GBIA SEMARANG Headline Animator

omakase

IMAN

IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN, DAN PENDENGARAN AKAN FIRMAN ALLAH. TANPA IMAN YANG BENAR, MAKA MANUSIA AKAN MELAYANI ALLAH TANPA PENGERTIAN YANG BENAR. DAN HAL ITU SAMA SEKALI TIDAK MENYENANGKAN ALLAH (ROMA 10:1-3, 17)

Friday, 27 February 2009

The Holy Ghost in David

February 27, 2009

"For he is our God; and we are the people of his pasture, and the sheep of his hand. To day if ye will hear his voice, Harden not your heart, as in the provocation, and as in the day of temptation in the wilderness." (Psalm 95:7-8)

It is an interesting coincidence that verses 7-11 of Psalm 95 are quoted almost verbatim in verses 7-11 of Hebrews 3. The two writers are both referring, of course, to the 40 years of wandering by the children of Israel in the wilderness.

The Hebrews reference contains an important insight on biblical inspiration. It is introduced by the words "the Holy Ghost saith" (Hebrews 3:7), showing that God was actually the real author of the psalm. Then, the same phrase ("To day if ye will hear his voice, Harden not your hearts, as in the provocation") is quoted again in Hebrews 3:15, but this time it is introduced merely by "it is said."

Then, remarkably, it is quoted still a third time (Hebrews 4:7), where it tells us that God was "saying in David" this grave warning. In other words, the same Scripture was attributed both to David and to the Holy Spirit. Perhaps even more significantly, the phrase "it is said" is seen to be equivalent to "God says." All of this is a clear affirmation of the divine inspiration of the Old Testament Scriptures.

Finally, the fact that the same warning ("Harden not your hearts") is cited three times in the space of just 19 verses, all quoting the original warning in Psalm 95:8, must mean that God considers it extremely important that we harden not our hearts! It is possible that even a child of God can become so involved in doubts concerning God’s Word that he becomes useless to God and thus simply must be allowed to die in a spiritual wilderness, never knowing the great blessings of a life of obedient faith. "The statutes of the LORD are right, rejoicing the heart" (Psalm 19:8). Our hearts should rejoice at His Word, not be hardened against it. HMM
Readmore...

Limited Atonement (Bag. 2 - End)

Argument Alkitab Kalvinis Berkenaan Dengan Limited Atonement

Rasionalisasi dari total depravity dan unconditional election Kalvinis merujuk kepada limited atonement, yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Kristus mati untuk sebagian manusia. Untuk menyokong argumennya, Kalvinis akan mencomot ayat-ayat untuk memaksakan pemahaman mereka, contohnya:
- Matius 1:21 “menyelamatkan umatNya
- Mat 20:28 “banyak orang
- Mat 26:28 “ditumpahkan bagi banyak orang”
- Yohanes 10:15 “nyawaNya bagi domba-dombaNya
- Kis 20:28 “bagi jemaat Allah
- Efesus 5:25 “jemaat
- Ibrani 9:28 “Kristus menanggung banyak dosa manusia”

Setelah mencomot ayat-ayat di atas, Kalvinis akan berteriak dan menyatakan bahwa Kristus mati untuk sekelompok orang dan bukan untuk semua orang.

Pemahaman yang Alkitabiah:

Apakah di antara ayat-ayat di atas ada kata “hanya!” Tentu tidak ada! Di setiap ayat tadi tidak ada kata “hanya” Dengan demikian tidak tertutup kemungkinanYesus juga menebus semua orang. Dalam Matius1:21, ini mengacu kepada Israel bukan kepada orang pilihan. Domba itu selalu identik dengan Israel dan tidak semua Israel diselamatkan.

Galatia 2:19 “Sebab aku telah mati oleh hukum taurat untuk hukum taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus” Apakah penebusan hanya untuk Paulus saja? Tidak! Jadi logika pemaksaan dalam argumentasi alkitab versi Kalvinis ini salah dan tidak alkitabiah.

Jika kita mau membuka hati kita untuk mempelajari firman Tuhan dengan saksama, justru semua ayat di atas menguatkan argumentasi Kristus mati untuk semua manusia. Mengapa? Dari beberapa ayat yang dikutip tadi dikatakan bahwa Kristus mati untuk umatNya, darahNya ditumpahkan untuk banyak orang, nyawaNya bagi domba-dombaNya, bagi jemaat Allah, dan juga untuk Paulus, yang berarti Kristus mati untuk semua orang. Bukankah hal ini justru menekankan bahwa Kristus mati untuk semua orang?

Memang kata “banyak” belum berarti “semua” tetapi kata “banyak” dengan “semua” tidak harus bertentangan. “Semua” itu pasti banyak, tetapi kata “banyak” belum tentu semua. Analogi: Seorang guru berkata kepada murid-muridnya, "Besok semua remedial." Lalu guru itu berkata kepada orang ketiga: “Besok banyak siswa yang remedial."

Roma 5:15 “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya, atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Kata “semua orang” sebenarnya “banyak orang”(πολλοι) yang bisa juga berarti semua. Roma 5:19 “jadi sama seperti ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.” Kata “semua orang menjadi benar” memiliki pengertian yang sama dengan “banyak orang menjadi benar” dengan kata πολλοι. Jadi, manusia dibenarkan pada saat percaya kepada Yesus Kristus, maka kata”banyak” sama dengan semua orang yang telah percaya.

Masalah Kata "Dunia"

Menurut pemahaman Kalvinis kata dunia memiliki beberapa pengertian. Dengan mengutip Lukas 2:1 Kaisar mensensus seluruh dunia, tapi nyatanya hanya sekitar wilayah kekuasaan kaisar Agustinus saja dan tidak sampai ke daratan China. Jadi, kata “dunia” di dalam Alkitab memiliki beberapa pengertian, yaitu:
1. Dunia di sini adalah dunia orang pilihan.
2. Dunia, mengacu kepada dunia eskatologi, dimana seluruh dunia akan percaya kepada Yesus.
3. Dunia secara etnis, mengasihi “orang pilihan” dari segala etnis bukan Israel saja.
4. Dunia secara geografi, “orang pilihan” dari segala tempat.

Memang kata “dunia” bisa untuk beberapa pengertian. Tetapi bukan seperti yang Kalvinis paksakan, bahkan terkadang kata “dunia” mempunyai pengertian yang bertentangan dengan Allah. Dunia ini adalah dunia dalam pengertian umum, yang mana mereka (Kalvinis) menambahi kata “orang-orang pilihan” yang tidak ada dalam Alkitab. Ini adalah penambahan yang dilakukan oleh kelompok Kalvinis untuk memaksakan konsep mereka ke dalam Alkitab.

Pemahaman yang Alkitab Mengenai Kata Dunia

I Yoh 2:2 “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” Ini adalah ayat yang menakutkan bagi Kalvinis secara khusus yang percaya Limited Atonement. Bukan dosa kita saja tetapi dosa seluruh dunia. Ada kontras antara kata “kita” dan “dunia.” Dengan demikian kematian Yesus Kristus adalah untuk orang pilihan dan orang lain.

Bagi Kalvinis ”kata “kita” di situ adalah hanya para rasul dan seluruh dunia adalah orang-orang percaya di dunia. Tetapi apakah benar kata “kita” hanya untuk para rasul? Secara konteks kata “kita” tidak mendukung konsep Kalvinis, karena dalam 1 Yoh 1:9 kata kita adalah untuk orang-orang percaya. 1 Yoh 1:10 juga menunjukkan “kita” adalah orang percaya.

Bahkan di dalam Surat 1 Yohanes kurang lebih ada sekitar 21 kali kata kosmos/dunia muncul, tetapi tidak ada satupun yang mengacu kepada orang pilihan. Justru kata “dunia” di sini lebih menekankan kontras rohani dengan system duniawi. Jadi apa alasan kita untuk percaya bahwa kata “dunia” dalam 1 Yoh 2:2 adalah untuk orang-orang pilihan? Apakah ini tidak lebih dari suatu pemaksaan konsep oleh Kalvinis? Jika telusuri lagi dalam Surat 1 Yohanes, terutama ketika kita membaca 1 Yoh 5:19 kata “dunia” jelas-jelas mengacu kepada orang-orang yang tidak percaya dunia ini berada di bawah kuasa si jahat”

Beberapa ayat yang menyatakan bahwa penebusan Kristus untuk semua manusia.

• Yesaya 53:6 “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”
• 2 Korintus 5:14 “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.”
• 1 Timotius 2:6 “yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.”
• 1 Timotius 4:10 “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” Ayat ini secara gamblang menggambarkan penebusan dan aplikasi dari penebusan tersebut. Hal ini sangat jelas karena ada kontras yang begitu nyata antara semua manusia dan orang percaya. Kristus mati untuk semua manusia, tetapi aplikasi dari penebusan itu adalah ketika kita percaya.
• Ibrani 2:9 “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”

Ayat-ayat yang Menyatakan Bahwa Kristus Mati untuk Orang-orang yang Akan Binasa

• Ibrani 10:29 “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina kasih karunia?
• 2 Petrus 2:1 ”Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”

Kesimpulan:

Jika ada Kalvinis yang tidak percaya Limited Atonement untuk apa Allah pilih dan tentukan siapa yang masuk dan tidak ke dalam Surga? Dan bila ada Kalvinis tidak percaya poin Limited Atonement, maka ia menjadi tidak konsisten dengan poin-poin Kalvinis yang lain, TULIP. Bila Anda mempercayai bahwa Allah menebus semua manusia, maka poin Total Depravity dan Unconditional Election menjadi tidak sah atau tidak benar (tidak berlaku atau gugur) karena konsekuensi dari Total Depravity dan Unconditional Election adalah Limited Atonement. Ini adalah adalah sistem yang logis menurut Kalvinis tetapi bukan menurut Alkitab.
Readmore...

Wednesday, 25 February 2009

Limited Atonement (Bag. 1)

Limited Atonement atau sering dikenal dengan penebusan terbatas adalah pemahaman Kalvinis yang percaya bahwa Yesus Kristus tidak menanggung semua dosa manusia karena sifat penebusan itu terbatas hanya untuk orang-orang pilihan. Mengapa? Karena ini adalah konsekuensi dari teori Total Depravity dan Unconditional Electionnya Kalvinis. Manusia yang total hancur, tidak bisa merespon dan tidak bisa percaya, maka dalam penyelamatan manusia, Allah harus memilih manusia tanpa melihat kondisinya (unconditional election) dan ternyata Allah hanya memilih sebagian dari manusia yang total inability itu sesuai dengan kehendakNya, yang mana Ia suka Ia pilih dan sebaliknya yang tidak disukaiNya dibiarkan masuk neraka. Akhirnya muncullah teori penebusan yang terbatas, yakni penebusan hanya untuk orang pilihan saja.

Beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan Limited Atonement Kalvinis ini;

1. Limited Atonement tidak terlalu berpengaruh dalam sistematika teologi Kalvinis, asalkan tetap berpegang teguh pada poin kedua, Unconditional Election.
2. Kalau Limited Atonement salah, maka Unconditional Election menjadi kurang tajam.
3. Point Limited Atonement ini yang paling sulit mereka pertahankan. Banyak kalangan Kalvinis yang tidak mau memegang poin ini (kalangan Baptis Kalvinis, kecuali Kalvinis Reformed), karena banyak ayat yang mengatakan “kematian Yesus untuk semua manusia.”

Berikut saya akan menuliskan beberapa argument Kalvinis berkenaan dengan Limited Atonoment. Argumen ini akan dibagi menjadi dua bagian besar, yang pertama adalah argumentasi berdasarkan logis, dan yang kedua adalah argumentasi berdasarkan alkitab.

