, karena itu variasi dan independensi yang besar diperlihatkan oleh gereja-gereja Baptis. Karena penganiayaan, mereka tidak diizinkan untuk menyelenggarakan pertemuan untuk merumuskan pembelaan, kemungkinan mereka tidak saling mengetahui keberadaan masing-masing, sehingga timbul perbedaan pandangan diantara mereka; tetapi pada intinya ada kesatuan pemikiran, karena mereka menguasai pelajaran di hati mereka dari sumber Injil yang sama, dan diajar oleh Roh merdeka yang sama.
Gerakan Anabaptis merupakan kesinambungan dari iman alkitabiah lama yang dipertahankan oleh kaum Waldenses dan orang-orang Kristen abad pertengahan lainnya. Limborch, sejarawan Inkuisisi mengatakan:
Untuk mengatakan yang sejujurnya, jika pendapat dan kebiasaan mereka diteliti dengan tanpa prasangka, maka ternyata diantara semua sekte Kristen modern, mereka memiliki persamaan yang terbesar dengan kaum Mennonites atau Baptis Belanda (Limborch, The History of the Inquisition, I, 57, London, 1731).
Dr. Allen, Profesor Harvard University mengatakan:
Seiring dengan pengakuan iman yang dengan sendirinya membentuk diri sedemikian rupa (merujuk kepada hirarkhi Roma) sehingga menurunkan tradisi yang sangat tua, tegar, heroik, dan anti-keimamatan, yang menyebabkan pemicu lahirnya berbagai protes radikal dari Kaum Puritan Novatian abad ketiga sampai kepada Independensi Inggris pada abad ketujuhbelas. Tradisi tersebut dalam bentuk yang paling logis bukan hanya Protestan, namun Baptis.
Dr. Ludwig Keller, seorang anggota terpelajar dari Gereja Reformed yang merupakan Penanggungjawab Arsip Munster yang kemudian bertugas di Pusat Arsip Berlin, mengatakan:
Juga tidak diragukan lagi bahwa didalam proses penelitian ilmu pengetahuan, penelusuran yang terus dilakukan akan menghasilkan penyingkapan ... Banyak yang dapat dibuktikan bahwa di tempat-tempat yang menyebut jemaat Baptis yang sudah ada sejak banyak dasawarsa dan bahkan berabad-abad sebelum Reformasi (The Baptist Quarterly Review, VII, 28-31).
Didalam karya terakhirnya, Keller mengatakan:
Hal-hal yang menonjol dari jenis tinjauan sejarah ini adalah bahwa dalam kalangan injili terdapat sebuah fakta mengenai adanya sebuah garis perkembangan yang tidak terputus dan kesinambungan historis yang jauh sebelum abad keenambelas; dan yang sama-sama menolak mengakui anggapan Katolik bahwa hanya pada 1517 “sebuah kemurtadan menjijikkan terhadap iman yang benar terjadi di Dunia Barat”, dan yang hanya dari para pengikut Luther saja, terang Injil pertama kali yang menyertainya (karena adanya kesesatan) datang ke dunia (Keller, Die Anfange der Reformation, iii, iv, diterjemahkan untuk The Western Recorder oleh Dr. Albert H. Newman).
Pernyataan dari Dr. William Moeller, almarhum Profesor Sejarah Gereja di Kiel juga menyatakan kesimpulan yang sama. Ia mengatakan:
Kaum Baptis seringkali disebut sebagai kelompok yang paling konsisten dan keturunan paling asli dari Reformasi, atau mereka dianggap memiliki karaktek yang hebat sehingga disebut dengan nama Reformasi ‘Ultra’; tetapi pandangan ini hanya didukung oleh kalangan luar yang sama sekali tidak ada hubungannya, yang mengatakan bahwa banyak dari mereka sebelumnya adalah pengikut Zwingli atau Luther, dan bahwa Reformasi Swiss melicinkan jalan bagi doktrin mengenai kasih-karunia dan radikalisme alkitabiah mereka. Bahkan usaha Cornelius untuk menjelaskan kebangkitan pengaruh Alkitab yang berada di tangan orang-orang awam hanya bisa menggambarkan formalitas dan keanehan tertentu. Untuk menilai pandangan kolektif mereka mengenai dunia dengan menguji maksud dan tujuan mereka, maka mereka bukan termasuk Reformasi, namun Kekristenan Abad Pertengahan, yakni sebuah kesinambungan perlawanan (yang tumbuh pada paruh kedua Abad Pertengahan di lahan Katolik) terhadap gereja sekuler (Moeller, History of the Christian Church, 90-91).
Dr. Thomas M. Lindsay, Kepala Sekolah dari Free Church College, Glasgow, 1906 AD. mengatakan:
Untuk sepenuhnya memahami gerakan berbagai bentuk (multiform) yang pada abad keenambelas disebut sebagai Anabaptisme, perlu diingat bahwa ia bukan diciptakan oleh Reformasi, meskipun pasti mereka mendapat dorongan inspirasi masa itu. Mereka dapat ditelusuri asal-usulnya selama berabad-abad dan silsilah mereka paling sedikit bersumber dari dua akar yang secara esensial berbeda dan hanya sekali-sekali berpadu. Akar yang pertama merupakan suksesi Persaudaraan, sebuah tubuh Kristen anti-keimamatan yang sejarahnya hanya tertulis didalam catatan Inkusisi Gereja Abad Pertengahan, dimana mereka tampil dengan nama yang berbeda-beda, namun secara umum dikatakan mereka menjunjung Alkitab dan menerima Pengakuan Iman Para Rasul. Akar yang kedua adalah eksistensi didalam kesinambungan pemberontakan dari kaum petani miskin di daerah-daerah pedesaan dan kelompok-kelompok kalangan bawah di kota-kota yang menentang orang-orang kaya, yang merupakan ciri-ciri Abad Pertengahan akhir (Lindsay, A History of the Reformation, II, 235, New York, 1908).
Pernyataan-pernyataan dari para penulis tersebut sejak saat itu menjadi pemikiran, karena hal tersebut menunjukkan semangat pengetahuan baru para ahli yang telah menerapkan prinsip investigasi metode ilmiah terhadap sejarah Baptis tersebut.
Di tempat dimana kaum Waldenses bertumbuh subur, disana jugalah kaum Baptis tertanam kuat akarnya. Kenyataan ini terpelihara dengan baik dari satu negeri ke negeri yang lain. Contoh-contoh tak terhitung dapat diberikan. Dalam masa yang panjang di Cologne terdapat kaum Waldenses. Kaum Beghard tersebar luas di seluruh negeri Belanda Flemish dan di Switzerland, sepanjang sungai Rhine, dan di Jerman, dimana sesudah itu kita menemukan kaum Baptis (Heath, The Anabaptists and Their English Descendants, dalam Contemporary Review, 403, Maret 1891). Metz merupakan sebuah tempat pengungsian bagi kaum Waldenses (Michelet, Historie de France, II, buku III); mereka menyebar ke Austria-Hungaria, sampai Transylvania; kaum Cathari ditemukan di dataran tinggi Alpen di Switzerland; mereka pergi ke Bern (Chron. of Justinger, Ochsenbein, op. cit., 95); dan juga ke Freiberg (Ochsenbein, Der Inquisitions prozesz wider die Waldenser, Bern, 1881). Mereka dijumpai di Strassburg. Di seluruh tempat tersebut terdapat kaum Waldenses pada masa-masa Abad Pertengahan; di seluruh tempat tersebut pada masa Reformasi juga dijumpai kaum Baptis. Tanah sepanjang tepi sungai Rhine dipersiapkan dengan demikian baik, sehingga orang Waldenses dapat dengan mudah bepergian dari Cologne ke Milan tanpa harus menginap di tempat lain kecuali menginap di tempat saudara-seiman. Tepat di tempat-tempat demikianlah kaum Baptis berkembang subur menjadi jumlah yang besar.
