GBIA SEMARANG Headline Animator

omakase

IMAN

IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN, DAN PENDENGARAN AKAN FIRMAN ALLAH. TANPA IMAN YANG BENAR, MAKA MANUSIA AKAN MELAYANI ALLAH TANPA PENGERTIAN YANG BENAR. DAN HAL ITU SAMA SEKALI TIDAK MENYENANGKAN ALLAH (ROMA 10:1-3, 17)

Sunday, 4 January 2009

Keterpurukan Iman setelah Memperoleh Kemenangan Iman yang Besar

Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.” Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana...... I Raj 19:1-8


Kisah Elia dalam pasal 19 ini ada sangkut pautnya dengan cerita dalam pasal-pasal sebelumnya. Kisah Elia ini sebenarnya bermula dari pasal 17 (pembaca disarankan membaca cerita ini dari awal). Pada saat itu, Tuhan ingin menghukum bangsa Israel karena mereka tidak menjalan perintah-Nya. Tuhan mengirim nabi Elia untuk berfirman kepada raja Ahab, raja yang memerintah saat itu: “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” (I Raj 17:1) Sejak perkataan ini diluncurkan, terjadi peperangan rohani yang jelas antara orang yang memihak Allah dengan orang yang menentang Allah. Setelah itu, Allah menyuruh Elia bersembunyi dahulu di tepi sungai Kerit dan Allah memelihara dia dengan memberinya makan roti dan daging yang dibawakan oleh burung gagak setiap harinya. Setelah terjadi kekeringan selama bertahun-tahun di negeri Israel, raja Ahab teringat akan perkataan Elia dan ia menjadi sangat marah kepada Elia dan ingin mencari serta membunuhnya.

Setelah kira-kira 3 tahun, sungai Kerit pun kering dan Allah pun menyuruhnya pergi ke kota Sarfat. Sesampainya di sana, ia dipelihara oleh seorang janda (ceritanya dapat dibaca dalam I Raj 17:7-24). Akhirnya Elia pun harus bertemu langsung dengan raja Ahab. Elia pun menantang raja Ahab untuk membuktikan siapa yang menyembah Allah yang benar. Dengan bantuan dari Allah, Elia pun membuktikan bahwa Allah yang dia sembahlah Allah yang benar dan ia pun menyembelih 400 nabi Baal. Dan pada saat itu pasti imannya menjadi sangat kuat. Namun dalam pasal 19 ini, Elia menjadi takut hanya karena sebuah ancaman dari seorang perempuan yaitu Izebel. Kita mungkin sedikit bertanya-tanya, mengapa Elia dalam pasal 18 begitu memiliki iman yang kuat dan memperlihatkan keteguhan pendirian di depan bangsa Israel tetapi dalam pasal 19 malah memperlihatkan keterpurukan iman yang sedemikian rupa. Padahal baru saja imannya dikuatkan tetapi setelah itu malah dia memperlihatkan ketakutan terhadap ancaman dari pihak musuh.

Ada beberapa kesamaan yang terdapat dalam diri Elia dengan kita. Dia memihak Allah atau bisa kita sebut sebagai Fundamentalis. Elia juga baru saja mendapatkan pengakuan setelah mendapatkan kemenangan. Pada saat ini, kita juga mendapatkan pengakuan dan sering mengalami kemenangan iman. Elia juga mendapat ancaman dari pihak musuh dan kita pun demikian. Namun ada beberapa bahaya setelah kita mengalami kemenangan iman.

Pertama, bahaya kita melupakan kemenangan yang baru saja kita raih. Dalam pasal 18, dia sudah mengalami kemenangan iman yang hebat. Dia menantang 400 orang nabi Baal untuk membuktikan dan menunjukkan kepada bangsa Israel manakah Allah yang harusnyva mereka sembah. Namun di pasal 19, dia melupakan kemenangan yang telah dia alami dan tentunya dengan penyertaan Tuhan! Elia lupa akan penyertaan Tuhan dalam pasal-pasal sebelumnya. Bagaimana dengan ajaibnya Allah memeliharanya pada saat di sungai Kerit, dia dikirimkan seonggok daging dan roti oleh seekor burung gagak dan setelah dia meninggalkan sungai Kerit. Ketika dia menghadapi ancaman dari Izebel, ia menjadi takut dan lupa akan penyertaan Tuhan yang ajaib. Kita juga kadang-kadang lupa mengikutsertakan Tuhan dalam masalah hidup kita. Kalau kita melupakan Tuhan, kita akan menjadi takut menghadapi masalah tersebut.

Kedua, bahaya kita menjadi sombong dan mulai menggandalkan kekuatan sendiri. Ingatlah kemenangan yang telah kita raih adalah berkat penyertaan Tuhan! Kita seringkali lupa untuk mengucap syukur setelah mendapatkan apa yang kita inginkan, kita berpikir bahwa semuanya dapat kita raih karena kemampuan kita sendiri dan melupakan campur tangan Tuhan. Seperti contoh dalam Alkitab yaitu Simson. Dia tahu bahwa Allah menyertainya dalam mengalahkan beribu-ribu orang Filistin. Dia mempunyai kekuatan seperti itu karena ia menaati perintah Allah, tidak mencukur rambutnya, tetapi pada saat Delila menggodanya dan dia terlena. Dia berpikir bahwa Allah akan tetap menyertainya dan dia juga dapat memakai kekuatannya sendiri (itu terlihat dalam perkataannya dalam Hak 16:20). Dia menyangka bahwa dia juga dapat mengalahkan orang Filistin tanpa bantuan Allah seperti yang sudah-sudah.

Ketiga, bahaya kita berpikir bahwa tidak ada peperangan lagi. Elia tidak menyiapkan mental akan timbulnya peperangan kembali. Setelah dia memenangkan pertempuran rohani di gunung Karmel, dia merasa takut menghadapi seorang Izebel saja. Dia berpikir bahwa peperangan telah usai pada saat dia membunuh 400 nabi Baal itu, tapi ternyata dia salah. Malahan itu merupakan awal dari peperangan selanjutnya, dia harus melawan kekuasaan yang lebih besar lagi. Seringkali kita menyangka bahwa peperangan akan usai setelah kita mendapatkan kemenangan dalam peperangan rohani, namun kita lupa untuk menyiapkan mental kita untuk peperangan rohani selanjutnya yang tentunya akan lebih besar.

Salah satu titik di mana dia menjadi jatuh imannya adalah kekecewaan. Setelah dia menang, tidak ada orang Israel yang berbalik. Ketika dia diancam oleh Izebel, tidak ada satu orang pun yang membelanya. Ketika kita menang, Iblis semakin kesal terhadap kita dan ia akan membuat kita jatuh lagi. Contohnya Ayub.


Kalau begitu bagaimanakah caranya agar kita tidak mengalami keterpurukan iman seperti yang dialami Elia? Kita jangan menjadi takut terhadap ancaman yang iblis luncurkan. Dan kita harus selalu bersandar kepada Tuhan. Janganlah setelah kita mendapatkan kemenangan iman, kita malah menjadi lupa penyertaan Tuhan di dalamnya!

No comments:

Post a Comment