Argumen Logis:

1. Kalau Allah menebus semua manusia, seharusnya semua manusia selamat.
2. Kalau Yesus Kristus mati menanggung semua dosa manusia, dan ternyata ada yang tidak selamat, maka Allah tidak fair dan Allah telah menghukum 2 kali. Artinya dosa pertama sudah ditanggungkan kepada Yesus, tetapi pada akhir zaman manusia dihukum lagi di Neraka. Ini berarti 2 kali penghukuman.
3. Penebuasan kalian (non Kalvinis) adalah penebusan yang tidak menyelamatkan. Karena semua telah ditebus, tetapi ternyata tidak semua selamat. Selain itu, hanya bisa menyelamatkan kalau ada andil manusia untuk percaya.
4. Analogi Adam I dan Kristus sebagai Adam ke II. Adam jatuh dan semua keturunannya menjadi orang berdosa, bukan berpotensi untuk berdosa, tetapi menjadi orang berdosa. Demikian juga Yesus Adam ke-II bukan berpotensi untuk menyelamatkan, tetapi Ia menyelamatkan orang pilihan itu.
5. Apakah tidak percaya Yesus itu dosa? Bila ya! Bukankah Yesus telah menanggung semua dosa manusia termasuk dosa ketidakpercayaannya? Inilah alasan Allah hanya memilih orang-orang pilihan saja.

Jawaban untuk Argumen Logis Kalvinis

1. Satu hal yang gagal Kalvinis lihat dan tekankah adalah penebusan adalah satu hal dan aplikasi penebusan adalah hal yang berbeda. Singkatnya kita harus bisa membedakan antara penebusan dan aplikasinya.

Penebusan Kristus : Ketersediaan penebusan bersifat universal

Aplikasi : Bersifat pribadi, melalui percaya

Bagi Kalvinis tidak ada perbedaan antara Penebusan dan Aplikasi Penebusan. Tetapi apakah benar demikian? Ketika Tuhan Yesus tersalib, ia menyediakan keselamatan untuk dosa dunia (universal), tetapi untuk memperolehnya bersifat personal atau secara pribadi.

Sebab jika tidak ada perbedaan antara penebusan dan aplikasi untuk ‘orang-orang pilihan’ seharusnya waktu lahir mereka tidak terlahir sebagai orang berdosa karena sudah menerima penebusan dan aplikasinya. Bukan berarti saya percaya universalisme tetapi melalui hal ini saya ingin menekankan adanya perbedaan antara penebusan dengan aplikasinya.

Untuk lebih memahami hal ini kita dapat mengingat peristiwa domba korban ketika bangsa Israel akan keluar dari tanah Mesir.

- Menyembelih domba (penebusan)

- Menaruh darah di ambang pintu (aplikasinya)

Dari hal ini kita dapat melihat bahwa dalam Domba paskah penebusan dan aplikasinya berbeda. Sekalipun domba itu sudah mati, mereka harus mengoles darahnya di ambang pintu. Jika darahnya tidak di oleskan di ambang pintu, maka anak-anak pertama mereka akan binasa seperti bangsa Mesir. Ini tidak hanya berlaku untuk bangsa Israel saja, setiap orang yang tidak menghendaki anak sulungnya mati, maka ia harus memotong domba dan mengoles darahnya di ambang pintu. Sekalipun domba mereka sembelih, tetapi jikalau mereka tidak mengoleskan darah domba itu di ambang pintu anak-anak mereka juga akan meninggal. Namun setelah itu, ternyata banyak yang binasa ketika keluar dari tanah Mesir.

2. Kematian Kristus sama sekali tidak bergantung jumlah manusia. Analogi Kalvinis mengenai hal ini tidak benar. Satu hal yang harus kita ingat, analogi logika manusia belum tentu benar, karena kebenaran tidak hanya bergantung kepada logika. Logika memang bisa membantu dalam menemukan kebenaran, tetapi logika bukanlah sumber kebenaran. Bila bergantung pada analogi, maka ini bisa berakibat buruk, karena tergantung analogi siapa dan apa? Bisa saja kita ganti analoginya menjadi suatu ketersediaan bukan penghukuman. Misalnya analogi “ketersediaan” Allah menyedikan beras untuk semua orang agar tidak kelaparan, tetapi ada yang tidak mengambil beras, maka ia sendiri yang akan mengalami kelaparan dan Allah sama sekali tidak menghukumnya dua (2) kali.

3. Konsep penebusan kalian (non Kalvinis) tidak menyelamatkan karena aplikasi dan penebusannya itu terpisah? Penebusan Kristus memang tidak bergantung dari aplikasinya tetapi aplikasi adalah syarat supaya keselamatan untuk manusia. Analoginya tuan A memberi mobil kepada seseorang agar ia bisa bekerja (itu adalah anugerah dari tuan A). Ketika ia menerima mobil itu, maka saat itu juga ia memperoleh aplikasinya, yakni ketika ia menggunakan mobil yang sudah disediakan tuan A.

4. Ada perbedaan antara keturunan Adam I dan Adam ke II. Keturunan Adam I terjadi secara otomatis melalui persetubuhan manusia secara biologis, tetapi keturunan Adam ke II harus melalui kelahiran kembali, yakni percaya kepada Yesus Kristus.

5. Yesus mati untuk dosa ketidakpercayaan juga? Satu hal yang Kalvinis tidak tahu, bahwa: penebusan dan aplikasi itu berbeda. Bagaimana supaya dosa ketidakpercayaan itu ditanggung, maka orang tersebut harus percaya.

John Owen (Kalvinis) menyatakan: Orang-orang pilihan secara aktual diselamatkan → ditebus → dibenarkan saat Kristus disalibkan. Penebusan terjadi, bukan pada saat Allah membuka jalan agar mereka bisa lewat kalau mau atau seperti Allah membuka pintu supaya mereka bisa masuk bila mau. Tetapi Allah menyelamatkan mereka, karena Allah telah menentukan mereka selamat.

Jika yang diamini oleh Kalvinis benar, bahwa penebusan terjadi ketika Kristus mati, maka seharusnya semua orang pilihan tidak lahir dalam dosa. Lalu bagaimana dengan orang-orang Perjanjian Lama? Hal ini tidak dapat mereka jelaskan.

Jadi yang alkitabiah adalah penebusan dan aplikasinya berbeda. Ketika Kristus mati, Ia membawa penebusan untuk semua manusia. Namun aplikasi dari penebusan itu terjadi ketika manusia percaya kepada Tuhan sebagai satu-satunya juruselamat mereka.

Postingan selanjutnya akan membahas argumen alkitab kalvinis mengenai limited atonement
Readmore...

Tuesday, 24 February 2009

UNCONDITIONAL ELECTION (BAG. 5-END)

Ayat-ayat Kalvinis yang berhubungan dengan Unconditional Election:

1. "Umat Allah" Kis 18:9-10

Argumen Kalvinis mengatakan bahwa Paulus menginjil di situ karena ada orang-orang pilihan di kota itu, jadi tinggal dikotbahin saja. Apakah benar demikian? Dikatakan bahwa mereka sudah menjadi umat Allah sebelum Paulus memberitakan Injil. Selain itu, jikalau mereka sudah pasti masuk Surga, bagaimana kalau Paulus tidak datang ke sana untuk memberitakan Injil? Jika kita pelajari dengan saksama, kata “umatKu”di sini bukan menunjuk kepada orang-orang yang belum percaya tetapi mengacu kepada orang-orang yang sudah diselamatkan, sebab di sana ada Akwila, Titius, Yustus, Krispus dan keluarga dan yang lainnya.

2. “Domba-domba Allah” Yoh 10:14-16,26

Dalam kacamata Kalvinis, kata “domba” merujuk kepada orang-orang pilihan.
Ada kesalahan besar yang dilakukan oleh Kalvinis dalam hal ini karena:
- Tidak ada penetapan siapa yang jadi domba dan siapa yang tidak jadi domba. Setiap orang yang mendengar suaraNya dan mengikutiNya adalah dombaNya.
- Selain itu, ada pengertian domba yang tidak mendukung konsep Kalvinis seperti yang tercatat dalam Matius 10:6, di mana “ada domba yang hilang.” Jika domba sama dengan umat pilihan, mengapa ada domba yang hilang? Apakah umat pilihan juga ada yang terhilang?
- Domba tidak mengacu pada umat pilihan, tetapi lebih merujuk kepada bangsa Israel. Selain karena ada domba yang hilang, ada juga domba yang dihancurkan seperti yang tercatat dalam Yehezkiel 34:16 “domba yang kuat dan gemuk akan Aku hancurkan” (ada kesalahan dalam penerjemahan LAI, LAI menggunakan kata Aku lindungi tetapi yang benar adalah Aku hancurkan.)

3. Masalah kata “memberikan,” dan “diberikan”

Yohanes 6:37,39 ”Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan kubuang. 39 “dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Semua yang diberikan kepada Anak dalam kamus Kalvinis Allah pemilihan tanpa syarat (unconditional election). Pemahaman ini muncul karena Kalvinis tidak melihat dan mengartikan ayat ini dengan melihat ayat yang lain. Seperti ayat Yoh 6:40 “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku bangkitkan pada akhir zaman.” Sangat jelas, bahwa orang yang diberikan Bapa kepada Yesus adalah orang yang percaya kepada Anak. Kalvinis selalu memaksa Alkitab untuk mendukung pendapatnya yang salah demi Augustinus dan John Calvin, “bapa” yang mereka anggap benar.

Yohanes 17:6,12 “Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yakni namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam kitab suci.” Sangat menarik untuk dipelajari karena apa yang telah diberikan kepada Yesus ada juga yang binasa!

Selain itu, sangat jelas pasal 17 ini membahas mengenai kerasulan dan bukan untuk orang percaya, karena ada satu rasul yang binasa dan itu bukan untuk orang percaya. Karena konteksnya Yesus sedang berdoa kepada kedua belas rasulNya. Kata “mereka ini” mengacu kepada 12 rasul, dan lanjutan doa Yesus adalah untuk orang-orang hasil pemberitaan mereka.

“Dia yang yang telah ditentukan” dalam ayat 12 ini ada kesalahan penerjemahan. Kata ditentukan tidak ada dalam bahasa asli. Dalam bahasa Yunani απολυω (apoluo) artinya menghancurkan dan απολειας (apoleias), artinya kehancuran dan ό υίος απολειας (ho huios apoleias) artinya putra kehancuran. Selain dari dia adalah “anak kehancuran”harusnya timbul pertanyaan kenapa ia menjadi anak kehancuran? Karena ia (Yudas Iskariot) memang akan menggenapi hal negatif (menyerahkan Yesus) yang timbul dari hatinya sendiri, bukan Allah yang menentukan demikian dari semula sejak kekekalan. Sebab jika Allah telah menentukan Yudas untuk melakukan hal ini, maka seharusnya ia mendapat reward.


Konsep Pemilihan yang Alkitabiah


Alkitab memang mengajarkan tentang pemilihan, tetapi pemilihan yang bagaimana? Apakah sama dengan yang didengungkan oleh Kalvinis yang percaya bahwa pemilihan Allah adalah pemilihan yang tanpa melihat kondisi (pemilihan secara acak) ataukah pemilihan yang Allah maksudkan di dalam Alkitab adalah pemilihan yang bersyarat (conditional election).

Konsep pemillihan dalam Efesus 1:1-13

Salah satu ayat favorit Kalvinis masalah pemilihan tanpa melihat kondisi adalah Efesus 1:4. Dimana dikatakan bahwa Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan. Dalam pemahaman Kalvinis, manusia dipilih (1:4) ditentukan (1:5) sesuai dengan kerelaan kehendakNya (1:11) kemudian dimeteraikan Roh Kudus (1:13). Lalu Kalvinis akan berkata, bukankah di dalam satu perikop ini menunjukkan pemilihan yang unconditional?