Banyak pengkhotbah hebat Waldenses dikenal luas sebagai pelayan-pelayan Baptis. Mereka itu misalnya adalah para martir Hans Koch, Leonard Meyster, Michael Sattler dan Leonard Kaser, yang kesemuanya terkenal sebagai para pelayan Baptis (Mehring, Baptisma Historia, 748). Koch dan Meyster dihukum mati di Augsburg pada 1524; Sattler pada tahun 1527 di Rotenburg, dan Kaser dibakar di Sherding pada tanggal 18 Agustus tahun yang sama. Di kota Augsburg pada 1525 terdapat sebuah gereja Baptis beranggotakan 1.100 orang. Gembalanya adalah Hans Denck yang merupakan seorang Waldenses. Ludwig Hatzer dengan sengaja disebut oleh seseorang yang sezaman dengan sebutan Picard; dan Hans Hut merupakan seorang pengikut “persaudaraan Waldenses tua” (“old Waldensian brethren”) [Der Chronist Joh. Salat, In Archiv. f. Schweiz., Ref., Gesch., I, 21]. Leonard Scheimer dan Hans Schaffer merupakan para pengkhotbah Baptis (Keller, Die Anfange der Reformation, II, 38). Juga ada Thomas Hermann yang pada 1522 bertugas sebagai seorang pelayan Waldenses, namun ia menjadi martir pada 1527 sebagai seorang pelayan jemaat Baptis (Beck, Die Geschichte Bucher der Wiedertaufer, 13). Conrad Grebel, sang pemimpin Baptis dari Switzerland yang terhormat, menerima pengetahuan dari kaum Waldenses. Banyak sekali keluarga Baptis terhormat dari Hamburg, Altona dan Emden berasal dari kaum Waldenses (Blaupot Ten Cate, A Historical Enquiry, didalam Southern Baptist Review, Oktober 1857). Selain itu, persatuan perdagangan dan kebanyakan jaringan bisnis yang asalnya ada di tangan kaum Waldenses semuanya menjadi Baptis.
Banyak sekali hal-hal eksternal disekitar Anabaptis dan Waldenses yang dipaksakan kepada kita. Sikap khas yang ditunjukkan kaum Waldenses maupun Anabaptis terhadap kitab-kitab historis Perjanjian Lama bukan hal yang kebetulan (Keller, Johann von Staupitz, 101, 162, 166, 342, Leipzig, 1888). Kaum Waldenses menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa Roma dan Jerman pada awal abad ketigabelas, orang Baptis memelihara versi Alkitab tersebut duaratus tahun setelah masa versi Luther. Alkitab Jerman yang tertua berasal dari Baptis. Hanya didalam versi tersebut sajalah Surat Paulus kepada jemaat Laodikia muncul. Sikap dari kedua kelompok tersebut terhadap masalah kuburan, pemakaian tata-cara ibadah tertentu didalam berdoa, menyanyikan pujian yang sama, tentang pelaksanaan Perjamuan, prinsip-prinsip dalam membangun jemaat, pakaian para rasul yang kelabu, para pengkhotbah yang berkelana, dalam hal memohon berkat dan banyak lagi hal-hal lain yang menandai bahwa Waldenses dan Baptis mempunyai asal-usul yang sama.
Profesor S. Minocchi didalam sebuah pamflet mengenai Alkitab yang sangat berharga dalam tulisan History of Italy mengatakan:
Namun, diantara kaum Waldenses dan lainnya, versi kitab mereka yang paling terkenal dan berharga tersebar sangat luas, misalnya kitab Mazmur, kitab dari mereka yang menderita sengsara, doa dan pengharapan, atau Amsal dan Pengkhotbah, yang penuh dengan hikmat dan kesedihan yang dalam. Perjanjian Baru ditemukan kemudian dan tersebar luas; dan didalam halaman-halamannya ditemukan kecaman terhadap Gereja Roma dan imam mereka yang sesat, sementara juga berisi pengharapan kebangunan rohani diantara masyarakat. Kitab Wahyu, sehubungan dengan gambaran mengenai Babylon, memberikan mereka sebuah gambaran kengerian tentang Gereja tersebut; didalam Yerusalem Baru mereka melihat pemulihan orang Kristen yang sangat mereka rindukan. Surat Rasul Paulus mempesonakan perasaan kerohanian mereka yang dalam, hikmat mereka yang dalam, pikiran rohani mereka begitu merdeka, gambaran kebiasaan mereka yang demikian sederhana. Kisah Para Rasul memberikan mereka bentuk kehidupan yang sengsara, luhur dan sukacita yang tak terbayangkan, seperti yang terjadi pada orang-orang Kristen primitif dengan ritualnya yang sederhana dan segala harta benda mereka adalah milik bersama. Namun di atas segala-galanya, adalah Injil yang menunjukkan kepada mereka, didalam pribadi Yesus yang menderita sengsara dan merendahkan diriNya, sebuah kehidupan kerohanian ideal-sempurna yang sejati, yang demikian berbeda dengan kepausan Roma yang sangat sombong (Salvatore Minocchi, La Bibbia nella Storia d’Italia, Firenze, 1904).
Menurut Profesor S. Minocchi, Alkitab Italia versi abad ketigabelas “Muncul, seperti juga halnya dengan banyak versi yang tua, tanpa nama penulis/penerbit, berasal dari orang-orang yang menuntut jalan untuk menegaskan gagasan religius yang lahir didalam diri mereka karena terjadinya perubahan didalam pikiran dan kesadaran mereka. Namun jika kita mempertimbangkannya hubungan mereka yang dekat dengan terjemahan bidat Perancis yang sezaman, Provence dan Savoy, kita dapat dengan tenang meyakini bahwa versi Italia yang pertama berasal dari pusat-pusat sekte yang dikenal dengan nama ‘Poor of Italy’, dan jika kita mempertimbangkan phraseology-nya (gaya bahasanya), kita akan lebih yakin lagi mempertahankan bahwa versi tersebut diterbitkan oleh Tuscan Patarenec”.
Baptis pada masa Reformasi menyatakan bahwa mereka mempunyai asal-usul yang tua dan mengganggap mereka merupakan “kesinambungan gereja”. Pernyataan ini disampaikan mereka sejak awal Reformasi pada tahun 1521 AD. Sepucuk surat tua yang ditemukan menyatakan: “Successio Ana-baptistica”. Surat tersebut mencantumkan tanggalnya sebagai “dari saudara-saudara di Swiss, ditulis kepada para Anabaptis Belanda, mengenai asal-usulnya, setahun sebelum tahun 1522” (Suptibus Bernardi Gaultheri, Coloniae, 1603 dan 1612). Surat tersebut secara khusus sangat penting karena menunjukkan bahwa kaum Baptis sejak awal 1521 telah menyatakan sebagai penerus. Van Gent, seorang Katolik Roma, mengutip surat itu dan menamakan kaum Anabaptis sebagai “belalang”, yang hidup meniru Katolik, berbual bahwa mereka merupakan kesinambungan rasuli” (Van Gent, Grundliche Historie, 85, Moded, Grondich bericht von de erste beghinselen der Wederdoopsche Sekten).
Sang penulis “Successio Anabaptistica” berkomentar tentang Anabaptis:
Saya sedang menghadapi Mennonites atau Anabaptis yang membanggakan diri sebagai penerus rasuli, yaitu misi dan pewaris para rasul. Yang menyatakan bahwa Gereja sejati tidak ada di tempat lain, kecuali pada mereka dan hanya jemaat mereka saja, karena hanya didalam merekalah pemahaman Alkitab yang sejati itu tersisa. Untuk mencapai maksud tersebut, mereka merujuk kepada surat S.S. dan ingin menjelaskannya dengan S.S. Dan karena itulah mereka bagaikan menjual batu mirah dari kaca kepada rakyat jelata sebagai batu permata ... Jika ada yang menuduh mereka sebagai sekte yang baru, maka mereka menyatakan bahwa “Gereja sejati” pada masa kekuasaan Gereja Katolik tersembunyi didalam diri mereka (Cramer dan Pyper, Bibliotheca Reformatoria Neerlandica, VII, 510).
Titik dari penelitian ini adalah bahwa Baptis Swiss menulis sepucuk surat pada tahun 1522 mengenai asal-usul rasuli gereja-gereja mereka sebagai jawaban kepada sepucuk surat yang mereka terima setahun sebelumnya dari kaum Baptis Belanda, dan bahwa Katolik Roma mengecam mereka karena masalah tersebut.
Kita juga mengetahui bahwa pada masa itu ada orang Baptis di Belanda. John Huibrechtsz merupakan seorang kepala polisi daerah pada tahun 1518 dan ia melindungi kaum Anabaptis (Wagenaar, Description of Amsterdam, III, 6, 66). Tentang asal-usul Baptis Belanda, cendekiawan Van Oosterzee mengatakan:
Mereka adalah keistimewaan tersendiri bagi orang Belanda dan lebih tua dari Reformasi, sehingga sama sekali tidak bisa dicampur-adukkan dengan Protestanisme abad keenambelas, karena dapat ditunjukkan bahwa asal-usul Baptis lebih jauh ke belakang dan lebih mulia (Herzog, Real Encyclopaedie, IX, 346).