Pemahaman yang Alkitabiah:

Dalam perikop ini memang ada konsep pemilihan, tetapi konsep pemilihan yang sama sekali berbeda dengan konsep pemilihan Kalvinis. Dalam pemandangan Kalvinis pemilihan bersifat unconditional sedangkan jika kita mempelajari keseluruhan Alkitab, maka kita akan menemukan konsep pemilihan yang Conditional. Begitu juga ketika kita mempelajari keseluruhan Efesus pasal 1 ini kita akan menemukan tema besar perikop ini adalah “Di dalam Kristus.” Yang adalah syarat mutlak di dalam pemilihan. Hal ini membuktikan pemilihan itu bersyarat (conditional) dan keselamatan itu bersyarat.

Dalam ayat 3 “dalam Kristus” semua berkat diperoleh “melalui Kristus” sebab di dalam Kristus Allah memilih.

Di dalam ayat 4 sangat jelas menekankan “Sebab di dalam Dia (Kristus) Allah telah memilih…” Hal ini sangat jelas menekankan Allah memilih karena Kristus telah ada di dalam kita berbeda dengan konsep Kalvinis yang menyatakan bahwa Allah memilih supaya kita ada di dalam Kristus. Bahkan jika kita pelajari lagi ayat 4 kita akan menemukan bahwa tujuan utama di dalam pemilihan bukanlah untuk di dalam Kristus tetapi untuk menjadi kudus dan tak bercacat.

Singkatnya, ada syarat di dalam pemilihan, yaitu di dalam Kristus. Jika kita lihat secara konteks juga, terlihat jelas bahwa konsep di dalam Kristus lebih sentral dibandingkan konsep pemilihan. Ketika kita membaca ayat 13 kita juga akan menemukan bahwa pemeteraian Roh Kudus berlaku untuk orang yang di dalam Kristus. “Di dalam Dia (Kristus) kamu juga……Di dalam Dia (Kristus) kamu juga…..” Sangat jelas terlihat bahwa konsep pemilihan yang Alkitabiah adalah karena kita telah ada di dalam Kristus, bukan dipilih untuk ada di dalam Kristus, dimana tujuan dari pemilihan itu adalah supaya kita menjadi kudus dan tak bercacat.

Kalvinis akan berdalih dan menyatakan bahwa seseorang sudah berada di dalam Kristus sejak dunia belum dijadikan. Apakah benar demikian? Jika apa yang diyakini oleh Kalvinis ini benar, maka banyak orang pilihan yang terhilang, tersesat dan sebagainya. Selain itu, jika kita lanjutkan di dalam Efesus 2:1-3 kita akan melihat bahwa sebelum Paulus percaya ia adalah orang yang harus dimurkai, mati di dalam dosa. Paulus sendiri merasa diri bagian dari kebinasaan (lihat ayat 3). Tetapi setelah ia percaya, ia tidak ada lagi di bawah murka Allah.

Ayat yang berkaitan dengan hal ini adalah di dalam 2 Timotius 1:9 “orang pilihan ada di dalam Kristus sebelum permulaan zaman” Ayat ini menjelaskan Allah di dalam foreknowledge sudah menetapkan kasih karunia untuk setiap orang yang ada di dalam Kristus (bukan menetapkan orang untuk di dalam Kristus tetapi menetapkan kasih karunia untuk mereka yang berada di dalam Kristus). Sebab jika konsep Kalvinis benar, bagaimana dengan dosa Adam “bukankah mereka keturunan Adam yang berada dalam kematian? Bukankah Adam berada dalam bahaya kebinasaan?

Di dalam Roma 16:7 ”Salam kepada Andronikus dan Yunias, saudara-saudaraku sebangsa, yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku, yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku.” Menjadi kristen dalam ayat ini dalam bahasa Yunaninya adalah εν χριστο (enkristo) yang berarti DI DALAM KRISTUS. Jadi, Andronikus telah menjadi Kristen atau di dalam Kristus sebelum Paulus diselamatkan. Ayat ini membuktikan Paulus belum berada di dalam Kristus sebelum ia percaya. Intinya pemilihan itu harus ada di dalam Kristus.

Konsep Pemilihan dalam Roma 8:28-30

Roma 8:28-30 adalah salah satu perikop favorit Kalvinis di dalam mempertahankan iman mereka. Sekilas di dalam ayat-ayat ini seolah-olah ada mata rantai yang tidak terputuskan. Siapa yang dipilih ditentukan dari semula. Mereka dipanggil (tidak bisa ditolak) → dibenarkan (justification)→ dimuliakan (gloryrification). Skema besarnya adalah: Election → Predestination→ Irresistible Grace→ Perseverence.

Pemahaman yang Alkitabiah:

Dalam ayat ini kata προγινωσκω (proginosko) dalam bentuk tenses aorist (προεγνω) artinya”barang siapa yang telah diketahui dari semula” bukan dipilih sebelumnya tanpa kondisi. Jadi barang siapa yang percaya kepada Kristus, Allah sudah mengetahuinya dari semula karena Ia Mahatahu dan karena manusia (yang bersangkutan akan percaya kepada Kristus bukan karena Allah paksa tetapi yang timbul dari hati manusia itu sendiri). Untuk mengingat silahkan lihat pembahasan sebelumnya dalam Efesus 1 masalah DI DALAM KRISTUS!

Di dalam I Petrus 1:2 dikatakan, “Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita dan yang dikuduskan oleh Roh supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya…” LAI melakukan kesalahan terjemahan kata “κατα προγνωσιν-kata prognosin” (orang-orang yang dipilih) harusnya “menurut pengetahuan Allah yang semula.”. Jadi pemilihan yang alkitabiah adalah pemilihan berdasarkan pengetahuan Allah, bukan pemilihan yang tanpa syarat, acak, dan hoki-hokian. Suatu pemilihan yang berdasarkan pengetahuan Allah akan hal-hal yang akan terjadi.

Bagaimana dengan kata “menentukan menjadi anak-anakNya sesuai dengan kerelaanNya (ayat 11)? Bagaimana dengan II Timotius 2:9 “berdasarkan keputusan Allah, menurut kerelaan kehendakNya sebelum permulaan zaman” Permasalahan ini terjawab dalam I Korintus 1:21. Terlihat jelas bagaimana di dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.

Yang harus dipahami adalah tidak ada masalah dengan konsep kerelaan, keputusan, kehendak, dsb. Namun yang harus diperhatikan bahwa adalah keputusanNya dan kerelaanNya bahwa setiap orang percaya pasti akan diselamatkan. Apakah Allah yang berdaulat tidak boleh berbuat demikian? Tentu saja boleh! Dan inilah kasih karunia Allah. Sebab jika Anda percaya tetapi Allah tidak memberikan anugerah, maka itu PERCUMA! Semakin kita mendalami kebenaran firman Tuhan, kita dapat melihat dan membaca dengan jelas bahwa konsep keselamatan jelas untuk setiap orang percaya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa:
Keputusan Allah: Manusia akan selamat dengan percaya kepada Yesus Kristus
Kehendak Allah: Supaya semua manusia percaya kepada Yesus Kristus.
Perkenanan Allah: Supaya kita selamat dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Dalam hal ini terbukti bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan pemilihan yang unconditional. Dalam Yohanes 5:21 “sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya.” Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendakiNya. Kata “barang siapa dalam hal ini adalah mereka yang “percaya kepadaNya.” Tentu Tuhan Yesus tidak akan sembarangan membangkitkan orang. Dia hanya membangkitkan siapa yang percaya kepadaNya. Jadi Yesus membangkitkan seseorang bukan tanpa kondisi atau unconditional seperti yang Kalvinis imani, tetapi dengan syarat, yakni percaya kepadaNya.

Konsep Pemilihan Tidak hanya untuk Keselamatan

Kata “pemilihan” tidak selalu untuk keselamatan, tetapi bisa juga untuk pelayanan. Contoh kasus dalam Matius 22:14 “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang terpilih” Sebenarnya Kalvinis tidak pantas memakai ayat ini. Sebab kalau Allah yang memanggil kenapa hanya sedikit yang dipilih? Bukankah dalam konsep Kalvinis dipilih dulu setelah itu baru dipanggil. Bukankah inilah pemahaman utama dari Irresistible Grace. Bila Allah telah memilih mereka dan menetapkan mereka seharusnya tidak bisa menolak panggilan itu karena mereka sudah ditetapkan untuk dipanggil. Tetapi mengapa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih? ANEH BUKAN MAIN!

Jika kita menelusuri keseluruhan Alkitab, tidak ada didapati satu ayat atau satu orangpun “dipilih untuk percaya.” Hal lain yang cukup menarik untuk dipelajari adalah urut-urutan konsep iman Kalvinis: Dipilih → dibenarkan → dilahirbarukan → percaya. Timbul pertanyaan manakah yang lebih dahulu, percaya kepada Tuhan baru Roh Kudus masuk ke dalam hati kita atau Roh Kudus sudah ada dalam hati kita baru percaya? Atau dengan kata lain percaya dulu baru dibenarkan atau dibenarkan dulu baru percaya? Jika kita melihat skema iman Kalvinis kita akan menemukan bahwa Roh Kudus ada dalam hati kita baru bisa percaya. Suatu konsep yang sangat bertentangan dengan Efesus 1:13, yaitu ketika kita percaya akan dimeteraikan dengan Roh Kudus. Saya percaya bahwa sebelum Roh Kudus masuk dalam hati manusia, Ia sudah bekerja dalam dalam kehidupan manusia, baik itu melalui penyataan umum maupun melalui penyataan khusus. Karena Tugas Roh Kudus salah satunya adalah menginsafkan dunia akan dosa (Yohanes 16:8). Tetapi Roh Kudus akan masuk ke dalam hati manusia ketika manusia itu menerima Yesus sebagai Juruselamatnya secara pribadi atau ketika kita percaya (Efesus 1:13).

Efesus 1:4 “Sebab di dalam Dia Allah telah memlih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya.” Kita dipilih di sini bukan untuk percaya, tetapi supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan Allah. Allah telah menentukan, bahwa barang siapa percaya akan diangkat menjadi anak-anakNya. Ini adalah berkat dari percaya. Allah tahu sebelumnya siapa yang akan percaya, maka Ia menjanjikan berkat-berkat yang merupakan efek dari iman percaya seseorang.

2 Tesalonika 2:13 “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” Ayat ini sama sekali tidak Unconditional, sebab di dalamnya kita menemukan Allah memilih orang untuk diselamatkan dengan dua syarat, yaitu di dalam Roh yang menguduskan dan di dalam kebenaran yang kamu percayai. Kebenaran apa yang mereka percayai? Tentu kebenaran yang menyatakan, bahwa Kristus telah menebus dosa seisi dunia dan barang siapa yang percaya kepadaNya pasti selamat.

Roma 11:1-4 “umat yang dipilih” dalam ayat ini bukan berbicara masalah pemilihan keselamatan, tetapi merujuk pada pemilihan bangsa yang menurunkan Mesias. Suatu bangsa yang akan eksis sampai tibanya masa tribulasi. Apakah semua Israel akan diselamatkan? Tidak! Lihat dalam Roma 10:1-3 dan dalam Roma 1:7 “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya” apa yang dikejar oleh Israel? Roma 9:31,32 “Tetapi: bahwa Israel sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidak sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan.” Israel mengejar kebenaran dengan melakukan hukum Taurat bukan percaya kepada Mesias yang Allah utus kepada mereka. Jadi mengejar dengan iman adalah untuk memperoleh keselamatan. Dalam ayat ini ada perbedaan perbuatan dengan iman. Menurut Alkitab iman itu bukan perbuatan, tetapi menurut Kalvinis iman itu adalah perbuatan sekalipun timbul dari pendengaran akan firman Kristus. Akibatnya mereka mengklaim bahwa orang yang percaya, yang bisa merespon atau orang yang dapat percaya mereka sebut synergisme. Ada Kalvinisme mengatakan, bahwa dalam hal iman manusia tidak ada andil sama sekali. Allahlah yang menaruh iman kepada orang yang Ia kehendaki secara unconditional supaya selamat. Jika demikian Allah jugalah secara aktif dan unconditional tidak memberi iman kepada orang yang Ia tidak sukai. Bila demikian siapakahkah yang salah bila manusia masuk neraka? Secara logika dan tata bahasa, jikalau mengikuti pemahaman Kalvinis, manusia masuk ke neraka adalah karena Allah tidak memberikan iman kepada manusia berdosa itu.

Saya percaya bahwa keselamatan itu dari Allah dan tanpa bantuan atau andil manusia. Manusia diperintahkan Allah untuk percaya atau meresponi keselamatan yang telah Ia sediakan dengan iman. Iman bukanlah perbuatan, tetapi dengan imanlah seseorang dapat dibenarkan Allah dan itu (iman) di hadapan Allah bukan sebuah perbuatan (Roma 4:1-5 ada pekerjaan yang bukan perbuatan, yakni Iman).

Galatia 1:15 ”tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya,” pemilihan dalam kandungan yang sama dengan Yeremia adalah pemilihan bukan untuk keselamatan, tetapi pemilihan untuk tugas pelayanan.

Hal yang membingungkan kalangan Kalvinis,

1. Apakah semua bayi yang meninggal sebelum akil baliq masuk Surga atau Neraka? Jika semua masuk surga, apakah dasar alkitabiahnya? Jika hal ini dikaitkan dengan konsep pemilihan dan reprobat? Apakah bayi orang pilihan masuk Surga, bayi yang bukan orang pilihan masuk Neraka? Jikalau demikian, berarti pemilihan itu bersifat kondisional. Mengapa? Karena bayi masuk bergantung kepada kondisi orangtuanya, apakah dia orang pilihan atau bukan?
2. Bagaimana dengan malaikat? Apakah ada malaikat yang terpilih dan malaikat non pilihan?

Dalam sistematika teologia Kalvinis malaikat dipercaya yang dipilih dan ada juga yang tidak. Tetapi dalam pemilihan malaikat sifatnya Supralapsarianisme. Yang menjadi permasalahan, banyak orang Kalvinis tidak berani berdiri dalam posisi ini.
Readmore...

Sunday, 22 February 2009

The Days of Yore

February 22, 2009

"For ask now of the days that are past, which were before thee, since the day that God created man upon the earth, and ask from the one side of heaven unto the other, whether there hath been any such thing as this great thing is, or hath been heard like it?" (Deuteronomy 4:32)

This challenge was given by Moses to the children of Israel as they were preparing to enter the Promised Land. It was vital that they cease all complaining and begin to behave in a manner appropriate to their stature as God's chosen people.

For this they needed to regain a sense of historical perspective, and Moses urged them to study the history of the world since the beginning. Presumably, this would be possible only through studying the Book of Genesis, "since the day that God created Adam |same word as 'man'| upon the earth."

It is significant that "the days that are past" were implied by Moses to have begun essentially at creation, with no hint of any long geological ages before that. The 25 or more centuries from Adam to Moses had provided enough history to instruct that particular generation about God's plans for the world, and to prepare them for their own key role in their accomplishment, and to appreciate the real meaning of their own lives as they awaited the promised redeemer who was to come someday with salvation.

Now if the Israelites needed a true historical perspective, we need one today far more. In addition to what they had, we now also have the history of Israel, the first coming of Christ, God's completed revelation, and the Christian dispensation from which to learn and profit. Our understanding of God and His purposes should be far greater than theirs, so we have much greater responsibility. May God help us to study and believe and understand all that has gone before, as recorded in His Word, so that we also can be prepared to fulfill our own role in God's great plan of the ages for eternity. HMM
Readmore...

How Christ Learned Obedience

February 21, 2009

"Though he were a Son, yet learned he obedience by the things which he suffered." (Hebrews 5:8)

This verse is a very difficult verse. The Lord Jesus Christ was the very Creator and Sustainer of the universe, the omniscient God, perfect wisdom and complete truth. How could it be that one who knows all things would have to learn anything? Even more particularly, how would He have to learn obedience? He was always obedient to His heavenly Father. "I do always those things that please him," Christ said (John 8:29). He surely did not have to be chastised like a disobedient child in order to learn obedience, as the verse seems on the surface to be telling us.

He was indeed a Son, and He was never disobedient, but He had to become obedient through actual experience. He "became obedient unto death, even the death of the cross" (Philippians 2:8). The "things which he suffered," as the innocent Lamb of God, are beyond all human understanding, and His willingness to obey His Father even in this ("nevertheless not my will, but thine, be done" -- Luke 22:42) demonstrates the ultimate obedience.

There are many things which one can learn in theory, but which are only really learned in practice. The Lord Jesus Christ knew all things by omniscience; nevertheless, He had to learn obedience by actual experience. "For it became him, for whom are all things, and by whom are all things, . . . to make the captain of their salvation perfect through sufferings" (Hebrews 2:10).

Once having passed this test, He had been "made perfect" as the succeeding verse assures us, and thus has become "the author of eternal salvation unto all them that obey him" (Hebrews 5:9). No act of obedience which He urges upon us can ever be as difficult as the things which He was willing to suffer to provide forgiveness and salvation for us. HMM
Readmore...

Friday, 20 February 2009

Whom Shall I Fear

February 20, 2009

"The LORD is my light and my salvation; whom shall I fear? the LORD is the strength of my life; of whom shall I be afraid?" (Psalm 27:1)

David had more than his share of opposition. His father and older brothers thought little of him. King Saul relentlessly pursued him. His generals oftentimes conspired against him. His own son tried to usurp his throne. If anyone had opportunity to trust God for deliverance, David did.

In this psalm--an anthem of trust--David reveals his special relationship with his God which buoyed him in times of trouble. As we read in our text, his Lord was his light, salvation, and strength, and so He is to us.

The Lord is my light: When we walk in His light, we do not stumble. Enemies are not able to hide in the dark and catch us by surprise. He vanquishes the darkness. "Rejoice not against me, O mine enemy: when I fall, I shall arise; when I sit in darkness, the LORD shall be a light unto me" (Micah 7:8, see also 1 John 1:5-7).

The Lord is my salvation: God delivers His children from physical and spiritual danger, including deliverance from the penalty of sin. "Help us, O God of our salvation, for the glory of thy name: and deliver us, and purge away our sins, for thy name's sake" (Psalm 79:9).

The Lord is the strength of my life: God is our defense, a place of refuge. "The LORD is my rock, and my fortress, and my deliverer; my God, my strength, in whom I will trust; my buckler, and the horn of my salvation, and my high tower" (Psalm 18:2).

Even in the face of seemingly overwhelming opposition, we have no need to fear. Our focus should be on the source of deliverance, rather than on the problem. "Wait on the LORD: be of good courage, and he shall strengthen thine heart: wait, I say, on the LORD" (Psalm 27:14). JDM
Readmore...

The Self Life


February 19, 2009

"O wretched man that I am! who shall deliver me from the body of this death?" (Romans 7:24)

This despondent cry follows Paul's disturbing monologue on the inner strife between his two natures (Romans 7:13-24). Here the apostle describes the conflict that goes on in the life of every Christian, until the self-life is completely subjugated and the will of Christ reigns supreme. The ascendancy of self is indicated in these verses by the fact that the personal pronouns "I," "me," "my" are used no less than 35 times in verses 15-24 alone as Paul records his inner thoughts and feelings (e.g., "that which I do I allow not: for what I would, that do I not; but what I hate, that do I"--v. 15). Such a testimony is pervaded with introspection, relating everything to self instead of to Christ. No wonder the conclusion is so miserable: "O wretched man that I am!"

Unfortunately, this is the status of most Christians whose interests are almost completely self-centered. Most Christian books and sermons are designed to appeal to such personal interests, and the explosive modern growth of Christian professional "counseling" likewise reflects the existence of multitudes of self-centered Christians.

But the happy and useful Christian is the one whose concerns and activities center around others and who earnestly seeks to follow and honor Christ and His Word. And this is exactly the conclusion to which the apostle Paul comes in his melancholy soliloquy. "Who shall deliver me from the body of this death?" he cries. Immediately the answer comes: "I thank God through Jesus Christ our Lord" (Romans 7:24-25).

We do still have to battle the old nature, but in Christ we have both the incentive and power to "put off the old man with his deeds" (Colossians 3:9), and to "put on the new man, which after God is created in righteousness and true holiness" (Ephesians 4:24). HMM
Readmore...

Apakah Perjanjian Lama Mengajarkan Konsep Tritunggal?

Ya, di dalam kitab Kejadian kita membaca Allah berfirman, “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita”

Ada banyak ayat serupa dengan 1 Yohanes 5:7 yang menyatakan, “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman, dan Roh Kudus, dan ketiganya adalah satu.”

Di dalam Ulangan 6:4 kita membaca, “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu adalah Allah kita, Tuhan itu esa!” Sangat menarik ketika membaca ayat ini di dalam teks Ibrani sebab sebutan Allah di dalamnya adalah “Elohim” dan bentuknya adalah jamak.

Terjemahan literalnya, “Tuhan Allah (dalam bentuk jamak-Gods) kita adalah satu.” Kata “satu/esa” dalam bagian ini berasal dari bahasa Ibrani “echad.” Kata ini sangat menarik, karena kata “echad” berasal dari akar kata Ibrani “mempersatukan” atau “mengumpulkan bersama,” “sebuah kesatuan.” Kata ini juga digunakan dalam Kejadian 2:24, “...dan keduanya menjadi satu daging.” Yang bermakna mempersatukan.

J. Vernon McGee di dalam commentarynya mengenai kata Elohim (Volume 1, p.551) menuliskan, “Kata TUHAN diterjemahkan Yehova. Allah berasal dari kata Elohim dimana Elohim bentuknya jamak. Sehingga ayat ini dapat diterjemahkan, “Dengarlah, hai orang Israel: Yehova, Tritunggal kita adalah satu Yehova.” Firman ini diberikan kepada bangsa Israel untuk menyatakan kesatuan Allah kita. Yehova, Allah kita, adalah satu Yehova.

Chuck Missler dalam bukunya “The Creator Beyond Time and Space” menuliskan:
Kata yang digunakan dalam Kejadian 1:1 adalah “Elohim,” yang berasal dari kata “El.” Dalam konteks Kejadian 1:1, tidak diragukan lagi siapa yang menjadi pencipta. Di dalam bahasa Ibrani akhiran “im” menunjukkan bahwa kata ini bentuknya jamak. Oleh karena itu, “Elohim” adalah bentuk jamak dari “El.”

Sekarang, mari kita melihat beberapa ayat dalam PL yang menyatakan masalah tritunggal.

Kejadian 1:26 , “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

Kejadian 3:22, “Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.”

Kejadian 11:7, “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.”

Mazmur 110:1, “Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku(ye: ‘Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”

Amsal 30:4, “Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!”

Yesaya 48:16 Mendekatlah kepada-Ku, dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ." Dan sekarang, Tuhan ALLAH mengutus aku dengan Roh-Nya.


Kata Pencipta dalam Pengkotbah 12:1?

Pengkotbah 12:1, “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!” Dalam teks Ibrani, kata “Pencipta” dalam bentuk plural. Kata Ibrani untuk Pencipta berasal dari kata “bara” yang berarti menciptakan sesuatu dari yang tidak ada.

Young's Literal Translation, 1898 mengatakan:
“Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!”

Bentuk jamak untuk kata pencipta juga muncul di Yesaya 54:5, dimana sang nabi menyatakan:
“Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.”

Dalam ayat ini kata “Dia yang menjadikan engkau–Maker (KJV)” adalah bentuk jamak dari kata “asa” yang berarti membentuk atau menjadikan.


Di dalam PB kita menemukan:

Roma 1:20 “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.”

Kolose 2:9, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,”

Yohanes 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu.”

Dan Ketiganya adalah SATU

1 Yohanes 5:7, “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”


Yesus adalah Pribadi Kedua dari Tritunggal

Ada kelompok Yahudi yang menamakan dirinya “Messianic Jews,” menyatakan bahwa Yesus bukanlah Allah. Mereka tidak mengimani apa yang tercatat dalam kitab Injil. Firman Tuhan menyatakan Yesus adalah Allah. Yesus sendiri juga menyatakan diriNya Allah.