Ada tuntutan kekunoan yang sama bagi Baptis Swiss. Di kota Zurich pada tahun 1525 kaum Baptis menyelenggarakan banyak diskusi dengan Zwingli dan lainnya di hadapan Dewan Kota. Pada 30 Nopember 1525, Zwingli memperoleh sebuah dekrit yang keras untuk menghadapi mereka. Bagian awal dari dekrit itu berisi kata-kata berikut:
Kalian pasti mengetahui dan telah mendengar dari banyak orang, bahwa selama waktu yang sangat panjang, sekelompok orang aneh, yang berkhayal bahwa mereka terpelajar dan tampil dengan mengherankan, serta tanpa bukti apapun dari Kitab Suci, hanya berdasarkan dalih sebagai orang-orang tulus dan saleh, telah berkhotbah dengan tanpa izin dan persetujuan dari gereja, telah menyatakan bahwa baptisan bayi bukan berasal dari Allah, tetapi berasal dari iblis, sehingga tidak boleh diselenggarakan (Blaupot Ten Cate, Historical Enquiry).
Dari sini kita dapatkan bahwa Baptis Zurich telah dikenal “selama waktu yang sangat panjang”. Pernyataan Zwingli yang terdahulu, yang telah disampaikan, akan diingat. Tak diragukan lagi bahwa Zwingli menulis dekrit tersebut. Dua atau tiga tahun bukanlah “waktu yang sangat panjang”. Kekunoan Baptis dinyatakan oleh diri mereka sendiri, dan diakui oleh para musuhnya pada tahun 1525.
Sebuah bukti terkenal mengenai kekunoan Baptis dari Moravia tercatat disini. Johanna Schlecta Costelacius menulis sepucuk surat dari Bohemia kepada Erasmus pada tanggal 10 Oktober 1519, menegaskan bahwa selama seratus tahun, kaum Picard telah menyelamkan orang-orang percaya dan bahwa mereka membaptis-ulang, karena itu mereka adalah Anabaptis. Perkataannya adalah demikian: “Siapa saja yang datang kepada sekte mereka harus diselamkan kedalam air sebagaimana adanya (in aqua simplici rebaptizari)” [Pauli Colimesii, Opera Theologica, Critica et Historica, No. XXX, 534-535, Hamburg, 1469].
Kaum Picard dan Waldenses menyebar ke seluruh Belanda Flemish dan Jerman. Mereka ditemukan di tempat-tempat dimana kaum Anabaptis berkembang subur. Dua orang dari mereka yang ditulis oleh Costelacius ini, menantikan Erasmus di Antwerp dan mengucapkan selamat atas keberanian Erasmus yang berdiri diatas kebenaran. Ia menolak ucapan selamatnya dan mencela mereka sebagai orang Anabaptis (Robinson, Ecclesiastical Researches, 506). Mereka kembali untuk menceritakan kepada saudara-saudara mereka: “Mereka menolak kita karena nama kita, Anabaptis” (Camerarius, de Eccl. Fratrum, 125, Ivimey, History of the Baptists, I, 70).
Erasmus menulis tentang mereka:
Kaum Husites tidak mengakui semua ritual dan upacara Gereja Katolik; mereka menertawakan doktrin dan praktek kami termasuk kedua sakramen; mereka menolak perintah dan memilih pejabat diantara orang awam; mereka tidak mau menerima ketentuan lain selain Alkitab; mereka menolak siapa saja sebagai bagian dari mereka sebelum mereka diselam kedalam air atau dibaptis; dan mereka menilai orang tanpa membedakan tingkatan untuk dipanggil saudara dan saudari.
Sebastian Frank, bapak sejarah Jerman modern, yang menulis dibawah tahun 1531, diluar kronik Picard dari Bohemia, pada tahun 1394, mengatakan: “Kaum Picard di Bohemia terbagi menjadi dua, atau ada yang mengatakan terbagi tiga, besar, kecil, dan sangat kecil, yang mempertahankan segala hal yang sama dengan Anabaptis, memiliki segala sesuatu secara bersama, dan tidak percaya dengan keberadaan yang nyata” (Frank, Chronica, Zeitbuch und Geschichte, clxix, Strassburg, 1531). Ia menceritakan banyak hal tambahan sehubungan dengan kaum Baptis ini pada tahun 1394. Ia mengatakan bahwa Katolik Roma melaporkan hal-hal yang sangat memalukan berkenaan dengan mereka, tetapi para sejarawan Bohemia malah menceritakan yang sebaliknya. Ziska, seorang raja Bohemia, mencoba membasmi mereka, namun kemudian jumlah mereka bertambah banyak sampai berjumlah delapanpuluh ribu. Mereka adalah orang-orang yang saleh, suka anak-anak dan tulus, dan banyak dari mereka menderita karena iman mereka. Orang-orang Baptis ini masih hidup di Bohemia, tulis Frank. Bapak-bapak mereka terpaksa hidup di hutan dan goa. Mereka saling mendukung. Perjamuan Tuhan yang mereka laksanakan didalam sebuah rumah mencerminkan maksud tersebut. Mereka tidak punya Pengakuan Iman selain daripada Alkitab. Mereka tidak menerima penafsiran dari bapak-bapak pendahulu mereka dengan begitu saja. Mereka mempertahankan Alkitab sebagai Firman Tuhan.
Pernyataan-pernyataan tersebut adalah berasal dari para penulis yang sezaman. Fakta menunjukkan bahwa kaum Baptis telah ada di Bohemia sejak tahun 1394, bahwa mereka melaksanakan baptis selam dan perjamuan yang tertutup; dan tidak sekali-sekali menerima baptisan bayi, serta dalam segala hal seperti Anabaptis.
Sejarawan-sejarawan Baptis Belanda semuanya menyatakan kaum Baptis berasal dari rasuli. Hal tersebut merupakan pernyataan dari: Hermann Schyn (Historia Christianorum, 134, 1723 AD.); Galenus Abrahamzon (Verdediging der Christenen, 29); dan J.H. Halbertsma menegaskan kaum Baptis berasal dari Waldenses. Ia berkata, “Kaum Baptis telah ada beberapa abad sebelum Reformasi” (Halbertsma, De Doopsgezinde). Sementara Blaupot Ten Cate mengatakan:
Aku sepenuhnya merasa puas bahwa prinsip-prinsip Baptis ada didalam segala zaman, sejak dari masa para rasul sampai saat ini, berlaku diatas Kekristenan yang lebih besar maupun yang lebih kecil (Cate, Nederlandsche Doopsgezinden in Friesland, 5).
Pernyataan kaum Baptis Belanda yang merujuk asal-usul mereka yang rasuli menjadi obyek penelitian khusus pada tahun 1819 oleh Dr. Ypeij, Profesor Theologi di Groningen dan Rev. J.J. Dermount, Pendeta untuk Raja Belanda, keduanya merupakan anggota Gereja Reformed yang terpelajar. Banyak halaman akan diisi dengan laporan yang mereka tulis untuk Raja. Mereka berpendapat:
Kaum Mennonites berasal dari kaum Waldenses yang dapat ditolerir murni alkitabiah, yang terpencar ke berbagai negara karena penganiayaan; dan yang selama bagian akhir abad keduabelas melarikan diri ke Flanders; dan ke propinsi Holland dan Zealand, dimana mereka hidup sederhana dan kehidupan mereka patut diteladani, di desa-desa sebagai petani, di kota-kota sebagai pedagang, bebas dari segala perilaku amoral yang menyolok, dan menyatakan prinsip-prinsip yang sederhana dan yang paling murni yang mereka tunjukkan didalam percakapan yang kudus. Karena itulah mereka sudah ada jauh sebelum Gereja Reformed Belanda. Kita sekarang telah melihat bahwa kaum Baptis yang sebelumnya disebut Anabaptis, dan kemudian Mennonites, merupakan Waldenses orisinil, dan telah lama menerima kehormatan atas asal-usul tersebut di dalam sejarah gereja. Mengenai hal ini kaum Baptis dapat dianggap sebagai satu-satunya kelompok Kristen yang telah berdiri sejak masa para rasul, dan sebagai masyarakat Kristen yang telah memelihara doktrin murni Injil segala zaman. Cara hidup hemat internal dan eksternal yang benar sempurna dari denominasi Baptis yang cenderung menegaskan kebenaran diperdebatkan oleh Gereja Roma, bahwa apa yang dihasilkan Reformasi pada abad keenambelas menempati tingkat kebutuhan yang tertinggi, dan pada saat yang sama menolak kesalahan pemikiran Katolik, bahwa denominasi merekalah yang paling tua (Ypeij dan Dermout, Geschiedenis der Nederlandsche Hervormde Kerk, Breda, 1819).