Yohanes 1:1-3, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”

Yohanes 1:10, “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.”

Yohanes 1:14, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”

Yohanes 3:16-17, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

Lukas 10:18-19, “Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.”

Yohanes 8:54-59, “Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.’ Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: ‘Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’ Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.”

Orang Yahudi hendak melempar Yesus dengan batu karena mereka tidak mengerti apa yang diucapkanNya. Yesus menyatakan bahwa Dia adalah “Aku adalah–I am” yang kekal, diri Allah sendiri yang berkata kepada Musa dari semak duri yang menyala.


Ketika para pemimpin Yahudi menangkapNya di Taman Getsemani:
Yohanes 18:4-6, “ Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”

Apakah Anda mau mengabaikan hal ini? Yesus berkata, “Akulah Dia” maka mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Betapa mengagumkan dan berkuasanya Yesus.

Setelah Yesus ditangkap, Dia menyatakan kepada imam besar bahwa Dialah Anak dari Yang Terpuji:
Markus 14:60-62, “Maka Imam Besar bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada Yesus, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.”

Sekarang Yesus duduk di sebelah kanan yang Mahatinggi:
Ibrani 1:1-3, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,”

Siapapun yang meragukan Keillahian Kristus dan mengaku dirinya Kristen maka dia sama sekali belum mengerti Injil. Alkitab dengan gamblang menyatakan Mesias adalah Allah yang Mahatinggi. Jika seseorang percaya Yesus adalah Mesias, maka dia juga harus percaya bahwa Yesus adalah Allah.

Yesaya 9:5, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”

Allah berfirman dalam Zakaria 12:10, “Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”

Kesimpulan:

Kata tritunggal memang tidak ada di dalam Alkitab, tetapi konsep tritunggal ada dalam keseluruhan Alkitab. Yesus adalah Pribadi Illahi Kedua. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru jelas menyatakan hal ini. Jika kita membaca Alkitab kita dari Kejadian sampai Wahyu maka kita akan menemukan satu Pribadi Illahi yang disebut Allah Bapa. Kemudian jika kita membaca lagi Kejadian sampai Wahyu, kita akan menemukan Pribadi Illahi kedua yang disebut Allah Anak. Dan jika kita membaca Kejadian sampai Wahyu lagi, kita menemukan Pribadi Illahi ketiga yang disebut Roh Kudus. Dan Alkitab menyatakan bahwa ketiganya adalah satu.

Alkitab diinspirasikan untuk kita renungkan setiap hari. Ketika kita merenungkannya siang dan malam, maka kita akan semakin mengerti. Di dalam Alkitab kita akan menemukan setiap jawaban untuk segala pertanyaan dan keraguan kita.
Readmore...

Unconditional Election (Bag. 4)

Ayat-ayat yang Berhubungan Dengan Election dan Reprobation

Roma 9:10-16
Argumen Kalvinis: Lihat dalam perikop ini Allah mengasihi Yakub dan membenci Esau sebelum mereka lahir. Allah sudah menetapkan Yakub untuk selamat dan Esau untuk kebinasaan sejak dalam kekekalan. Karena Allah menetapkan Yakub selamat, maka secara otomatis Esau ditolak atau tidak dipilih oleh Allah.

Argumen Alkitabiah: Ini (penafsiran Kalvinis) adalah penafsiran yang sangat buruk. Kita harus melihat konteks Roma 9:1-10 agar jelas makna ayat 10-16. Dari konteks ini didapati beberapa hal:

1. Roma Pasal 9-11 merupakan suatu kesesatuan yang berbicara mengenai Israel sebagai bangsa pilihan.
2. Awal pasal 9, terlihat jelas bahwa Paulus memiliki beban besar untuk bangsa Israel agar mereka diselamatkan (Roma 10:1-3). Ini membuktikan, bahwa Paulus tidak percaya akan penetapan Allah seperti yang dipercayai Kalvinis (election and reprobation). Di mana ada yang ditetapkan masuk Surga dan ditetapkan masuk Neraka. Timbul pertanyaan, untuk apa Paulus terbeban kalau toh pada ujungnya orang itu tidak diselamatkan karena sudah ditentukan. Tetapi Paulus sangat terbeban agar bangsa Israel diselamatkan . untuk apa Paulus berdoa mati-matian untuk Israel, sementara Allah telah menetapkan mereka sejak kekekalan untuk binasa. Pasal 9-11 justru membantah konsep Kalvinis
3. Roma 9:10-16 adalah pemilihan jalur Mesias (Roma 9:5). Roma 9:6-9 sekalipun mereka (Israel) menurunkan Mesias, tetapi tidak semua mereka akan menjadi nenek moyang Mesias secara daging. Kata “bukan hanya itu saja” menyambung ayat 10-18. jadi ayat 11-18 tidak lepas dari ayat 1-10. ini adalah bukti bahwa pasal ini tidak menceriterakan mengenai keselamatan yang sudah Allah tentukan dari semula, tetapi ini adalah jalur Mesias. Masih dalam Roma 9:12 bila dibandingkan dengan PL Yakub dan Esau bukanlah pemilihan secara individu, tetapi suatu bangsa. Jadi ayat ini tidak berbicara mengenai individu, tetapi representatif suatu bangsa. Yakub mewakili bangsa Israel dan Esau mewakili bangsa Edom. Dalam Kejadian 25:23 “Dua bangsa ada dalam rahimmu dan suku bangsa yang akan muncul. Ini semakin jelas bahwa ini bicara suatu bangsa yang akan muncul. Bila secara pribadi (individu) Yakub malah menjadi hamba Esau, dan selama hidup Esau tidak pernah menjadi hamba Yakub. Ini membuktikan ayat-ayat ini menjelaskan atau mengacu kepada suatu bangsa. Yakub akan menjadi lebih kuat (tuan) dan Esau (Edom) lebih lemah (hamba). Jadi perikop ini sama sekali tidak berbicara keselamatan Yakub dan kebinasaan Esau.
4. Roma 9:13 bukan mendahului 9:11. Perkataan ini dikutip dari Maleakhi 1:2-3. Dan perlu diperhatikan, perkataan ini keluar bukan sejak dalam kandungan tetapi setelah mereka menjadi bangsa. Dalam kacamata Kalvinis, mereka akan mengatakan bahwa ini membuktikan pemilihan secara semena-mena atau tutup mata (secara acak). Padahal ada pemilihan yang tidak acak dan itu bukan berdasarkan perbuatan, yaitu IMAN. Menurut Kalvinisme ketika seseorang merespon firman Allah dan mengimaninya, maka itu dianggap perbuatan. Itu sesuai dengan konsep mereka, bahwa iman itu bukan timbul dari pendengaran akan firman Allah, tetapi iman itu Allah taruh di hati orang-orang pilihan. Konsekuensi dari Allah yang menaruh iman kepada seseorang baru ia percaya adalah manusia masuk nereka karena Allah tidak memberi iman kepadanya. Ingat Roma 4:2-5, ketika kita menerima hadiah, itu bukanlah hasil pekerjaan kita, tetapi itu adalah murni pemberian. Dan manusia dituntut untuk percaya (beriman) kepada Tuhan.

Tidak cukup sampai di situ saja, Kalvinis akan mengutip Roma 9:15 dan mengatakan bahwa Allah bebas menaruh belas kasihan kepada siapa saja.

Memang benar Allah bebas menaruh belas kasihan kepada siapa Ia menaruh belas kasihan. Ayat ini tidak salah, tetapi Allah cukup jelas kepada siapa Ia bermurah hati. Allah membuat syarat “Aku bermurah hati kepada siapa yang percaya dan beriman kepada Kristus” Allah menentukan syarat untuk memperoleh anugerah dariNya.

Tidak tergantung kepada kehendak orang. Ya! Kita tidak bisa berkehendak “sesuka hati menentukan bagaimana supaya kita selamat” Bila Allah menghendaki cara A untuk menyelamatkan manusia, maka manusia tidak berhak menentukan atau memilih di luar cara Allah dan bila itu dilakukan manusia, maka ia menyalahi aturan Tuhan. Allah dalam kehendakNya menyatakan bahwa keselamatan hanya diperoleh ketika kita percaya dan menerima Tuhan sebagai juruselamat kita.

Roma 9:17-18, ayat ini sering Kalvinis pakai bahwa Firaun salah satu contoh yang Allah tentukan untuk binasa. Tetapi jika perhatikan, sama sekali tidak ada perkataan yang mengindikasikan reprobasi.

Beralih ke masalah mengeraskan hati, harusnya timbul pertanyaan, “Mengapa Allah mengeraskan hati Firaun?” Jika kita membaca dalam Keluaran 3:19 “Allah tahu Firaun tidak akan membiarkan Israel pergi begitu saja” Kel 5:2 “tetapi Firaun berkata; Siapakah Tuhan itu sehingga harus kudengarkan firmanNya untuk membiarkan Israel pergi? Tidak kenal aku Tuhan itu dan tidak juga akan aku membiarkan bangsa Israel pergi” Dalam Keluaran 4:21b “tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak akan membiarkan bangsa itu pergi” Sangat jelas di dalam hati Firaun memang sudah ada keinginan untuk melawan kehendak Tuhan.

Benar bahwa Allah mengeraskan hati Firaun karena Allah tahu lebih dahulu, bahwa Firaun menolak Allah. Intinya Firaun mengeraskan hatinya hal ini terbukti dalam Kel 7:13; 8:15,19,32 sampai tulah yang ketujuh ia masih mengeraskan hatinya.

Kesimpulan mengenai hal ini:

1. Firaun mengeraskan hatinya! Kita tidak bisa mengatakan bahwa Allah mengeraskan hatinya lebih dahulu, kalau Firaun tidak mengeraskan hatinya dari awal, maka ia pasti melepaskan bangsa Israel.
2. Allah bisa mengeraskan hati Firaun karena Firaun memang akan mengeraskan hatinya. Setiap tulah selesai ia merasa lega dan ia terus mengeraskan hatinya. Bisa saja ia berfikir, bahwa tulah itu sudah berhenti dan tidak datang lagi.
3. Bila Firaun sudah ditetapkan untuk binasa, maka untuk apa Allah mengeraskan hatinya?
4. Analogi “keraskan.” Kita harus ingat bahwa zaman dahulu yang bisa keras itu adalah batu bata yang dibuat dari tanah lalu dibakar, maka terjadilah “kekerasan.” Artinya sesuatu yang sudah memiliki bentuknya, bukan berarti belum berbentuk sebelumnya. Allah tidak mengubah bentuk, Firaun sudah memiliki bentuk hati yang keras dan ketika ia mendengar firman Allah, ia mengeraskan hatinya.

Roma 9:19-24 Mengenai Tukang Periuk dan Tanah Liat.

Dalam pemandangan Kalvinis ada orang-orang yang Tuhan bentuk untuk kemurkaan, yaitu “benda-benda yang Allah persiapkan untuk binasa.” Orang-orang yang Tuhan persiapkan untuk kemurkaan adalah orang reprobat (non-pilihan) dan orang-orang yang diciptakan untuk tujuan yang mulia adalah orang-orang pilihan.

Counter untuk ayat ini: Kata Yunani untuk benda adalah "skewos". Hal yang sama kita temukan dalam 2 Timotius 2:20 “Ada benda-benda untuk tujuan mulia dan kurang mulia.” Dan jika perhatikan ternyata seseorang bisa berusaha untuk menjadi perabot yang mulia, bukan secara acak. Ada syarat untuk menjadi perabot yang mulia, yaitu ia harus menyucikan dirinya dari hal-hal yang duniawi. Seseorang bisa menjadi benda yang mulia dengan menjaga dirinya. Allah berhak menentukan apa saja, tetapi bukan yang bertentangan dengan sifat-sifatNya. Allah memberi syarat agar menjadi perabot yang mulia dengan menjaga kesucian hidup.

Dalam Roma 9:22-23 sangat menarik untuk dipelajari, sebab ada perbedaan kata “disiapkan” dalam bahasa Yunaninya. Dalam ayat 23 kata “yang telah dipersiapkan sebelumnya” dalam Yunaninya adalah “pro hetoimazen” yang mempunyai pengertian Allah yang mempersiapkan. Sedangkan dalam ayat 22 kata “dipersiapkan” adalah “katertismena” yang artinya “yang cocok, pantas untuk kebinasaan.” Baik dalam KJV, interlinier dan lexicon mendukung pengertian ini. Artinya orang-orang itu pantas untuk binasa dan bukan Allah yang menentukan kebinasaan mereka. Pantas dan cocok binasa karena ia tidak percaya kepada Kristus (Yoh 6:29).

Lalu biasanya akan muncul pertanyaan, “Mengapa Allah tidak langsung menghancurkan orang-orang durhaka dan Iblis?” Karena tindakan-tindakan Iblis dapat meningkatkan iman orang percaya dan untuk menambah kekayaan dan kemuliaan yang Allah akan berikan.

Efesus 2:3 “ kita adalah orang-orang yang harus dimurkai” apa bedanya dengan benda-benda kemurkaan dalam Roma 9:22-23? Bahwa setiap orang yang tidak percaya kepada Kristus adalah benda-benda yang harus dimurkai.
Readmore...

Thursday, 19 February 2009

Disciples and Servants

Disciples and Servants
February 18, 2009

"The disciple is not above his master, nor the servant above his lord." (Matthew 10:24)

Note the two-fold relation of the believer to the Lord Jesus Christ expressed in this verse. We are His disciples and servants; He is our Master and Lord. Each of the two relationships is vital. The word for "disciple" means "pupil."

The word "master" is the same as "teacher." The Lord Jesus, therefore, is our teacher, and He teaches us through His Word--the Holy Scriptures. It is our function to learn His teachings and, of course, to believe them. No Christian (one under the authority of Christ) has the right to reject or even to question one of the teachings of His Word (Matthew 5:18-19). The lord-servant relationship goes even further. The word for "servant" is actually "bond slave." The "lord" of a slave was his owner; the word itself means "supreme ruler" and is the title commonly assigned to God Himself in the New Testament. Thus, if a disciple is to believe the word of his master without question, the servant is to obey the word of his lord without hesitation.

But the world scoffs at the teachings of God's Word, and will try to persecute those who seek to follow them. The unbelieving world--even the religious world--responded to the teachings of the Master by ridiculing Him, then torturing Him, and finally hanging Him on a tree to die.

Yet we are to go to the same world with the same teachings. "As my Father hath sent me, even so send I you" (John 20:21). "As thou hast sent me into the world," He prayed, "even so have I also sent them into the world" (John 17:18).

He does warn us. "Remember the word that I said unto you, The servant is not greater than his lord. If they have persecuted me, they will also persecute you; if they have kept my saying, they will keep yours also" (John 15:20). HMM
Readmore...

Monday, 16 February 2009

Manusia Akhir Zaman

Kotbah Dr. Suhento Liauw
Minggu, 6 Juli 2003
Kebaktian Pagi
Nats: II Timotius 3:1-5

Saudara yang terkasih dalam Tuhan, Paulus menuliskan kepada Timotius mengenai ciri-ciri manusia akhir zaman. Mengapakah ada daftar yang sedemikian buruk mengenai manusia akhir zaman? Jikalau kita membaca perikop ini, saya dapat meraba apa yang Paulus maksudkan. Apakah penyebab utama sehingga manusia sedemikian rusaknya? Sebenarnya ada dua penyebab utama yang mengakibatkan mereka demikian. Penyebab yang paling dasar sekali adalah mereka tidak peduli pada hal-hal rohani. Mereka lebih memperhatikan dan menghargai hal-hal jasmani karena bagi mereka itu adalah segala-galanya.

Memang uang memegang peranan penting, tetapi jikalau kita menempatkan uang di atas hal rohani, maka kita sudah melakukan suatu kesalahan di hadapan Allah. Siapakah di muka bumi ini yang tidak memerlukan uang? Tidak ada seorang pun yang dapat lepas darinya. Siapakah orang di muka bumi ini yang berani berkata bahwa dia tidak memerlukan materi? Kita semua memerlukan pakaian, sepatu, dan berbagai materi lainnya. Tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang tidak memerlukan materi. Tetapi persoalannya adalah ketika dua hal di hadapkan pada kita, pilihan kita akan mencerminkan isi hati kita.

Di akhir ayat kedua dikatakan bahwa manusia akhir zaman tidak mempedulikan masalah agama. Mereka tidak peduli mati masuk surga atau neraka. Padahal tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang tidak pernah tidak mendengar ada orang yang meninggal atau tidak menyadari bahwa meninggal adalah sesuatu yang pasti. Kita satu kali pasti mati hanya kita tidak tahu kapan waktunya kita mati. Sementara itu Paulus kataka bahwa manusia akhir zaman tidak peduli sama sekali akan hal itu. Karena tidak peduli akan hal itu segala macam kejahatan mereka lakukan. Anggota jemaat kita, Saudara Fendi, ditabrak mobil, namun mobil tersebut pergi begitu saja. Fendi kemudian mengejarnya dengan tangan yang berlumuran darah. Namun apa yang terjadi? Ternyata yang di dalam mobil itu ada dua orang Kopasus. Yang aneh adalah bukannya mereka meminta maaf tetapi mereka meminta ganti rugi karena Fendi adalah Chinese. Sungguh bejat sekali. Tetapi Fendi mempunyai falsafah kekristenan yang baik sekali, ia berkata, “Tidak apa-apa karena uang itu akan mereka bawa masuk ke neraka.”

Manusia di muka bumi ini, jikalau ia tidak merenungkan masalah surga dan neraka, mereka bisa berpikir apa saja serta melakukan apapun. Seorang paman berusia 27 tahun membunuh keponakannya karena ibunya lebih memperhatikan keponakannya yang masih kecil itu dari pada dirinya. Itulah gambaran kehidupan mereka yang menyepelekan masalah rohani. Mereka mempunyai prinsip hidup buatlah apa yang disukai dan akibatnya tidak perlu dipikirkan. Merampok, memperkosa, mencuri lakukan saja. Paman yang membunuh keponakannya tidak menyesal dan berkata bahwa dia paling akan dihukum tujuh tahun penjara saja. Dari jawabannya dia mempunyai pemahaman bahwa membunuh keponakannya bukanlah sebuah kerugian besar karena hanya dihukum tujuh tahun saja.

Tersangka yang membunuh Teo Eloway, dituntut oleh jaksa tiga setengah tahun. Mungkin hakim bisa saja memutuskan dua tahunan saja dengan pertimbangan belum pernah dihukum dan punya anak istri dan lain sebagainya. Jikalau manusia itu tahu resikonya ringan dia berani berbuat apa saja. Tetapi mengapakah ada orang yang tidak berbuat kejahatan sedikitpun, sekalipun tidak mendapat ancaman di muka bumi ini? Karena dia tahu kebenaran firman Tuhan. Dia tahu jika dia berbuat jahat akan menghadap penghakiman. Saudaraku, kadang-kadang kita melihat kejahatan di kanan kiri kita, tetapi satu hal yang menghiburkan adalah karena Tuhan menyiapkan suatu penghakiman yang adil untuk kita. Karena dia adalah hakim yang adil.

Mengapakah orang Kristen dilarang untuk membalas kejahatan? Karena sikap kita yang tidak membalas kejahatan adalah sikap kita yang percaya kepada Tuhan. Mengapa rakyat Indonesia jika diperlakukan jahat langsung membalasnya tanpa melapor kepada polisi? Hal itu terjadi karena rakyat Indonesia tidak percaya dengan kinerja pemerintah mengadili dengan adil. Sama halnya prinsip itu diterapkan dalam kehidupan kita. Sehingga setiap perbuatan jahat maupun ketidakadilan yang menimpa kita, kita dapat berkata bahwa hal itu tidak mungkin akan luput dari penghakiman Tuhan. sebab walaupun pemerintah tutup mata, pendilan bisu dan tuli, pemuka agama acuh tak acuh, tokoh masyarakat apatis, kita masih mempunyai Tuhan yang adil. Seberapapun kita ditindas dan dianiaya, kita tetap bersandar kepadaNya karena kita tahu bahwa ada suatu penghakiman yang adil dari Tuhan.

Sejarah mencatat bagaimana gereja Katolik sudah membunuh annabaptis tak terhitung jumlahnya. Mereka dibakar, disalibkan, dikuliti, bahkan pernah di suatu masa, ada satu kampung yang disinyalir ada orang annabaptis di dalamnya, gereja Katolik memperintahkan untuk membunuh semua orang yang ada di kampung itu termasuk yang bukan annabaptis juga dengan suatu pandangan yang dicetuskan oleh uskupnya, “Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya!” Sehingga satu kampung dibantai semuanya. Mengapakah annabaptis tidak melawan? Mereka tidak melawan karena mereka percaya ada Allah yang adil. Mereka percaya ada pemerintahan yang kekal yang memiliki kekuatan tak terbatas yang pasti suatu hari akan menghakimi dengan seadil-adilnya. Percaya pada itu maka kita tidak melawan. Jikalau kita membalas, sebenarnya kita tidak percaya kepada Tuhan.

Jemaatku yang terkasih di dalam Tuhan, membaca list ini, manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Apakah yang dimaksud dengan orang yang beribadah secara simbolik atau lahiriah namun tidak menghayati kekuatan yang dijanjikan itu? Artinya, jikalau kita sungguh-sungguh mengerti bahwa Tuhan memberikan upah yang besar bagi yang sungguh-sungguh setia sampai mati, maka janji itu baginya tentu selalu terngian-ngiang terus. Hal ini tidak ubahnya dengan orang yang dijanjikan uang seratus juta rupiah untuk menjaga rumahnya selama satu bulan saja. Dia diperintahkan untuk mengatur dan membersihkan rumah itu serta menjaga rumah itu sebaik-baiknya. Tentu di dalam dia melakukan tugas itu, dia selalu teringat akan janji itu sehingga timbul suatu kerinduan yang sangat akan janji itu. Janji itu benar-benar dihayati olehnya maka dia akan menjaga rumah itu sebaik-baiknya. Di dalam Alkitab terdapat banyak janji, himbauan, dan dorongan dari Tuhan. Tetapi sungguhkah kita sedemikian menyakini apa yang dijanjikan Tuhan di dalam firmanNya? Ataukah kita hanya membaca sambil lalu tanpa menghayatinya. Inilah yang disebut dengan mereka yang memungkiri kekuatannya.
Contoh sederhana mengenai hal ini dapat kita temukan dalam Matius 6:25-34. Dikatakan bahwa:

Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Pernahkah ketika kita membaca perikop ini kita meragukan janji Allah ini? Apakah janji itu dapat dipegang erat-erat? Tuhan mengatakan di bagian lain bahwa janji Tuhan itu seperti emas yang teruji yang dileburkan dalam tujuh kali dapur peleburan di tanah. Tuhan tidak pernah lalai menepati janjiNya.
Memang benar bahwa hal-hal materi itu biasanya dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Tetapi yang ditekankan dalam bagian ini adalah dimanakah kita melabuhkan hati kita. Seandainya Anda disuruh untuk memilih antara masalah rohani dan jasmani dan Anda diharuskan memilih salah satu dari keduanya, apakah yang akan Anda pilih? Mungkin ketika hal ini ditanyakan di gereja semua akan menjawab bahwa mereka akan mengutamakan masalah rohani. Apalagi ketika baru selesai mendengarkan penguraian kebenaran firman Tuhan ini. Namun hal itu akan berbeda jika itu terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada saat itu manakah yang akan kita pilih?