Kesaksian ini berasal dari otoritas tertinggi Gereja Reformed Belanda, melalui Komisi yang ditunjuk oleh Raja Belanda, merupakan sebuah contoh kebebasan dan keadilan bagi denominasi lain yang jarang terjadi. Ia mengakui segala hal yang pernah dinyatakan oleh kaum Baptis sehubungan dengan kesinambungan sejarah mereka. Dalam hal ini, perlindungan Negara diberikan kepada kaum Baptis, yang dengan sopan, namun dengan tegas menolaknya.
Pernyataan berkaitan dengan Baptis yang dipertimbangkan merupakan perhatian yang tertinggi. Pengetahuan ilmiah dan penelitian sejarah yang terbaik semuanya tergantung kepada kesinambungan sejarah Baptis. Dalam duapuluh tahun terakhir banyak penelitian terhadap sejarah Baptis yang dilakukan dengan sabar, terutama di Jerman dan Switzerland. Demikian juga banyak sumber yang telah dipublikasikan, dan kecenderungan ilmu pengetahuan memihak kepada gagasan kesinambungan kaum Baptis berasal dari sejak awal dan ada yang mengatakan berasal dari sejak masa para rasul.>
Buku-buku untuk bacaan dan rujukan lebih lanjut:
Schaff, VII, 74-84.
Lindsay, I, 336-339.
Fisher, History of the Reformation, 475.
Pernyataan Mosheim yang merupakan sejarawan Lutheran yang terpelajar mengenai asal-usul kaum Baptis belum pernah sepenuhnya ditentang. Ia mengatakan:
Asal-usul sekte yang mengulang baptisan terhadap orang-orang yang berasal dari kelompok lain tersebut disebut Anabaptis, tetapi juga termasuk denominasi Mennonites, yang berasal dari seorang ternama yang sangat berjasa atas keberhasilan mereka saat itu, yang diliputi oleh banyak ketidakjelasan [atau, tersembunyi dalam-dalam dibalik kekunoan yang jauh, seperti istilah dari seorang penerjemah]. Karena mereka muncul tiba-tiba di berbagai negeri di Eropa, dibawah pengaruh para pemimpin yang berbeda karakter dan pandangan; dan pada masa ketika pertentangan pertama dengan Katolik demikian menegangkan perhatian semua pihak, sehingga mereka sungguh-sungguh memperhatikan semua kejadian yang muncul. Kaum Mennonites modern menegaskan bahwa para pendahulu mereka berasal dari kaum Waldenses yang ditekan oleh tirani Kepausan; dan bahwa mereka berasal dari turunan yang paling murni dan paling keras menentang setiap kecenderungan penyelewengan, seperti juga halnya terhadap pandangan-pandangan fanatik.
Pada urutan pertama saya yakin kaum Mennonites tidak sepenuhnya salah, ketika membanggakan sebagai turunan dari kaum Waldenses, Petrobrusian dan lainnya yang biasanya menyebut diri sebagai saksi-saksi kebenaran sebelum Luther. Sebelum masa Luther, tersembunyi hampir di setiap negeri di Eropa, khususnya di Bohemia, Moravia, Switzerland dan Jerman, banyak sekali pribadi yang pemikirannya berakar kuat pada prinsip yang dipertahankan oleh kaum Waldenses, kaum Wyclifites dan kaum Husites, sebagian besar tersembunyi dan sebagian yang lain secara terbuka; yakni bahwa kerajaan yang Kristus dirikan diatas bumi, atau jemaat yang kelihatan adalah merupakan sebuah kumpulan orang-orang kudus; oleh karena itu harus benar-benar bebas dari orang-orang yang fasik dan berdosa, maupun dari segala lembaga ciptaan manusia yang bertentangan dengan keillahian. Prinsip ini menjadi dasar yang merupakan sumber yang baru dan seragam bagi seluruh kepercayaan Mennonites; dan bagian terbesar dari pendapat mereka yang seragam tersebut sudah teruji dan diakui oleh mereka yang mempunyai pandangan yang demikian mengenai Jemaat Kristus beberapa abad sebelum zaman Luther (Mosheim, Institutes of Ecclesiastical History, III, 200).
Pandangan Mosheim mengenai asal-usul purbakala dari kaum Baptis dan hubungan mereka yang erat dengan kaum Waldenses serta saksi-saksi kebenaran lainnya dinyatakan pada tahun 1755, dan sesuai serta diakui oleh penelitian ilmiah masa kini yang sangat ketat.
Sir Isaac Newton, seorang yang sangat terkemuka yang pernah hidup, menyatakan adalah “keyakinannya bahwa kaum Baptis merupakan satu-satunya orang-orang Kristen yang tidak menghubungkan diri dengan Roma” (Whiston, Memoirs of, ditulis oleh dirinya sendiri, 201). William Whiston yang mencatat pernyataannya, merupakan penerus Newton di Cambridge University, dan mengajar Matematika dan Filsafat Alam. Ia sendiri menjadi seorang Baptis dan menulis sebuah buku tentang baptisan bayi.
Alexander Campbell, didalam perdebatannya dengan Mr. Macalla, mengatakan:
Saya akan melawan dengan menunjukkan bahwa baptisan seperti yang dipandang dan yang dipraktekkan oleh kaum Baptis memiliki pendukung dalam setiap abad sepanjang masa Kekristenan ...dan keberadaannya yang independen (Anabaptis Jerman), dipenuhi oleh saksi-saksi yang menyokong fakta, bahwa sebelum Reformasi, sejak zaman kepausan, dan sejak zaman apostolik sampai saat ini, perasaan kaum Baptis dan praktek baptisan memiliki rantai dukungan yang berkesinambungan serta monumen-monumen umum tentang keberadaan mereka yang dihasilkan dalam setiap abad (Macalla and Campbell Debate on Baptism, 378-379, Buffalo, 1824).
Sekali lagi didalam bukunya mengenai Baptisan Kristen (hal. 409, Bethany, 1851), ia mengatakan:
Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi kemerdekaan sipil daripada menikmati kemerdekaan untuk melaksanakan kesadaran yang bebas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan agama tanpa dihambat dan dibatasi. Karena itulah denominasi Baptis, dalam setiap zaman dan di seluruh negeri, sebagai sebuah tubuh, merupakan kelompok yang konsisten dengan hak azasi manusia dan kehendak bebas. Mereka sering mengalami penganiayaan dari para Pedobaptis, tetapi secara politis mereka tidak pernah menganiaya, walaupun mereka mempunyai kekuatan untuk itu.
Robert Barclay, seorang Quaker yang banyak sekali menulis mengenai masalah ini, meski tidak selalu bebas dari sikap berat sebelah, berkomentar mengenai kaum Baptis:
Selanjutnya kita akan menunjukkan terjadinya kebangkitan Anabaptis sebelum Reformasi Gereja Inggris, dan selalu terdapat dasar untuk percaya bahwa di Benua Eropa, sekelompok kecil masyarakat Kristen yang tersembunyi mempertahankan banyak pemikiran Anabaptis, telah ada sejak masa para rasul. Dalam hubungannya dengan penyebaran Kebenaran Allah dan sifat agama rohani yang benar, kelihatannya besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat tersebut memiliki garis silsilah atau suksesi yang lebih kuno dari yang dimiliki oleh Gereja Roma (Barclay, The Inner Life of the Societies of the Commonwealth, 11-12, London, 1876).
Pernyataan-pernyataan ini dapat dipecahkan dengan rincian secara tak langsung. Sejarawan Katolik Roma dan para pejabatnya sebagai contoh saksi mata, bersaksi bahwa kaum Waldenses dan kelompok-kelompok purba yang lain merupakan kelompok yang sama dengan Anabaptis. Seorang Augustinian, Bartholomaeus von Usingen, pada tahun 1529 mengajukan sebuah tulisan polemik untuk menentang “Kaum Baptis Ulang”, dimana ia mengatakan bahwa “Anabaptis atau Catabaptis keluar dari Picardisme” (Usingen, Contra Rebaptizantes, Cologne, 1529). The Mandate of Speier, April 1529, menyatakan bahwa Anabaptis berusia ratusan tahun dan seringkali dikutuk (Keller, Die Waldenser, 135, Leipzig, 1886). Father Gretscher, yang mengedit karya-karya Rainerio Sacchoni, setelah menceritakan doktrin-doktrin kaum Waldenses, mengatakan: “Ini merupakan sebuah gambaran sejati mengenai bidat zaman kita, terutama kaum Anabaptis”; Baronius, seorang sejarawan Gereja Katolik Roma yang sangat tekun dan terpelajar mengatakan: “Kaum Waldenses merupakan Anabaptis” (D’Anvers, Baptism, 253). Baronius memiliki sebuah kronik yang berat dan sulit dibaca, namun berharga sebagai referensi dokumen asli.