Mengapakah kita lebih sering menggunakan hari Minggu sebagai saat untuk pindah rumah? Mengapakah banyak orang Kristen yang merasa adalah lebih baik pindah rumah pada hari Minggu dibandingkan dengan hari-hari lain? Mereka melakukan ini karena berpikir adalah sangat sulit untuk meminta izin dari pimpinan kantornya sedangkan Tuhan itu dapat dinomorduakan. Sehingga hari Minggu tidak kebaktian karena dia pindah rumah. Seolah-olah dia menganggap Tuhan itu lebih gampang. Tuhan disepelekan sama sekali. Jujur kata sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita lebih mengutamakan masalah jasmani dari pada masalah rohani dalam hidup ini. Memang dalam gereja semua angkat tangan ketika ditanyakan masalah ini. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari hal itu sangat berbeda. Urusan rohani dinomorduakan dan dianggap sebagai hal “cingcay” saja.

Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka itu beribadah namun memungkiri kekuatannya. Dalam arti kata mereka memang mempercayai Allah Mahakuasa, Allah adalah Pribadi tertinggi yang paling dihormatid dari segala-galanya, tetapi sebenarnya mereka memungkiri kekuatannya. Sesuatu yang sebenarnya sangat tidak mungkin.

Jemaatku, kadang-kadang kita perlu tenggelam dalam renungan, “Tuhan, sejak aku mengenalMu, sejak Engkau memperkenalkan kasih karuniaMu kepadaku, adakah aku makin hari makin mempercayaiMu? Adakah makin hari aku makin menghormati dan mengasihiMu? Tuhan, adakah kerohanian saya makin hari makin maju? Adakah keberanian bagiku untuk menjawab keinginanMu dalam hidupku. Adakah aku sungguh-sungguh untuk melayaniMu?”

Dulu saya mempunyai keinginan untuk menjadi orang kaya. Saya bekerja seperti orang gila saja. Anda dapat bayangkan, dari jam 7 pagi sampai jam 12 mengajar di SD Maranatha di Sintang. Setelah itu pulang ke rumah untuk makan kemudian buru-buru pergi kerja lagi di CV Pembangunan Jaya sampai jam 5 sore. Setelah itu pulang untuk makan malam dan mandi lalu pergi kerja lagi sebagai sales asuransi sampai jam 10 malam. Saat itu saya mulai berpikir bahwa Suhento pasti akan menjadi orang kaya. Saya mulai menabung supaya punya modal untuk membuka usaha sendiri. Saat itu saya sudah mempunyai modal yang lumayan besar. Saya bisa membeli Corolla DX seharga tujuh setengah juta karena saya mempunyai uang sembilan jutaan. Sampai suatu hari ada teman yang datang untuk meminjam uang dari saya dengan jaminan bunga yang cukup besar. Sebagai jaminan dia memberikan sertifikat rumahnya sebagai jaminan. Beberapa bulan kemudian ternyata dia kabur entah kemana namun itu tidak masalah karena saya memiliki serifikat rumahnya. Akhirnya kami pun pindah ke rumah tersebut. Belum lama kami tinggal di sana, tiba-tiba petugas bank datang untuk menyita rumah tersebut dan mereka juga mempunyai sertifikat atas rumah tersebut. Saat itu sangat sulit untuk menang perkara melawan bank akhirnya rumah itu pun disita oleh bank.

Hal itulah yang membuat kami duduk termenung berlinangan air mata. “Tuhan, sekarang Engkau mau kami berbuat apa?” Karena sebelumnya saya sudah sering berkotbah keliling dan akhirnya kamipun bertekad untuk menjadi hambaNya. Mulai saat itu saya mulai merenungkan hal ini. Saya mau mempercayai semua janji Tuhan. Bahwa janji Tuhan itu benar. Bukan masalah tidak perlu masalah materi, tetapi intinya mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya.

Dengan tanggungan dua orang anak saya memutuskan untuk sekolah teologi. Tanpa ada sponsor sama sekali dan tidak ada yang bisa dijadikan sandaran. Hanya bersandarkan pada janji Tuhan saja kami maju terus. Cobalah kita bertanya kepada diri kita sendiri, di dalam kita mengikut Tuhan, apakah makin hari kita makin maju. Pernahkah kita bertanya kepada Tuhan apakah yang diinginkannya di dalam kehidupan kita? Sebenarnya pengalaman saya bisa menjadi guru bagi Anda. Tidak perlu menunggu uang kita diambil orang barulah sadar. Ketika saya merenungkan hal ini, kadang-kadang saya tersenyum sendiri dan berkata, “Tuhan, kadang Engkau memimpin orang dengan membuatnya syok berat.”

Kasih karunia Tuhan begitu besar dalam hidup kita. Marilah kita semakin maju di hadapan Tuhan. Baik itu secara kerohanian kita, pemahaman kita, maupun kasih kita kepadaNya. Makin maju di dalam Tuhan ini dapat ditandai dengan makin mempercayai janji Tuhan dan memegang erat janjiNya. Semakin yakin jika kita berjalan bersama Tuhan pasti akan berjalan dengan baik. Tetapi itu bukan berarti kita lepas tangan. Paulus mengajarkan kepada kita melalui surat yang ia tuliskan kepada jemaat di Efesus, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” (Efesus 4:28) Jadilah orang Kristen yang mau bekerja dan mau menolong orang lain. Terapkan apa yang Tuhan Yesus katakan, lebih bahagia memberi dari pada menerima. Amin!
Readmore...

Sunday, 15 February 2009

Valentine's Day


February 14, 2009

"Who so findeth a wife findeth a good thing, and obtaineth favour of the LORD." (Proverbs 18:22)

Embedded in many of our customs and holidays are a mixture of pagan and biblical principles. Saint Valentine’s Day is no exception. Mystery surrounds who Valentine really was. He was probably a priest martyred in 269 A.D. at Rome. Among Roman Catholics, he is called the patron saint of affianced couples, beekeepers, epilepsy, fainting, greetings, happy marriages, love, lovers, plague, travellers, and young people. He is one busy (and confused) man!

In the Western world, the emphasis is on human expressions of love and friendship. That is certainly of importance and, when guided by the biblical principles, a godly ardor worth commemorating.
Here are a few guidelines to remember this season:

• "Let love be without dissimulation. Abhor that which is evil; cleave to that which is good" (Romans 12:9).

• "Flee also youthful lusts: but follow righteousness, faith, charity, peace, with them that call on the Lord out of a pure heart" (2 Timothy 2:22).

• "See that ye love one another with a pure heart fervently" (1 Peter 1:22).

• "Husbands, love your wives, even as Christ also loved the church, and gave himself for it" (Ephesians 5:25).

• "Be not forgetful to entertain strangers: for thereby some have entertained angels unawares" (Hebrews 13:2).

The objective of every kind of biblical "love" is stated in Paul’s prayer for the Philippian church: "And this I pray, that your love may abound yet more and more in knowledge and in all judgment;
That ye may approve things that are excellent; that ye may be sincere and without offence till the day of Christ. Being filled with the fruits of righteousness, which are by Jesus Christ, unto the glory and praise of God" (Philippians 1:9). HMM III
Readmore...

Friday, 13 February 2009

Thy Word Is Settled Forever

February 13, 2009

"For ever, O LORD, thy word is settled in heaven." (Psalm 119:89)

This is the central verse in the longest chapter in the longest book in the Bible, and it is surely one of the greatest verses in the Bible. It conveys the amazing news that the Word of God (which is the theme of the entire 119th Psalm) has existed from eternity past and will continue to exist forever in the future. It was eternally settled in the mind of God before the world was created, then gradually inscripturated "at sundry times and in divers manners |as God| spake in time past unto the fathers by the prophets" (Hebrews 1:1).

Other verses in this psalm likewise stress the eternal validity of God's words: "The righteousness of thy testimonies is everlasting. . . . Concerning thy testimonies, I have known of old that thou hast founded them for ever. . . . Thy wJustify Fullord is true from the beginning: and every one of thy righteous judgments endureth for ever" (Psalm 119:144, 152, 160).

In the Book of Isaiah appears a magnificent claim: "The grass withereth, the flower fadeth: but the word of our God shall stand for ever" (Isaiah 40:8). This contrast is expanded by the apostle Peter: "Being born again, not of corruptible seed, but of incorruptible, by the word of God, which liveth and abideth for ever" (1 Peter 1:23).

To guarantee this great truth beyond any further question, the Lord Jesus Christ Himself made the following tremendous claim: "Heaven and earth shall pass away, but my words shall not pass away" (Matthew 24:35). "Till heaven and earth pass, one jot or one tittle shall in no wise pass from the law, till all be fulfilled" (Matthew 5:18).

The entire physical universe is (literally) "passing away," heading inexorably downhill toward ultimate death--with one exception! The words of our Bible and its glorious promises are eternal and immutable. HMM
Readmore...

UNCONDITIONAL ELECTION (BAG.3)

Sembilan hal yang menyatakan bahwa Allah tidak menetapkan segala sesuatu, dimana hal ini sangat bertentangan dengan konsep Kalvinis yang menyatakan bahwa Allah dalam kedaulatanNya telah menetapkan segala sesuatu.

1. Allah tidak mungkin menetapkan hal yang buruk karena hal yang buruk tidak timbul dalam hatiNya (Yeremia 19:5)

2. Sifat Allah yang Kudus dan tidak mempermainkan manusia. Dalam Yesaya 45:19 “tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia! Aku, TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus” Allah tidak pernah memerintahkan manusia untuk percaya kepadaNya, tetapi Ia sendiri telah menetapkan orang tersebut masuk neraka. Bila hal itu benar, maka Allah membohongi manusia dan telah menyangkal diriNya sendiri. Tentu hal ini tidak akan Allah lakukan.

3. Adanya perbedaan antara Allah ijinkan dengan Allah tetapkan. Seperti kasus Ayub yang Allah ijinkan bukan Allah tetapkan. Kasus Daud dalam II Samuel 24:1 “Tuhan menghasut Daud” bad I Tawarikh 21:1 “Iblis bangkit melawan Israel dengan membujuk Daud” ayat ini sering dipakai oleh kalangan liberal untuk memojokkan orang kristen, bahwa Alkitab salah tulis. Tetapi perlu diketahui, bahwa Allah sering memakai tangan ketiga dengan mengijinkan Iblis menghasut Daud. Ada konsep Allah “mengijinkan”

4. Adanya tanggungjawab manusia, dan Allah tidak menetapkan segala sesuatu. Bila orang gila merusak sesuatu, maka manusia yang normal tidak akan menuntut pertanggunganjawab atas perlakuannya. Karena ia tidak memiliki kesadaran diri atau “gila.” Contoh lain, seseorang yang dipaksa oleh teroris untuk meledakkan bom melalui pemicu yang ada di tangannya. Hukum normal tidak akan menuntut orang tersebut mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia dipaksa, bukan karena keinginan hatinya. Allah tidak pernah memaksa manusia untuk berbuat dosa dan Allah tidak pernah memaksa manusia untuk percaya.

5. Kehendak bebas manusia. Ezra 7:13 “willing” “kerelaan” “dan yang rela pergi ke Yerusalem, boleh turut pergi dengan engkau” manusia memiliki kehendak untuk memilih dalam hidupnya sehari-hari, mengapa Kalvinis mengatakan, bahwa manusia tidak bebas untuk percaya? Ini konsep yang aneh dan tidak bisa diterima logika manusia. Yohanes 15:5 “minta apa saja yang kamu kehendaki” Manusia memiliki kehendak untuk memilih. Allah tidak pernah mempermainkan manusia dengan meminta supaya setia dan percaya, tetapi Allah sendiri telah menetapkan manusia itu tidak setia dan tidak percaya. I Korintus 9:17 “Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku” bisa saja Paulus melakukan tugas penginjilan itu dari hatinya, tetapi harus diketahui bahwa Paulus diberi tugas oleh Allah untuk penginjilan dan Paulus juga dapat melalaikan tugasnya.