Kardinal Hosius, anggota Sidang Trent, 1560 AD., didalam sebuah pernyataan yang sering dikutip, mengatakan:
Jika kebenaran agama ditentukan oleh kesiapan dan keberanian untuk menderita seperti yang ditunjukkan oleh anggota dari sekte apa saja, maka tidak ada pendapat dan kepercayaan dari sekte manapun yang lebih sejati dan lebih meyakinkan daripada yang ada didalam Anabaptis, karena dalam seribu duaratus tahun yang lalu ini, hampir tidak ada yang lebih biasa dihukum atau yang lebih bersukacita dan tabah menjalani penganiayaan, bahkan mempersembahkan diri mereka didalam hukuman yang paling kejam selain orang-orang tersebut (Hosius, Letters, Apud Opera, 112-113, Baptist Magazine, CVIII, 278, Mei 1826).
Bahwa Kardinal Hosius menyebutkan sejarah Baptis mundur 1.200 tahun ke belakang, berarti tahun 360 AD, karena kemudian di tempat yang lain Kardinal tersebut mengatakan:
Anabaptis merupakan sebuah sekte yang merusak. Kelihatannya akhir-akhir ini beberapa dari kelompok Waldenses, walau hanya sedikit, seperti kesaksian didalam permintaan maaf mereka, menyatakan bahwa mereka tidak akan membaptis-ulang seperti kebiasaan mereka dahulu; meski demikian, dapat dipastikan bahwa banyak dari mereka mempertahankan kebiasaan mereka, dan bersatu dengan Anabaptis (Hosius, Works of the Heresies of our Times, Buku I, 431, Edisi 1584).
Dari sudut pandang apapun, kesaksian Katolik Roma ini harus dilihat sebagai hal yang sangat penting. Katolik Roma aktif menentang kaum Baptis, dengan Inkuisisi mereka menghadapi kaum Baptis selama beberapa abad, mereka memiliki setiap informasi, tetapi sama sekali tidak mengecualikan informasi itu, dan sebagai akibatnya mereka sangat mengenal fakta-fakta tersebut. Kesaksian-kesaksian yang sangat kuat tentang kekunoan Baptis ini bobotnya sangat istimewa. Kaum Baptis bukan sesuatu yang baru bagi Katolik Roma pada masa Reformasi.
Kesaksian Luther, Zwingli, dan para Reformer lainnya meyakinkan. Luther sama sekali bukan bagian dari Baptis. Pada permulaan tahun 1522 ia mengatakan: “Kaum Anabaptis sejak lama sudah menyebar di Jerman” (Michelet, Life of Luther, 99). Almarhum Dr. E.T. Winkler, seorang Baptis yang hebat dan mengesankan, ketika mengomentari pernyataan ini, mengatakan: “Tidak, Luther bahkan menelusuri Anabaptis sampai kepada masa John Huss, dan dengan mohon maaf mengakui bahwa Reformasi yang terkenal itu hanya merupakan salah satu bagian dari mereka”.
Zwingli, Reformer Swiss, lebih spesifik dibandingkan Luther. Sejak awal karyanya, ia dipengaruhi sikap tentang pentingnya untuk menghadapi gerakan Anabaptis. Ia mengatakan:
Lembaga Anabaptis bukan sesuatu yang baru, namun merupakan hal yang selama tiga ratus tahun telah menyebabkan gangguan besar kepada gereja, dan memperoleh kekuatan sedemikian rupa, sehingga usaha masa ini untuk menentangnya menjadi sia-sia selama suatu jangka waktu tertentu.
Tidak ada tempat yang menggambarkan dimana kaum Baptis pada masa Reformasi bermula, karena mereka semuanya muncul di banyak negeri secara bersamaan. Pertama-tama adalah tidak mungkin menelusuri jejak mereka ke suatu tempat tertentu, karena mereka muncul di banyak negeri pada saat yang bersamaan (J.C. Fusslin, Beitrage zur schweizerischen Reformations geschichte, I, 190; II, 64-65, 265, 328; III, 323, Zurich, 1754). Selanjutnya Fusslin menambahkan: “Karena itu Anabaptis tidak salah, jika mereka mengatakan bahwa anabaptisme bukan suatu hal yang baru. Kaum Waldenses telah mempraktekkannya sebelum Anabaptis” (Ibid, II, 166). Tidak ada yang dapat memastikan apakah mereka pertama kali muncul di Belanda, Jerman atau Switzerland, dan para pemimpinnya tidak dibatasi pada negeri tertentu, dan kelihatannya tidak memiliki sebuah kaitan yang khusus antara satu dengan lainnya.
Tak seorang pemimpinpun yang mengesankan diri sebagai pribadi yang membawahi mereka. Ada independensi dan individualitis yang menyebabkan kemustahilan untuk menyatakan sistim intelektual kepercayaan mereka secara lengkap. Terdapat tiga laporan masa itu yang menunjukkan perbedaan pendapat diantara mereka – dua berasal dari sejarawan yang memusuhi dan satu berasal dari sejarawan simpatisan. Bullinger (Die Wiedertaufern Ursprung, Furgang, Secten, Zurich, 1650) berusaha membuat klasifikasi bagian-bagian yang berbeda, dan menyebutkan tigabelas sekte yang berbeda didalam lingkaran Anabaptis; tetapi semua itu menunjukkan tumpang-tindih yang sedemikian rupa sehingga mengesankan adanya jumlah perbedaan yang sangat besar sehingga tidak bisa dibuat tabel khusus. Sebastian Frank mencatat berbagai pandangan yang disebutkan oleh Bullinger, tetapi menghindari klasifikasi tertentu. Ia mengatakan, :”Ada banyak lagi sekte dan pendapat yang tidak saya ketahui dan tidak bisa saya uraikan, tetapi saya temukan ternyata bukan hanya ada dua kelompok yang sama pandangannya dengan semua pemikiran tersebut”. Kessler (Sabbatta, St. Gall, 1902), yang mengisahkan cerita mengenai Anabaptis St. Gall, juga mencatat variasi pendapat yang sama. Benih tersebut ditaburkan oleh orang-orang Kristen mula-mula di banyak tempat, dan kaum Baptis merupakan buahnya. Mereka bukan bersumber dari individu tertentu, karena itu variasi dan independensi yang besar diperlihatkan oleh gereja-gereja Baptis. Karena penganiayaan, mereka tidak diizinkan untuk menyelenggarakan pertemuan untuk merumuskan pembelaan, kemungkinan mereka tidak saling mengetahui keberadaan masing-masing, sehingga timbul perbedaan pandangan diantara mereka; tetapi pada intinya ada kesatuan pemikiran, karena mereka menguasai pelajaran di hati mereka dari sumber Injil yang sama, dan diajar oleh Roh merdeka yang sama.
Gerakan Anabaptis merupakan kesinambungan dari iman alkitabiah lama yang dipertahankan oleh kaum Waldenses dan orang-orang Kristen abad pertengahan lainnya. Limborch, sejarawan Inkuisisi mengatakan:
Untuk mengatakan yang sejujurnya, jika pendapat dan kebiasaan mereka diteliti dengan tanpa prasangka, maka ternyata diantara semua sekte Kristen modern, mereka memiliki persamaan yang terbesar dengan kaum Mennonites atau Baptis Belanda (Limborch, The History of the Inquisition, I, 57, London, 1731).
Dr. Allen, Profesor Harvard University mengatakan:
Seiring dengan pengakuan iman yang dengan sendirinya membentuk diri sedemikian rupa (merujuk kepada hirarkhi Roma) sehingga menurunkan tradisi yang sangat tua, tegar, heroik, dan anti-keimamatan, yang menyebabkan pemicu lahirnya berbagai protes radikal dari Kaum Puritan Novatian abad ketiga sampai kepada Independensi Inggris pada abad ketujuhbelas. Tradisi tersebut dalam bentuk yang paling logis bukan hanya Protestan, namun Baptis.
Dr. Ludwig Keller, seorang anggota terpelajar dari Gereja Reformed yang merupakan Penanggungjawab Arsip Munster yang kemudian bertugas di Pusat Arsip Berlin, mengatakan:
Juga tidak diragukan lagi bahwa didalam proses penelitian ilmu pengetahuan, penelusuran yang terus dilakukan akan menghasilkan penyingkapan ... Banyak yang dapat dibuktikan bahwa di tempat-tempat yang menyebut jemaat Baptis yang sudah ada sejak banyak dasawarsa dan bahkan berabad-abad sebelum Reformasi (The Baptist Quarterly Review, VII, 28-31).
Didalam karya terakhirnya, Keller mengatakan:
Hal-hal yang menonjol dari jenis tinjauan sejarah ini adalah bahwa dalam kalangan injili terdapat sebuah fakta mengenai adanya sebuah garis perkembangan yang tidak terputus dan kesinambungan historis yang jauh sebelum abad keenambelas; dan yang sama-sama menolak mengakui anggapan Katolik bahwa hanya pada 1517 “sebuah kemurtadan menjijikkan terhadap iman yang benar terjadi di Dunia Barat”, dan yang hanya dari para pengikut Luther saja, terang Injil pertama kali yang menyertainya (karena adanya kesesatan) datang ke dunia (Keller, Die Anfange der Reformation, iii, iv, diterjemahkan untuk The Western Recorder oleh Dr. Albert H. Newman).
Pernyataan dari Dr. William Moeller, almarhum Profesor Sejarah Gereja di Kiel juga menyatakan kesimpulan yang sama. Ia mengatakan:
Kaum Baptis seringkali disebut sebagai kelompok yang paling konsisten dan keturunan paling asli dari Reformasi, atau mereka dianggap memiliki karaktek yang hebat sehingga disebut dengan nama Reformasi ‘Ultra’; tetapi pandangan ini hanya didukung oleh kalangan luar yang sama sekali tidak ada hubungannya, yang mengatakan bahwa banyak dari mereka sebelumnya adalah pengikut Zwingli atau Luther, dan bahwa Reformasi Swiss melicinkan jalan bagi doktrin mengenai kasih-karunia dan radikalisme alkitabiah mereka. Bahkan usaha Cornelius untuk menjelaskan kebangkitan pengaruh Alkitab yang berada di tangan orang-orang awam hanya bisa menggambarkan formalitas dan keanehan tertentu. Untuk menilai pandangan kolektif mereka mengenai dunia dengan menguji maksud dan tujuan mereka, maka mereka bukan termasuk Reformasi, namun Kekristenan Abad Pertengahan, yakni sebuah kesinambungan perlawanan (yang tumbuh pada paruh kedua Abad Pertengahan di lahan Katolik) terhadap gereja sekuler (Moeller, History of the Christian Church, 90-91).
Dr. Thomas M. Lindsay, Kepala Sekolah dari Free Church College, Glasgow, 1906 AD. mengatakan:
Untuk sepenuhnya memahami gerakan berbagai bentuk (multiform) yang pada abad keenambelas disebut sebagai Anabaptisme, perlu diingat bahwa ia bukan diciptakan oleh Reformasi, meskipun pasti mereka mendapat dorongan inspirasi masa itu. Mereka dapat ditelusuri asal-usulnya selama berabad-abad dan silsilah mereka paling sedikit bersumber dari dua akar yang secara esensial berbeda dan hanya sekali-sekali berpadu. Akar yang pertama merupakan suksesi Persaudaraan, sebuah tubuh Kristen anti-keimamatan yang sejarahnya hanya tertulis didalam catatan Inkusisi Gereja Abad Pertengahan, dimana mereka tampil dengan nama yang berbeda-beda, namun secara umum dikatakan mereka menjunjung Alkitab dan menerima Pengakuan Iman Para Rasul. Akar yang kedua adalah eksistensi didalam kesinambungan pemberontakan dari kaum petani miskin di daerah-daerah pedesaan dan kelompok-kelompok kalangan bawah di kota-kota yang menentang orang-orang kaya, yang merupakan ciri-ciri Abad Pertengahan akhir (Lindsay, A History of the Reformation, II, 235, New York, 1908).
Pernyataan-pernyataan dari para penulis tersebut sejak saat itu menjadi pemikiran, karena hal tersebut menunjukkan semangat pengetahuan baru para ahli yang telah menerapkan prinsip investigasi metode ilmiah terhadap sejarah Baptis tersebut.
Di tempat dimana kaum Waldenses bertumbuh subur, disana jugalah kaum Baptis tertanam kuat akarnya. Kenyataan ini terpelihara dengan baik dari satu negeri ke negeri yang lain. Contoh-contoh tak terhitung dapat diberikan. Dalam masa yang panjang di Cologne terdapat kaum Waldenses. Kaum Beghard tersebar luas di seluruh negeri Belanda Flemish dan di Switzerland, sepanjang sungai Rhine, dan di Jerman, dimana sesudah itu kita menemukan kaum Baptis (Heath, The Anabaptists and Their English Descendants, dalam Contemporary Review, 403, Maret 1891). Metz merupakan sebuah tempat pengungsian bagi kaum Waldenses (Michelet, Historie de France, II, buku III); mereka menyebar ke Austria-Hungaria, sampai Transylvania; kaum Cathari ditemukan di dataran tinggi Alpen di Switzerland; mereka pergi ke Bern (Chron. of Justinger, Ochsenbein, op. cit., 95); dan juga ke Freiberg (Ochsenbein, Der Inquisitions prozesz wider die Waldenser, Bern, 1881). Mereka dijumpai di Strassburg. Di seluruh tempat tersebut terdapat kaum Waldenses pada masa-masa Abad Pertengahan; di seluruh tempat tersebut pada masa Reformasi juga dijumpai kaum Baptis. Tanah sepanjang tepi sungai Rhine dipersiapkan dengan demikian baik, sehingga orang Waldenses dapat dengan mudah bepergian dari Cologne ke Milan tanpa harus menginap di tempat lain kecuali menginap di tempat saudara-seiman. Tepat di tempat-tempat demikianlah kaum Baptis berkembang subur menjadi jumlah yang besar.
Banyak pengkhotbah hebat Waldenses dikenal luas sebagai pelayan-pelayan Baptis. Mereka itu misalnya adalah para martir Hans Koch, Leonard Meyster, Michael Sattler dan Leonard Kaser, yang kesemuanya terkenal sebagai para pelayan Baptis (Mehring, Baptisma Historia, 748). Koch dan Meyster dihukum mati di Augsburg pada 1524; Sattler pada tahun 1527 di Rotenburg, dan Kaser dibakar di Sherding pada tanggal 18 Agustus tahun yang sama. Di kota Augsburg pada 1525 terdapat sebuah gereja Baptis beranggotakan 1.100 orang. Gembalanya adalah Hans Denck yang merupakan seorang Waldenses. Ludwig Hatzer dengan sengaja disebut oleh seseorang yang sezaman dengan sebutan Picard; dan Hans Hut merupakan seorang pengikut “persaudaraan Waldenses tua” (“old Waldensian brethren”) [Der Chronist Joh. Salat, In Archiv. f. Schweiz., Ref., Gesch., I, 21]. Leonard Scheimer dan Hans Schaffer merupakan para pengkhotbah Baptis (Keller, Die Anfange der Reformation, II, 38). Juga ada Thomas Hermann yang pada 1522 bertugas sebagai seorang pelayan Waldenses, namun ia menjadi martir pada 1527 sebagai seorang pelayan jemaat Baptis (Beck, Die Geschichte Bucher der Wiedertaufer, 13). Conrad Grebel, sang pemimpin Baptis dari Switzerland yang terhormat, menerima pengetahuan dari kaum Waldenses. Banyak sekali keluarga Baptis terhormat dari Hamburg, Altona dan Emden berasal dari kaum Waldenses (Blaupot Ten Cate, A Historical Enquiry, didalam Southern Baptist Review, Oktober 1857). Selain itu, persatuan perdagangan dan kebanyakan jaringan bisnis yang asalnya ada di tangan kaum Waldenses semuanya menjadi Baptis.