6. Doa. Doa banyak mengubah keadaan. Kalau konsep Kalvinisme ditarik dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, maka doa itu tidak perlu. Karena Allah sudah tetapkan untuk apa berdoa? Berdoa sampai bercucuran darahpun tidak akan mengubah keadaan karena toh Allah sudah tetapkan demikian. Tetapi dalam konsep Alkitab, doa dapat mengubah banyak hal. Contoh dalam II Raja-raja 20:1-6 ”Hizkia berdoa agar Tuhan memperpanjang usianya dan Allah menambahkan usianya 15 tahun lagi.” Juga dalam Ulangan 9:18-20 “Musa berdoa 40 hari 40 malam agar bangsa Israel tidak dibinasakan oleh Allah.”

7. Adanya kemungkinan. Bila segala sesuatu telah Allah tentukan, tentu tidak ada lagi kata “kemungkinan” atau”barangkali” dalam Yehezkiel 12:3 “barangkali mereka akan insaf.” Hal ini sama sekali tidak membuktikan bahwa mereka tidak akan insaf, tetapi ini membuktikan Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk berbalik kepadaNya, sekalipun Allah tahu mereka akan insaf atau tidak.

8. Adanya pemakaian istilah “Barangsiapa” yang mengindikasikan adanya kebebasan.

9. Akal sehat manusia. Bila ada manusia yang berbuat anarkisme atau tindakan kejahatan, maka Allah tidak mugkin melakukan atau menetapkannya. Bertentangan dengan konsep Kalvinisme, bahwa manusia dapat melakukan segala sesuatu karena Allah telah menentukan demikian. Ini adalah konsep yang membunuh moralitas dan iman Kristen sejati. Kalvinisme percaya, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu tetapi aplikasinya berbeda. Kalau Allah menetapkan segala sesuatu, maka dosa, kejahatan, kebejatan, tipu muslihat, dusta, fitnah dan lain sebagainya sudah Allah tetapkan dan ini adalah bersumber dari Allah itu sendiri. Ini adalah konsep yang sangat jahat di dalam dunia ini karena sama saja menjadikan Allah sebagai pembuat kejahatan.

Sistem Lapsarianisme

Lapsarianisme berasal dari kata “lapsus”=jatuh. Ini adalah system yang dibuat oleh kalangan Kalvinis untuk menjelaskan kronologis keputusan Allah. Kalvinis mencoba menjelaskan urut-urutan dari keputusan Allah, walaupun ini tidak konsisten karena mereka percaya satu keputusan Allah, tetapi heran juga ada urut-urutannya. Apa hubungan keputusan Allah dengan kejatuhan dalam dosa?

Supralapsarianisme

Mereka yang menganut Lapsarianisme ekstrim mengurutkannya demikian:

1. Election dan Reprobation
2. Penciptaan (creation)
3. Kejatuhan (Fall)
4. Penebusan untuk orang-orang percaya
5. Keselamatan untuk orang-orang pilihan

Kelompok ini dikatakan Supralapsarianisme karena penetapan pemilihan dulu setelah itu kejatuhan. Tokoh Kalvinis yang menganut posisi ini antara lain J. Calvin dan T. Beza. Dimana mereka percaya bahwa Allah menetapkan orang masuk surge/neraka bahkan sebelum penciptaan dan kejatuhan. Jadi, kejatuhan adalah alas an yang ditetapkan supaya reprobation masuk neraka.

Infralapsarianisme, mengurutkan demikian:
1. Penciptaan
2. Kejatuhan
3. Election dan Reprobation
4. Penebusan untuk orang-orang pilihan
5. Keselamatan untuk orang-orang pilihan
Menurut Infralapsarianisme, Reprobation terbagi menjadi dua:
• Preterition = Melewatkan beberapa orang waktu pemilihan (bersifat unconditional)
• Condemnation= Setelah lewat barulah penghukuman karena dosa-dosa manusia (bersifat conditional)

Preterition = Allah sengaja melewatkan beberapa orang yang tidak dipilih setelah itu Allah melakukan condemnation (penghukuman) kepada mereka yang direprobasi karena dosa mereka yang tidak percaya. Preterition ini terjadi di dalam kekekalan.

Baik Preterition maupun Reprobotion tidak ada di dalam Alkitab dengan kata lain konsep ini bukan konsep dari Allah, tetapi konsep jadi-jadian pencinta John Calvin hasil dari penalaran sistematika theology mereka saja.

Argumen Kalvinis tentang hal ini:

Allah menyelamatkan sebagian itu sudah syukur, dari pada tidak sama sekali. Untung masih ada sebagian yang diselamatkan.

1. Jikalau anda yang kebetulan dipilih anda akan mengucap syukur, tetapi jika anda tidak dipilih bagaimana?
2. Ada Allah Yang Mahakasih dan bisa menyelamatkan semuanya kenapa Ia tidak menyelamatkan semuanya saja. Allah memang punya hak untuk menyelamatkan sebagian, tetapi bukankah ini bertentangan dengan sifat-sifatNya? Contoh dalam Lukas 10 “Tentang orang Samaria yang baik hati,” menolong orang Yahudi yang kena rampok dan dipukuli. Orang Samaria itu menolongnya sedangkan imam dan orang Lewi hanya melewatinya saja tanpa menolongnya. Yesus memberitahu kepada audience sikap 2 orang yang melewati korban perampokan yang tidak baik. Bagaimana mungkin Ia mengajarkan dan menjadikan ini contoh sekaligus Ia melanggarnya? Tentu Allah tidak akan melakukan hal ini, kecuali allahnya Kalvinis. Allah memang menyatakan tentang keselamatan, tetapi tidak pernah mengajarkan reprobation.

Ayat-ayat yang mendukung reprobation menurut Kalvinis:

Yosua 11:20 “Tuhan menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras”
Kalvinis tidak pernah bertanya apa yang menyebabkan Tuhan mengeraskan hati mereka? Allah tidak akan melakukan sesuatu tanpa ada alasan dan tujuan. Dalam konteks ini ada hal-hal yang menyebabkan Tuhan mengeraskan hati bangsa itu (Kanaan). Bangsa Kanaan adalah bangsa yang sangat bejat dan jahat, sehingga Allah mengeraskan hati mereka dan menyediakan hari kebinasaan bagi mereka (Kejadian 15:16) dan dalam Imamat 18:24 “janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa yang akan kau halaukan dari depanmu telah menjadi najis” sudah sekian lama bangsa Kanaan dalam kondisi kebejatannya sehingga Allah mempersiapkan bangsa Israel untuk membasmi mereka sampai musnah. Sifat bangsa ini sangat najis dan kejam. Inilah alasan mengapa Tuhan mengeraskan hati mereka. Kalvinis tidak pernah berfikir sampai sejauh ini karena sudah terpatok konsep John Calvin. Alasan Tuhan menghukum mereka karena Allah telah memberikan taurat dalam hati setiap manusia. Roma 2:17-29 “bahwa setiap manusia ada hukum taurat dalam hatinya yang akan menghakiminya atas segala perbuatannya yang jahat” Dalam kitab Ibrani 3:13,15 dikatakan, “jangan ada di antara kamu yang mengeraskan hatinya untuk kebenaran Allah” Allah katakan jangan keraskan hatimu! Tetapi manusia itu tetap saja mengeraskan hatinya, sehingga Allah mengeraskan hatinya (contoh kasus Firaun). Dari hal ini kita juga menemukan bahwa penetapan penghukuman bersifat conditional bukan unconditional.

Sublapsarianisme

Ada yang menyamakan dengan infralapsarianisme, tetapi ada juga yang tidak setuju. Tokoh yang berkenaan dengan hal ini adalah Moyce Amyraut, orang yang pertama menyatakan dirinya percaya empat point Kalvinis.

Urut-urutan Sublapsarianisme
1. Penciptaan
2. Kejatuhan
3. Penebusan untuk semua
4. Election dan Reprobation
5. Keselamatan untuk orang pilihan.

Ayat-ayat yang sering digunakan oleh Kalvinis untuk mendukung konsep mereka:

1. Amsal 16:4”Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatnya untuk hari malapetaka.” Apakah Allah telah menetapkan manusia yang Ia ciptakan sebagian untuk binasa dan sebagian untuk menikmati kesenangan di Surga? Ayat ini menyatakan, bahwa Allah dalam menciptakan sesuatu memiliki tujuan tersendiri sesuai dengan maksud dan rencanaNya, termasuk manusia.
Orang fasik bukan Allah tentukan, tetapi mereka menjadi fasik karena itu yang ada di dalam hati mereka, sehingga Allah sediakan hari untuk kebinasaan mereka. Semua diciptakan Allah sama, Allah tidak menciptakan penjahat apalagi dosa.

2. I Tesalonika 5:9 “Ada yang ditetapkan untuk dimurkai dan ada yang ditetapkan untuk selamat” Konteks ayat ini tidak ada hubungan Surga dan Neraka, tetapi mengenai hari murka di masa tribulasi. Ayat ini justru mendukung Premill.

3. I Petrus 2:8 “Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan” Ayat ini tidak boleh dilepaskan dari konteks, karena pada ayat 7 bahwa ia mahal dan mereka yang tidak percaya menjadi batu sandungan (Yun: skandalaon). Ayat 8 Allah telah tentukan mereka karena kondisi mereka yang tidak mau percaya.

4. II Tesalonika 2:11-12 “dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”
Allah mendatangkan kesesatan atas mereka? Perlu diperhatikan ayat 9, 10, 12. Perikop ini sedang membicarakan mengenai keadaan di masa tribulasi atau kejadian/malapetaka setelah gereja diangkat dari dunia.

Mereka harus binasa. Mengapa?

1. Mereka tidak menerima kebenaran
2. Mereka tidak mengasihi kebenaran

Itulah sebabnya Allah mendatangkan kebinasaan bagi mereka. Jadi kebinasaan yang Allah tetapkan bukan tanpa kondisi, tetapi kondisi mereka tidak percaya. Bila mereka percaya tentu mereka tidak akan mengalami kebinasaan dan mereka sudah diangkat bersama orang-orang percaya.

5. II Petrus 2:17 “Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan oleh taufan; bagi mereka tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”

6. Yudas 4 “ada yang menyusup yang telah lama ditentukan untuk dihukum”
Perlu diperhatikan, bahwa tidak ada penentuan dalam kekekalan dalam ayat ini. Surat Yudas banyak berbicara mengenai orang-orang fasik yang dimulai dari ayat 5-14, dan dalam ayat ini membuktikan mereka pantas dimurkai. Jadi murka Allah bukan tanpa alasan atau sebab musabab, yakni kondisi mereka yang fasik.

Allah yang berdaulat dapat menciptakan manusia dengan kehendak bebas yang sejati atau sesuai dengan pengertian umum, bukan seperti dalam pengertian Kalvinis. Dapatkah manusia menentang Allah? Ya! Karena ia memiliki kehendak bebas untuk menentang dan memuji Allah. Bila manusia menentangNya hati-hatilah karena pasti ada konsekuensinya.

Kalvinis memiliki pandangan yang salah mengenai kehendak bebas dan kedaulatan Allah. Apabila manusia memiliki kehendak bebas, maka itu akan mengancam kedaulatan Allah menurut Kalvinisme. Contoh klasik, bahwa manusia memiliki kehendak bebas, yakni kisah Yunus yang Allah perintahkan untuk menyampaikan berita ke kota Niniwe agar mereka bertobat, tetapi Yunus mencoba untuk menghindar. Mungkin ia merasa tidak senang bangsa yang menindas Israel harus di tolong agar bertobat. Dalam konsep Yunus harusnya bangsa itu dibinasakan. Mungkin ini alasannya menghindar. Tetapi kisah ini membuktikan, bahwa manusia memiliki kebebasan untuk menentang Allah atau mengikutiNya.
Readmore...