Banyak sekali hal-hal eksternal disekitar Anabaptis dan Waldenses yang dipaksakan kepada kita. Sikap khas yang ditunjukkan kaum Waldenses maupun Anabaptis terhadap kitab-kitab historis Perjanjian Lama bukan hal yang kebetulan (Keller, Johann von Staupitz, 101, 162, 166, 342, Leipzig, 1888). Kaum Waldenses menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa Roma dan Jerman pada awal abad ketigabelas, orang Baptis memelihara versi Alkitab tersebut duaratus tahun setelah masa versi Luther. Alkitab Jerman yang tertua berasal dari Baptis. Hanya didalam versi tersebut sajalah Surat Paulus kepada jemaat Laodikia muncul. Sikap dari kedua kelompok tersebut terhadap masalah kuburan, pemakaian tata-cara ibadah tertentu didalam berdoa, menyanyikan pujian yang sama, tentang pelaksanaan Perjamuan, prinsip-prinsip dalam membangun jemaat, pakaian para rasul yang kelabu, para pengkhotbah yang berkelana, dalam hal memohon berkat dan banyak lagi hal-hal lain yang menandai bahwa Waldenses dan Baptis mempunyai asal-usul yang sama.
Profesor S. Minocchi didalam sebuah pamflet mengenai Alkitab yang sangat berharga dalam tulisan History of Italy mengatakan:
Namun, diantara kaum Waldenses dan lainnya, versi kitab mereka yang paling terkenal dan berharga tersebar sangat luas, misalnya kitab Mazmur, kitab dari mereka yang menderita sengsara, doa dan pengharapan, atau Amsal dan Pengkhotbah, yang penuh dengan hikmat dan kesedihan yang dalam. Perjanjian Baru ditemukan kemudian dan tersebar luas; dan didalam halaman-halamannya ditemukan kecaman terhadap Gereja Roma dan imam mereka yang sesat, sementara juga berisi pengharapan kebangunan rohani diantara masyarakat. Kitab Wahyu, sehubungan dengan gambaran mengenai Babylon, memberikan mereka sebuah gambaran kengerian tentang Gereja tersebut; didalam Yerusalem Baru mereka melihat pemulihan orang Kristen yang sangat mereka rindukan. Surat Rasul Paulus mempesonakan perasaan kerohanian mereka yang dalam, hikmat mereka yang dalam, pikiran rohani mereka begitu merdeka, gambaran kebiasaan mereka yang demikian sederhana. Kisah Para Rasul memberikan mereka bentuk kehidupan yang sengsara, luhur dan sukacita yang tak terbayangkan, seperti yang terjadi pada orang-orang Kristen primitif dengan ritualnya yang sederhana dan segala harta benda mereka adalah milik bersama. Namun di atas segala-galanya, adalah Injil yang menunjukkan kepada mereka, didalam pribadi Yesus yang menderita sengsara dan merendahkan diriNya, sebuah kehidupan kerohanian ideal-sempurna yang sejati, yang demikian berbeda dengan kepausan Roma yang sangat sombong (Salvatore Minocchi, La Bibbia nella Storia d’Italia, Firenze, 1904).
Menurut Profesor S. Minocchi, Alkitab Italia versi abad ketigabelas “Muncul, seperti juga halnya dengan banyak versi yang tua, tanpa nama penulis/penerbit, berasal dari orang-orang yang menuntut jalan untuk menegaskan gagasan religius yang lahir didalam diri mereka karena terjadinya perubahan didalam pikiran dan kesadaran mereka. Namun jika kita mempertimbangkannya hubungan mereka yang dekat dengan terjemahan bidat Perancis yang sezaman, Provence dan Savoy, kita dapat dengan tenang meyakini bahwa versi Italia yang pertama berasal dari pusat-pusat sekte yang dikenal dengan nama ‘Poor of Italy’, dan jika kita mempertimbangkan phraseology-nya (gaya bahasanya), kita akan lebih yakin lagi mempertahankan bahwa versi tersebut diterbitkan oleh Tuscan Patarenec”.
Baptis pada masa Reformasi menyatakan bahwa mereka mempunyai asal-usul yang tua dan mengganggap mereka merupakan “kesinambungan gereja”. Pernyataan ini disampaikan mereka sejak awal Reformasi pada tahun 1521 AD. Sepucuk surat tua yang ditemukan menyatakan: “Successio Ana-baptistica”. Surat tersebut mencantumkan tanggalnya sebagai “dari saudara-saudara di Swiss, ditulis kepada para Anabaptis Belanda, mengenai asal-usulnya, setahun sebelum tahun 1522” (Suptibus Bernardi Gaultheri, Coloniae, 1603 dan 1612). Surat tersebut secara khusus sangat penting karena menunjukkan bahwa kaum Baptis sejak awal 1521 telah menyatakan sebagai penerus. Van Gent, seorang Katolik Roma, mengutip surat itu dan menamakan kaum Anabaptis sebagai “belalang”, yang hidup meniru Katolik, berbual bahwa mereka merupakan kesinambungan rasuli” (Van Gent, Grundliche Historie, 85, Moded, Grondich bericht von de erste beghinselen der Wederdoopsche Sekten).
Sang penulis “Successio Anabaptistica” berkomentar tentang Anabaptis:
Saya sedang menghadapi Mennonites atau Anabaptis yang membanggakan diri sebagai penerus rasuli, yaitu misi dan pewaris para rasul. Yang menyatakan bahwa Gereja sejati tidak ada di tempat lain, kecuali pada mereka dan hanya jemaat mereka saja, karena hanya didalam merekalah pemahaman Alkitab yang sejati itu tersisa. Untuk mencapai maksud tersebut, mereka merujuk kepada surat S.S. dan ingin menjelaskannya dengan S.S. Dan karena itulah mereka bagaikan menjual batu mirah dari kaca kepada rakyat jelata sebagai batu permata ... Jika ada yang menuduh mereka sebagai sekte yang baru, maka mereka menyatakan bahwa “Gereja sejati” pada masa kekuasaan Gereja Katolik tersembunyi didalam diri mereka (Cramer dan Pyper, Bibliotheca Reformatoria Neerlandica, VII, 510).
Titik dari penelitian ini adalah bahwa Baptis Swiss menulis sepucuk surat pada tahun 1522 mengenai asal-usul rasuli gereja-gereja mereka sebagai jawaban kepada sepucuk surat yang mereka terima setahun sebelumnya dari kaum Baptis Belanda, dan bahwa Katolik Roma mengecam mereka karena masalah tersebut.
Kita juga mengetahui bahwa pada masa itu ada orang Baptis di Belanda. John Huibrechtsz merupakan seorang kepala polisi daerah pada tahun 1518 dan ia melindungi kaum Anabaptis (Wagenaar, Description of Amsterdam, III, 6, 66). Tentang asal-usul Baptis Belanda, cendekiawan Van Oosterzee mengatakan:
Mereka adalah keistimewaan tersendiri bagi orang Belanda dan lebih tua dari Reformasi, sehingga sama sekali tidak bisa dicampur-adukkan dengan Protestanisme abad keenambelas, karena dapat ditunjukkan bahwa asal-usul Baptis lebih jauh ke belakang dan lebih mulia (Herzog, Real Encyclopaedie, IX, 346).
Ada tuntutan kekunoan yang sama bagi Baptis Swiss. Di kota Zurich pada tahun 1525 kaum Baptis menyelenggarakan banyak diskusi dengan Zwingli dan lainnya di hadapan Dewan Kota. Pada 30 Nopember 1525, Zwingli memperoleh sebuah dekrit yang keras untuk menghadapi mereka. Bagian awal dari dekrit itu berisi kata-kata berikut:
Kalian pasti mengetahui dan telah mendengar dari banyak orang, bahwa selama waktu yang sangat panjang, sekelompok orang aneh, yang berkhayal bahwa mereka terpelajar dan tampil dengan mengherankan, serta tanpa bukti apapun dari Kitab Suci, hanya berdasarkan dalih sebagai orang-orang tulus dan saleh, telah berkhotbah dengan tanpa izin dan persetujuan dari gereja, telah menyatakan bahwa baptisan bayi bukan berasal dari Allah, tetapi berasal dari iblis, sehingga tidak boleh diselenggarakan (Blaupot Ten Cate, Historical Enquiry).
Dari sini kita dapatkan bahwa Baptis Zurich telah dikenal “selama waktu yang sangat panjang”. Pernyataan Zwingli yang terdahulu, yang telah disampaikan, akan diingat. Tak diragukan lagi bahwa Zwingli menulis dekrit tersebut. Dua atau tiga tahun bukanlah “waktu yang sangat panjang”. Kekunoan Baptis dinyatakan oleh diri mereka sendiri, dan diakui oleh para musuhnya pada tahun 1525.
Sebuah bukti terkenal mengenai kekunoan Baptis dari Moravia tercatat disini. Johanna Schlecta Costelacius menulis sepucuk surat dari Bohemia kepada Erasmus pada tanggal 10 Oktober 1519, menegaskan bahwa selama seratus tahun, kaum Picard telah menyelamkan orang-orang percaya dan bahwa mereka membaptis-ulang, karena itu mereka adalah Anabaptis. Perkataannya adalah demikian: “Siapa saja yang datang kepada sekte mereka harus diselamkan kedalam air sebagaimana adanya (in aqua simplici rebaptizari)” [Pauli Colimesii, Opera Theologica, Critica et Historica, No. XXX, 534-535, Hamburg, 1469].
Kaum Picard dan Waldenses menyebar ke seluruh Belanda Flemish dan Jerman. Mereka ditemukan di tempat-tempat dimana kaum Anabaptis berkembang subur. Dua orang dari mereka yang ditulis oleh Costelacius ini, menantikan Erasmus di Antwerp dan mengucapkan selamat atas keberanian Erasmus yang berdiri diatas kebenaran. Ia menolak ucapan selamatnya dan mencela mereka sebagai orang Anabaptis (Robinson, Ecclesiastical Researches, 506). Mereka kembali untuk menceritakan kepada saudara-saudara mereka: “Mereka menolak kita karena nama kita, Anabaptis” (Camerarius, de Eccl. Fratrum, 125, Ivimey, History of the Baptists, I, 70).
Erasmus menulis tentang mereka:
Kaum Husites tidak mengakui semua ritual dan upacara Gereja Katolik; mereka menertawakan doktrin dan praktek kami termasuk kedua sakramen; mereka menolak perintah dan memilih pejabat diantara orang awam; mereka tidak mau menerima ketentuan lain selain Alkitab; mereka menolak siapa saja sebagai bagian dari mereka sebelum mereka diselam kedalam air atau dibaptis; dan mereka menilai orang tanpa membedakan tingkatan untuk dipanggil saudara dan saudari.
Sebastian Frank, bapak sejarah Jerman modern, yang menulis dibawah tahun 1531, diluar kronik Picard dari Bohemia, pada tahun 1394, mengatakan: “Kaum Picard di Bohemia terbagi menjadi dua, atau ada yang mengatakan terbagi tiga, besar, kecil, dan sangat kecil, yang mempertahankan segala hal yang sama dengan Anabaptis, memiliki segala sesuatu secara bersama, dan tidak percaya dengan keberadaan yang nyata” (Frank, Chronica, Zeitbuch und Geschichte, clxix, Strassburg, 1531). Ia menceritakan banyak hal tambahan sehubungan dengan kaum Baptis ini pada tahun 1394. Ia mengatakan bahwa Katolik Roma melaporkan hal-hal yang sangat memalukan berkenaan dengan mereka, tetapi para sejarawan Bohemia malah menceritakan yang sebaliknya. Ziska, seorang raja Bohemia, mencoba membasmi mereka, namun kemudian jumlah mereka bertambah banyak sampai berjumlah delapanpuluh ribu. Mereka adalah orang-orang yang saleh, suka anak-anak dan tulus, dan banyak dari mereka menderita karena iman mereka. Orang-orang Baptis ini masih hidup di Bohemia, tulis Frank. Bapak-bapak mereka terpaksa hidup di hutan dan goa. Mereka saling mendukung. Perjamuan Tuhan yang mereka laksanakan didalam sebuah rumah mencerminkan maksud tersebut. Mereka tidak punya Pengakuan Iman selain daripada Alkitab. Mereka tidak menerima penafsiran dari bapak-bapak pendahulu mereka dengan begitu saja. Mereka mempertahankan Alkitab sebagai Firman Tuhan.
Pernyataan-pernyataan tersebut adalah berasal dari para penulis yang sezaman. Fakta menunjukkan bahwa kaum Baptis telah ada di Bohemia sejak tahun 1394, bahwa mereka melaksanakan baptis selam dan perjamuan yang tertutup; dan tidak sekali-sekali menerima baptisan bayi, serta dalam segala hal seperti Anabaptis.
Sejarawan-sejarawan Baptis Belanda semuanya menyatakan kaum Baptis berasal dari rasuli. Hal tersebut merupakan pernyataan dari: Hermann Schyn (Historia Christianorum, 134, 1723 AD.); Galenus Abrahamzon (Verdediging der Christenen, 29); dan J.H. Halbertsma menegaskan kaum Baptis berasal dari Waldenses. Ia berkata, “Kaum Baptis telah ada beberapa abad sebelum Reformasi” (Halbertsma, De Doopsgezinde). Sementara Blaupot Ten Cate mengatakan:
Aku sepenuhnya merasa puas bahwa prinsip-prinsip Baptis ada didalam segala zaman, sejak dari masa para rasul sampai saat ini, berlaku diatas Kekristenan yang lebih besar maupun yang lebih kecil (Cate, Nederlandsche Doopsgezinden in Friesland, 5).
Pernyataan kaum Baptis Belanda yang merujuk asal-usul mereka yang rasuli menjadi obyek penelitian khusus pada tahun 1819 oleh Dr. Ypeij, Profesor Theologi di Groningen dan Rev. J.J. Dermount, Pendeta untuk Raja Belanda, keduanya merupakan anggota Gereja Reformed yang terpelajar. Banyak halaman akan diisi dengan laporan yang mereka tulis untuk Raja. Mereka berpendapat:
Kaum Mennonites berasal dari kaum Waldenses yang dapat ditolerir murni alkitabiah, yang terpencar ke berbagai negara karena penganiayaan; dan yang selama bagian akhir abad keduabelas melarikan diri ke Flanders; dan ke propinsi Holland dan Zealand, dimana mereka hidup sederhana dan kehidupan mereka patut diteladani, di desa-desa sebagai petani, di kota-kota sebagai pedagang, bebas dari segala perilaku amoral yang menyolok, dan menyatakan prinsip-prinsip yang sederhana dan yang paling murni yang mereka tunjukkan didalam percakapan yang kudus. Karena itulah mereka sudah ada jauh sebelum Gereja Reformed Belanda. Kita sekarang telah melihat bahwa kaum Baptis yang sebelumnya disebut Anabaptis, dan kemudian Mennonites, merupakan Waldenses orisinil, dan telah lama menerima kehormatan atas asal-usul tersebut di dalam sejarah gereja. Mengenai hal ini kaum Baptis dapat dianggap sebagai satu-satunya kelompok Kristen yang telah berdiri sejak masa para rasul, dan sebagai masyarakat Kristen yang telah memelihara doktrin murni Injil segala zaman. Cara hidup hemat internal dan eksternal yang benar sempurna dari denominasi Baptis yang cenderung menegaskan kebenaran diperdebatkan oleh Gereja Roma, bahwa apa yang dihasilkan Reformasi pada abad keenambelas menempati tingkat kebutuhan yang tertinggi, dan pada saat yang sama menolak kesalahan pemikiran Katolik, bahwa denominasi merekalah yang paling tua (Ypeij dan Dermout, Geschiedenis der Nederlandsche Hervormde Kerk, Breda, 1819).
Kesaksian ini berasal dari otoritas tertinggi Gereja Reformed Belanda, melalui Komisi yang ditunjuk oleh Raja Belanda, merupakan sebuah contoh kebebasan dan keadilan bagi denominasi lain yang jarang terjadi. Ia mengakui segala hal yang pernah dinyatakan oleh kaum Baptis sehubungan dengan kesinambungan sejarah mereka. Dalam hal ini, perlindungan Negara diberikan kepada kaum Baptis, yang dengan sopan, namun dengan tegas menolaknya.
Pernyataan berkaitan dengan Baptis yang dipertimbangkan merupakan perhatian yang tertinggi. Pengetahuan ilmiah dan penelitian sejarah yang terbaik semuanya tergantung kepada kesinambungan sejarah Baptis. Dalam duapuluh tahun terakhir banyak penelitian terhadap sejarah Baptis yang dilakukan dengan sabar, terutama di Jerman dan Switzerland. Demikian juga banyak sumber yang telah dipublikasikan, dan kecenderungan ilmu pengetahuan memihak kepada gagasan kesinambungan kaum Baptis berasal dari sejak awal dan ada yang mengatakan berasal dari sejak masa para rasul.>
Buku-buku untuk bacaan dan rujukan lebih lanjut:
Schaff, VII, 74-84.
Lindsay, I, 336-339.
Fisher, History of the Reformation, 475.
No comments:
Post a Comment